BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
IV.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian IV.1.1 Sejarah Singkat Kabupaten Mandailing Natal
Kabupaten Mandailing Natal juga sering disebut dengan Madina adalah sebuah kabupaten di Sumatera Utara, Indonesia.
• Ibukota kabupaten: Panyabungan.
• Luas: 6.620,70 km²
• Penduduknya berjumlah sekitar 413.750 Jiwa
• Mandailing Natal mempunyai 23 kecamatan dan 386 desa.
Sebelum Mandailing Natal menjadi sebuah kabupaten, wilayah ini masih termasuk Kabupaten Tapanuli Selatan. Setelah terjadi pemekaran, dibentuklah
Kabupaten Mandailing Natal. Kabupaten Mandailing Natal resmi terbentuk pada tanggal 23 Nopember 1998 berdasarkan Undang-undang Nomor 12 tahun 1998
tanggal 23 Nopember 1998 Tentang Pembentukan Kabupaten Toba Samosir dan Kabupaten Mandailing Natal.
Selanjutnya Kabupaten Mandailing Natal diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Syarwan Hamid pada tanggal 9 Maret 1999 di Kantor Gubernur Sumatera
Utara Medan dan pejabat Bupati Mandailing Natal pada masa itu adalah H. Amru Daulay, SH. Sedangkan peresmian gedung sementara kantor pemerintahan
Mandailing Natal di Panyabungan dilakukan oleh Gubernur Sumatera Utara, Alm. Tengku Rizal Nurdin pada tanggal 11 Maret 1999, di komplek bekas perkantoran
Universitas Sumatera Utara
Proyek Pembangunan Irigasi Batang Gadis di daerah Dalan Lidang Kecamatan Panyabungan yang kemudian dioperasikan sebagai komplek perkantoran
pemerintahan Kabupaten Mandailing Natal dan sekarang lebih dikenal dengan komplek perkantoran Bupati lama.
Istilah Mandailing Natal sendiri pada mulanya sudah dikenal sejak tahun 1365 berdasarkan karya sejarah Negarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca.
Kemudian setelah Kabupaten Mandailing Natal resmi terbentuk, istilah tersebut disosialisasikan oleh H. Amru Daulay, SH., selaku Pejabat Bupati Mandailing
Natal berdasarkan Surat Keputusan Nomor 100253.TU1999 yang menyebutkan bahwa akronim nama Kabupaten Mandailing Natal adalah Kabupaten Madina
yang Madani. Selanjutnya pada tahun 2000 Pejabat Bupati Mandailing Natal H. Amru
Daulay, SH, diangkat menjadi Bupati Mandailing Natal defenitip untuk periode tahun 2000 sampai dengan tahun 2005. Melalui pemilihan Kepala Daerah
PILKADA secara langsung pada tahun 2005, bapak H. Amru Daulay, SH kembali terpilih untuk memimpin pemerintahan Kabupaten Mandailing Natal
untuk periode yang kedua sampai dengan tahun 2010. Kabupaten Mandailing Natal terletak berbatasan dengan Sumatera Barat,
bagian paling selatan dari Propinsi Sumatera Utara. Penduduk asli Kabupaten Mandailing Natal terdiri dari dua etnis :
•
Masyarakat Suku Mandailing
•
Masyarakat Suku Pesisir
Masyarakat Mandailing Natal terdiri dari sukuetnis Mandailing, Minang, Jawa, Batak, Nias, Melayu dan Aceh, namun etnis mayoritas adalah etnis Mandailing
Universitas Sumatera Utara
80,00 , etnis Melayu pesisir 7,00 dan etnis jawa 6,00 . Etnis Mandailing sebahagian besar mendiami daerah Mandailing, sedangkan etnis melayu dan
minang mendiami daerah Pantai Barat. Dari daerah ini banyak tampil tokoh-tokoh yang menghiasi sejarah
Indonesia modern seperti Jenderal Besar Purn. Abdul Haris Nasution dan Sutan Takdir Alisjahbana.
IV.1.2 Kondisi Geografi dan Topografi
Gambaran secara geografis, Kabupaten Mandailing Natal terletak antara 0º.10’-1º.50’ Lintang Utara dan 98º.50’-100º.10’ Bujur Timur merupakan
bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara, dengan batas wilayah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan.
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Pasaman Timur Propinsi
Sumatera Barat.
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pasama Barat Propinsi
Sumatera Barat.
4. Sebelah Barat berbatasa dengan Samudera Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Gambar IV.1 Peta Kabupaten Mandailing Natal
Universitas Sumatera Utara
Tabel IV.1
Luas Wilayah Menurut Kecamatan
No. Kecamatan
Luas Wilayah Ha 1
Batahan 66,971.00
2 Sinunukan
- 3
Batang Natal 65,150.99
4 Lingga Bayu
34,539.01 5
Ranto Baek -
6 Kota Nopan
32,514.72 7
Ulu Pungkut 29,519.06
8 Tambangan
21,413.65 9
Lembah Sorik Marapi 3,472.57
10 Puncak Sorik Marapi -
11 Muara Sipongi 22,930.00
12 Pakantan -
13 Panyabungan 25,977.43
14 Panyabungan Selatan 8,759.72
15 Panyabungan Barat 8,721.83
16 Panyabungan Utara 17,993.61
17 Panyabungan Timur 39,787.40
18 Huta Bargot -
19 Natal 93,537.00
20 Muara Batang Gadis 143,502.00
21 Siabu 34,536.48
22 Bukit malintang 12,743.52
23 Naga Juang -
Luas daerah Kabupaten Mandailing Natal adalah 662.070 Ha dengan panjang garis pantai 170 km, mempunyai 9 Sembilan pulau kecil yang 4 empat
diantara pulau-pulau tersebut berpenghuni. Kabupaten Mandailing Natal secara geografis terbagi atas wilayah dataran rendah yang merupakan daerah pesisir
dengan elevasi 0º-2º seluas 160.500 Ha 24,24, wilayah dataran landai dengan elevasi 2º-15º perbukitan dengan elevasi 15º-20º seluas 112.000 Ha 16,91 dan
daerah pegunungan dengan elevasi 20º-40º seluas 353.185 Ha 53,34 yang
Universitas Sumatera Utara
masing-masing daerah memiliki karakteristik yang berbeda-beda baik dari topografi, kontur maupun iklim.
Daerah dataran rendfah dan dataran landai adalah daerah yang subur, kelembapan tinggi dengan curah hujan relatif tinggi pula. Wilayah ini memiliki
potensi ekonomi yang tinggi sehingga terus cenderung semakin padat. Banjir dapat melanda daerah ini akibar berkurangnya pelestarian hutan, erosi dan
pendangkalan sungai. Sedangkan pada musim kemarau terjadi pula kekurangan persediaan air sebagai konsekuensi dari kondisi hutan yang semakin kritis.
IV.1.3 Keadaan Iklim dan Curah Hujan
Wilayah Mandailing Natal mempunyai dua iklim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim kemarau terjadi antara bulan Juni sampai bulan
September dimana arus angin berasal dari Australia yang tidak mengandung uap air sebaliknya musim hujan terjadi pada bulan Desember sampai bulan Maret
karena arus angin banyak mengandung uap air yang berasal dari Asia dan Samudera Pasifik. Keadaan ini seperti silih berganti setiap tahun setelah melewati
masa peralihan pada bulan April-Mei dan Oktober-November. Tinggi atau rendahnya suhu udara di suatu tempat dipengaruhi oleh
ketinggian daerah di atas permukaan laut. Daerah Mandailing Natal yang terletak di ketinggian antara 0-1.000 meter di atas permukaan laut mengakibatkan suhunya
berkisar antara 23ºC-32ºC dengan kelembapan antara 80-85. Curah hujan di suatu tempat dipengaruhi oleh iklim, keadaan topografi dan
perputaranpertemuan arus udara. Oleh karena itu jumlah curah hujan beragam menurut bulan dan wilayah tiap kecamatan.
Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 2000 jumlah rata-rata curah hujan tertinggi yakni 3-257 mm di Kecamatan Natal dan terendah 1.147 mm di Kecamatan Panyambungan.
Sedangkan tahun 2004 rata-rata jumlah curah hujan tertinggi yakni 2.884 mmtahun di Kecamatan Muarasipongi dan terendah 1.616 mm yaitu di
Kecamatan Natal.
IV.1.4 Keadaan Hidrologi
Kabupaten Mandailing Natal dialiri oleh sungai besar dan kecil, diantaranya adalah Sungai Batang Gadis, Batahan, Kunkun, Parlampungan, Hulu
Pungkut, Aek Rantau Puran, Aek Mata dan lain-lain. Luas daerah dan aliran sungai terbesar yakni sepanjang 137.50 km dan lebarnya 65 m, dengan volume
normal sekitar 30.937,50 m
3
. Secara umum sungai-sungai yang berada di daerah ini biasa digunakan untuk sarana irigasi, MCK Mandi, Cuci dan Kakus dan
lainnya. Selain mempunya beberapa daerah aliran sungai untuk objek wisata, juga
terdiri dari gugusan pegunungan dan perbukitan yang dikenal dengan Bukit Barisan serta derah pesisirpantai. Hal ini membuat wilayah Mandailing Natal
terlihat sangat indah di Kecamatan Batahan, Natal dan Muara Batang Gadis. Di samping itu ada beberapa lokasi air panas yang merupakan daerah
objek wisata seperti Sabajior dikenal dengan cerita rakyat tentang Sampuraga, Sibanggor Julu, dan beberapa desa di Kecamatan Panyambungan serta Siabu.
Namun semua potensi ini belum dikelola optimal. Di daerah ini juga terdapat berbagai binatang yang harus dilindungi seperti rusa, siamang, jenis burung,
binatang menyusui, binatang reptil, binatang ampibi serta beragam jenis spesies tumbuh-tumbuhan.
Universitas Sumatera Utara
IV.1.5 Gambaran Umum Demografi
Sasaran pokok yang perlu diperhatikan dalam proses pembangunan salah satunya adalah masalah kependudukan yang mencakup antara lain mengenai
jumlah, komposisi dan distribusi penduduk. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi modal pembangunan bila kualitasnya baik, dan sebaliknya dapat menjadi
beban pembangunan bila kualitasnya rendah. Untuk itu, pembangunan kualitas penduduk perlu menjadi perhatian integral dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan penduduk. Keadaan penduduk Kabupaten Mandailing Natal dari tahun ke tahum
mengalami peningkatan yang berarti. Jumlah penduduk Kabupaten Mandailing Natal menurut hasil Sensus Penduduk tahun 1980 adalah 254,342 jiwa, tahun
1990 adalah 308,782 jiwa dan tahun 2000 sebanyak 359,849 jiwa atau 79,244 KK sedangkan pada tahun 2004 sebanyak 386,674 jiwa atau 83,892 KK, tahun 2005
adalah 393,170 jiwa atau 93,010 KK dan tahun 2006 sebanyak 413,750 jiwa atau 93,922 KK. Pada tahun 2007 jumlah penduduk Kabupaten Mandailing Natal
mencapai 417,590 jiwa, laki-laki 204,788 orang dan perempuan 212,802 orang, dengan sex ratio yaitu 96,23 dan banyak rumah tangga 94,477 KK dan pada tahun
2008 jumlah penduduk mencapai 423,712, laki-laki 207,475 orang dan perempuan 216,237 dengan sex ratio 95.95 dengan rata-rata anggota rumah tangga yakni 4.
Laju pertumbuhan yang cukup rendah ini diakibatkan oleh angka migrasi yang terjadi secara terus menerus di Kabupaten Mandailing Natal, selain karena
kesadaran masyarakat untuk ikut serta mensukseskan Program Keluarga Berencana.
Universitas Sumatera Utara
IV.1.6 Kondisi Jalan dan Sarana Transportasi
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum Sub Dinas Bina Marga Kabupaten Mandailing Natal, panjang jalan Kabupaten tahun terakhir
2009 adalah 1612.16 km. Panjang jalan terbagi atas empat kategori menurut kondisinya, yakin baik, sedang rusak dan rusak berat. Berdasarkan jenis
permukaannya panjang jalan terbagi atas Aspal Hotmix, Aspal, Batu, Kerikil, Beton dan Tanah.
Tabel IV.2 Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan dan Kondisi Jalan
No. Status Jalan
Aspal Hot Mix Jumlah
km Baik
km Sedang
km Rusak
km Rusak
Berat km 1
Jalan Negara -
- -
- -
2 Jalan Propinsi
- -
- -
- 3
Jalan Kabupaten 110.95
- 1.60
- 112.55
4 Jalan Kotamadya
73.22 3.32
0.80 3.22
80.56
No. Status Jalan
Aspal Jumlah
km Baik
km Sedang
km Rusak
km Rusak
Berat km 1
Jalan Negara -
- -
- -
2 Jalan Propinsi
- -
- -
- 3
Jalan Kabupaten 48.73
7.20 88.04
22.50 166.47
4 Jalan Kotamadya
2.80 -
- 1.50
4.30
No. Status Jalan
Batu Jumlah
km Baik
km Sedang
km Rusak
km Rusak
Berat km 1
Jalan Negara -
- -
- -
2 Jalan Propinsi
- -
- -
- 3
Jalan Kabupaten 20.30
2.20 53.08
48.30 123.88
4 Jalan Kotamadya
- -
2.60 -
2.60
Universitas Sumatera Utara
No. Status Jalan
Kerikil Jumlah
km Baik
km Sedang
km Rusak
km Rusak
Berat km 1
Jalan Negara -
- -
- -
2 Jalan Propinsi
- -
- -
- 3
Jalan Kabupaten 29.38
21.50 27.50
28.70 107.08
4 Jalan Kotamadya
0.60 0.50
11.00 -
12.10
No. Status Jalan
Beton Jumlah
km Baik
km Sedang
km Rusak
km Rusak
Berat km 1
Jalan Negara -
- -
- -
2 Jalan Propinsi
- -
- -
- 3
Jalan Kabupaten -
- 2.00
- 2.00
4 Jalan Kotamadya
5.67 -
- -
5.67
No. Status Jalan
Tanah Jumlah
km Baik
km Sedang
km Rusak
km Rusak
Berat km 1
Jalan Negara -
- -
- -
2 Jalan Propinsi
- -
- -
- 3
Jalan Kabupaten 8.50
18.00 96.60
977.93 1,101.03
4 Jalan Kotamadya
- -
8.07 5.50
13.57
Berdasarkan uraian tabel di atas, dapat dilihat persentase jalan dengan kondisi layak baik dan sedang adalah 56.41 sedangkan persentase jalan
dengan kondisi tidak layak rusak dan rusak berat adalah 43.59.
Universitas Sumatera Utara
IV.2 Hubungan Rasio Panjang Jalan dan Rasio Tipe Permukaan Jalan terhadap Topologi Desa