ditinggal di rumah ulama panrita dan dibawa kembali ke rumah. Sebelum berangkat ke rumah ulama, bahan-bahan yang berada di atas tampah
tersebut diasapi dengan dupa di dekat arang. Sekembalinya, bahan-bahan tersebut diletakkan di dekat arang sampai nelayan kembali dari laut.
Ritual ini dilaksanakan setelah selesai shalat shubuh pada hari Jum’at. Umumnya dipraktekkan oleh para nelayan. Ritual mistik dilaksanakan hanya
untuk kegiatan melaut yang memakan waktu lama. Pembelian bahan untuk ritual mistik dimasukkan ke dalam ongkos melaut yang ditanggung para
nelayan.
3.4 Konteks Sosial dan Simbol-simbol Mistik
Adapun kepercayaan dari masyarakat Melayu Batubara adalah mereka percaya terhadap sebuah pengharapan keberhasilan lewat penggunaan
simbol-simbol, baik berupa benda maupun perilaku. Simbol ini digunakan hampir ada pada semua kegiatan nelayan, mulai dari pembuatan perahu,
tata cara pengerjaannya, pembuatan jaring, susunan bambu di dalam perahu, posisi ketika menurunkan alat tangkap, kejadian yang ditemui
sebelum turun ke laut, bahan yang digunakan pada alat tangkap, dan lain sebagainya.
Pengetahuan tentang simbol-simbol diperoleh secara turun temurun, baik dari saudara, menuntut ilmu dari seorang guru, maupun melihat prilaku
nelayan lain. Salah satu contoh simbol-simbol yang ada di pembuatan jaring adalah posisi mata di dua atau tiga yang ada di bagian paling luar haruslah
menghadap ke dalam, tidak boleh menghadap ke bawah. Diyakini
Universitas Sumatera Utara
kegunaannya adalah nantinya akan “mengawasi dan menjaga” ikan yang sudah ada di bawah bambu agar tidak lari. Dari posisi mata sudah dapat
diketahui bagi orang-orang tertentu bahwa jaring tersebut nantinya akan memberi hasil yang banyak atau tidak terhadap nelayan.
Hubungan mistik dengan pengaruh simbol-simbol ada yang bersifat larangan atau pantangan. Ada juga yang dapat mencakup semuanya, baik
yang bersifat larangan maupun praktek-praktek yang harus dilakukan. Simbol-simbol tersebut dapat saja berbeda antara para nelayan. Pengertian
simbol ada dua, yang bersimbolkan benda dan yang bersimbolkan praktek. Contoh di atas adalah simbolnya berupa benda, sedangkan contoh simbol
praktek adalah ketika berangkat dari rumah untuk pergi ke laut kaki kanan lebih dulu.
Sejumlah bentuk simbol yang umum dipraktekkan dengan sangat ketat oleh nelayan atau pelaut pada masyarakat Melayu Batubara. simbol yang
dipercaya antara lain: dilarang menyebut nama langsung binatang berkaki empat misalnya kerbau, kuda atau binatang darat yang umum lainnya
sewaktu melaut. Ini adalah larangan yang paling keras. Dan bila dilanggar diyakini akan membawa malapetaka di laut. Simbol lainnya adalah dilarang
mencuci peralatan masak dan makan secara langsung di dalam laut; keluarga nelayan dilarang bertengkar saat anggota keluarga laki-laki
berangkat menuju laut. Sementara kepercayaan yang dipegang antara lain, Isteri jangan
membelakangi dapur ketika suami akan berangkat melaut. Kepercayaannya adalah dapur merupakan tempat diolahnya rezeki, dan tujuan suami pergi
Universitas Sumatera Utara
melaut adalah untuk mencari rezeki rumah tangga. Juga ada kepercayaan bahwa sangat baik ketika berpapasan dengan ibu hamil atau orang yang
membawa air minum dengan memanggulnya ketika akan berangkat melaut. kepercayaanya adalah bahwa ibu hamil atau orang yang membawa air
adalah simbol keberuntungan dan nasib baik di laut. Kepercayaan simbol berupa benda juga sering digunakan oleh
masyarakat Melayu Batubara. Dari simbol-simbol yang digunakan. Kadang sebagai kalung, gelang atau sekadar menyimpan di dalam kamar atau
diletakkan di tempat tertentu.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV Citra Manusia Menurut Mistik
4.1 Manusia dengan Dirinya Sendiri
Sebagai makhluk lemah yang mempunyai perasaan dan pikiran, manusia tidak dapat menghindar dari berbagai keinginan dan keterbatasan. Sikap,
pemikiran, tanggapan dan perlakuan manusia itu menjadi jati diri dari manusia tersebut. Manusia juga dapat menjadi sumber teladan bagi
manusia lainnya. Hati akan menggambarkan sikap, pemikiran dan seterusnya perlakuan manusia.
Citra manusia dengan dirinya sendiri adalah berhubungan dengan sikap, pemikiran, tanggapan dan permasalahan manusia itu sendiri. Hal ini
karena manusia terpaksa mengadakan interaksi dengan berbagai lapisan makhluk. Dalam interaksi berbagai rasa akan lahir. Rasa yang timbul itu
akan mempengaruhi tindakan, pendirian dan membentuk citra diri. Sehingga dalam mistik manusia dapat merenung, mencari, insaf, dan
menaruh harapan. Pythagoras, seorang ahli matematika zaman Yunani, memanfaatkan masa
sebelum tidur dengan merenung kembali segala tindakan pada siang hari. Tujuannya adalah untuk tidak melakukan kesalahan yang berulang-ulang.
Perbuatan ini juga dilakukan para ahli mistik agar untuk melaksanakan ritual itu harus bersungguh-sungguh. Ada hikmah di dalam manusia itu
merenung. Dengan membuat renungan manusia dapat mengerti sesuatu bisikan. Dan dengan membuat renungan juga akan dapat memberi
Universitas Sumatera Utara