dan kekurangan. oleh sebab itu masyarakat Batubara saat ini masih menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan, nilai adat-istiadat, serta bertutur
kata lemah lembut. Hal ini membuat masyarakat Batubara baik didalam berkata maupun berbuat.
Masyarakat Melayu Batubara hingga saat ini masih mempunyai budaya yang nilai dan norma-normanya masih dipatuhi di tengah-tengah
khalayaknya. seperti adat bersopan santun dan bertutur kata lemah lembut. Masyarakat Melayu Batubara khususnya daerah Lima Laras,
Pesisir, Lima Puluh, dan Tanah Datar masih ada yang percaya dengan mistik. Karena daerah-daerah tersebut masih mempunyai beberapa
fenomena yang serba mistisme. Hal ini juga dapat dilihat dalam setiap jamuan atau pesta yang diadakan di Batubara sampai saat ini. Tradisi
hidangan yang berasal dari daging, ikan, sayur-sayuran, dan buah-buahan yang di masak harus ada, disantap sebagai lauk nasi. Hidangan ini
dikenal juga sebagai hidangan penghormatan terhadap leluhur, nenek moyang yang ada pada zaman dahulu.
2.3 Sistem Sosial Masyarakat Melayu Batubara
Mistik mempunyai hubungan yang erat dalam kehidupan sosial masyarakat. Hal ini dikarenakan, ahli mistik atau seorang datuk dapat
mudah dikenal oleh masyarakat. Akan tetapi seorang Datuk atau ahli mistik, belum tentu mengenal seluruh masyarakat Melayu Batubara.
Walaupun demikian, satu sama lainnya saling menghargai. Karena masyarakat Melayu Batubara masih menjunjung nilai-nilai kesopanan.
Universitas Sumatera Utara
Kuatnya tali silaturahmi masyarakat Melayu Batubara, menjadikan masyarakat tersebut berguna bagi siapa saja, sehingga orang asing yang
ingin mencari datuk tersebut mudah menemukannya. Dalam tradisi lisan, penyampaian dari penduduk biasanya menggunakan bahasa daerah
setempat atau bahasa Melayu. Kerukunan dalam masyarakat Melayu Batubara biasanya dapat terlihat pada acara perkawinan, syukuran, dan
upacara-upacara ritual. Masyarakat Batubara saat ini masih menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan, nilai adat-istiadatnya, serta bertutur kata lemah
lembut, baik di dalam berkata maupun berbuat, sehingga memperkuat tali silaturahmi masyarakatnya.
Dalam masyarakat Melayu Batubara pernah dipakai sistem pemerintahan yang bersifat kerajaan, dan sejak kemerdekaan Indonesia berlaku sistem
sosial yang sudah diatur dalam UUD 1945 dan Ideologi yang ada di Indonesia. Pada zaman kerajaan, pimpinan tertinggi dipegang oleh
seorang Datuk dan di bawah kekuasaan kesultanan Deli. Dan sekarang berada dalam pemerintahan Indonesia, masyarakatnya di bawah
pimpinan Camat dan Bupati. Untuk mengangkat citra manusia dengan alam yang terdapat dalam mistik
masyarakat Melayu Batubara, terlebih dahulu harus dicari barometer atau pendapat tentang kepercayaan atau konsep religiositas dari masyarakat
Melayu itu sendiri. Untuk menjelaskan konsep religiositas masyarakat Melayu tersebut, akan dipaparkan beberapa pendapat agar jelas kita
gambarkan tentang kepercayaan masyarakat Melayu tersebut. Daud 1994 : 74-75 mengatakan,
Universitas Sumatera Utara
…kepercayaan mereka daripada Animisme, Hindu-Budha hingga Islam melahirkan corak pemikiran-pemikiran yang seolah-olah
menggabungkan tiga unsur kepercayaan tersebut. Kuasa gaib pada peringkat Animisme dapat dilihat pada kepercayaan tentang
penunggu dan hantu. Hindu-Budha menampilkan para Dewa, dan Islam melahirkan kepercayaan terhadap Allah, Malaikat dan Rasul.
Namun begitu tidaklah berarti masyarakat Melayu mengamalkan ketiga corak kepercayaan tersebut. Mereka tetap berpegang pada
ajaran agama Islam. Pengaruh Animisme dan Hindu-Budha yang ada itu cuma menjadi unsur sampingan yang mewarnai kepercayaan
mereka.
Sejalan dengan hal tersebut, Abbas dalam Safrin, dkk.., 1996 : 26 menjelaskan,
Cara hidup orang Melayu masih dipengaruhi oleh tiga unsur kepercayaan, yaitu kepercayaan Animisme, Hinduisme-Budhaisme,
dan Islam. Serta sedikit-sedikit pengaruh Barat. Setelah menerima agama Islam, orang Melayu masih juga mengamalkan cara hidup
tradisional mereka dengan unsur-unsur Animisme dan Hinduisme- Budhaisme.
Dalam teks mistik ini pengaruh Hindu-Budha tidaklah begitu tampak. Tapi dalam upaya dan upacara turun tanah pengambilan ilmu banyak sekali
dijumpai warna kepercayaan Hindu-Budha, seperti : tepung tawar, sesajen untuk jamuan, sperti ayam, pulut kuning, air jeruk purut, dan penebus
mistik atau mahar mistik. seperti pisau, jarum, kain putih, mangkuk, benang tiga warna, dan lain-lain.
Sedangkan pada teks mistik pengungkapan yang masih menggambarkan suasana zaman Hindu-Budha. Seperti kalimat ‘mambang yang menjaga
tujuh penjuru alam’. Kata mambang dalam kalimat tersebut bukanlah
Universitas Sumatera Utara
berupa hantu atau jembalang melainkan gambaran wujud penguasa yang memiliki kekuasaan menjaga tujuh penjuru alam.
Seperti kata pepatah ‘kalau diturut nasehat guru, air laut boleh diminum’. Pepatah ini menandakan konsekwensi seorang murid kepada sang guru.
Apapun yang diajarkan seorang guru merupakan hal yang harus diterima dan diyakini serta diamalkan. Dalam hal ini unsur-unsur pengaruh Hindu-
Budha dan Animisme tidak lagi menjadi suatu masalah yang nyata dan urgent. Sebab semua telah membaur ke dalam tradisi atau ajaran itu
sendiri. Namun walaupun demikian benang merah pembatas antara kepercayaan Hindu-Budha, Animisme, dan Islam masih terlihat jelas.
Yang pasti ajaran Islam merupakan pondasi dan barometer dari setiap tradisi dan bergeraknya masyarakat Melayu.
2.4 Zaman Kedatangan Islam