Pesan Dakwah yang mengandung Akhlak

i Allah. Hati Cinta berbisik. Tersentuh dengan ketulusan perempuan yang ada di depannya, orang lain boleh melihat Lin sebagai anak yang malang , karena lahir tidak normal H.237, P.5 Selalu mengingat Allah adalah baik untuk kita dimana pun kita berada agar selalu dalam lindungannya. Ya Allah. Cinta bersender di dinding tembok sebuah rumah mencoba menarik napas dalam-dalam. H.266, P.2 Cinta dalam cerita ini sebagai tokoh utama selalu mengingat Allah dimanapun ia berada sebagai rasa kepasrahan terhadap Allah dari setiap cobaan. Dia senang perjalanan ini telah mendekatkan Cinta, yang baru berjilbab, untuk bersandar sepenuhnya kepada Allah. H.288, P.10 Pengarang menceritakan betapa kagumnya seorang Makky dengan Cinta yang tambah dekat dengan Allah dengan memilih untuk berjilbab. Hal ini juga berklaitan dengan perintah Allah dalam Al’Quran. “Hanya Gusti Allah yang tahu, bagaimana dia menangis sejak jauh darimu”. H.299, P.9 Allah maha melihat apa-apa yang tidak di ketahui hambanya, dalam novel ini menceritakan kepasrahan seorang ibu yang jauh dari anaknya. Pesan yang di sammpaikan adalah kesabaran akan takdir yang di tetapkan Allah.

2. Pesan Dakwah yang mengandung Akhlak

Berikut ini adalah kutipan pesan dakwah aqidah yang termasuk dalam akhlak kepada Allah dan Akhlak kepada sesama dalam novel “Cinta di Ujung Sajadah” i Dan jika ada pahala dan kebaikan, limpahkan untuk Ibu, yang kini disisi- Mu. Rindu ke rumah-Mu, adalah rindunya juga. H.6, P.4 Harapan seorang anak kepada Allah untuk ibunnya yang juga merindukan rumah Allah. “Sabar ya, Non. Bapak mungkin lagi banyak pikiran.” H.36, P.5 Sifat bijak yang dimiliki Mbo Nah, mencerminkan akhlak kita terhadap sesama manusia, yang tidak luput dari amarah. “Non, kedalam yuk, nanti masuk angin” Mbok Nah melingkarkan sweater ke pundak Cinta. H.41, P.5 Kasih sayang seorang mbo kepada anak majikannya, mengambarkan sifat kasih sayang antar sesama Peter tidak keberatan, “Setidaknya aku bersyukur, Cinta. Punya Mami yang baik banget” Ya, tentu saja. Siapa yang tidak? “Wajar surga di taruh di kaki Ummi, ya? Aisyah tersenyum lagi. H.43, P.5 Pengarang mengambarkan adab terhadap orang tua melalui seorang Peter teman sekolah Cinta, yang mengungkapkan kepada teman- temannya bahwa ia bersyukur memiliki orang tua yang menyayanginya, perhatian padanya. Jika saja mama masih ada. Cinta siap sujud dan mencium kaki perempuan itu. H.44, P.5 Pengarang mencerminkan akhlak kepada sesama manusia terutama dengan Ibu melalui sosok cinta, karena kita ketahui bahwa surga berada di bawah telapak kaki Ibu. “Assalamu’alaikum” H.47, P.4 i Pengarang ingin menyampaikan melalui ungkapan salam, karena di dalam ajaran agama Islam berucap salam sama dengan kita mendoakan seseorang yang kita ucapkan salam. “aku masuk dulu, Makky.” H.49, P.6 Pengarang ingin menyampaikan pesan melalui sapaan kecil kepada Makky, sebagai adab ketika meninggalkan seseorang dengan berpamitan. “Betul, Nak Itu artinya sudah ada kecenderungan hati. Awalnya simpati. Maka hati kita akan terus mengingat dia, lidah kita akan terus menyebut namanya, dan perbuatan kita selalu ditujukan untuk meraih dan perhatian dia.” H.53, P.4 Jika kita suka dengan sesuatu, akan timbul bayangan untuk selalu mengingat, dalam cerita ini Cinta selalu membicarakan anak Makky laki- laki yang tinggal tidak jauh dari rumahnya, sehingga temannya merasa ada yang berbeda dari Cinta. “Kalau begitu masih nyambung ya antara orang tua yang sudah meninggal dengan anak yang masih di dunia?” H.119, P.5 Pengarang ingin mengulas tentang hal-hal yang terkait dengan adab terhadap orang tua. Bahwa sesungguhnya doa anak yang sholeh itu sampai kepada orang tua yang telah tiada. Duh, Ibu Bakti seperti apa yang bisa ananda persembahkan? Cikupkah dengan doa dan sholat? H.121, P.4 Rasa Cinta dan sayangnya terhadap Ibu ia lukiskan dengan harapan apa yang dia lakukan dapat membuat Ibunya bangga walau hanya seuntai doa. Alhamdullilah. Kalimat itu tidak terucap, tapi terlihat jelas dari gerak- gerik mulut Aisyah, yang hari itu mengenakan kerudung super lebarnya. H.125, P.1 Aisyah mengambarkan rasa bahagianya, sehingga mengucapkan tanda syukur. Hal ini mencontohkan kepada kita arti penting rasa syukur. i “harus kita tengok. Ujian sudah dekat. Ada yang tahu nggak alamatnya?” H.127, P.2 Perhatian yang di gambarkan oleh teman-teman Cinta untuk menjenguk Mirna, hal yang patut di teladani, karena sesama manusia harus saling tolong menolong, jika ada sodara semuslim tertimpa musibah, kita pun merasa sakitnya. Seperti satu tubuh. “boleh Jangan lupa patungan, ya. Beliin apa gitu.” “black forest yang enak” H.127, P. 4 Ketika kita nenjenguk orang sakit tentulah utama doa yang kita bawa, buah tangan adalah rasa syukur kita kepada Allah untuk berbagi pada sesama. Seorang anak perempuan, mungkin adik Mirna menyilakan duduk. Lalu sambil melompat-lompat berlari ke dalam dan berteriak nyaring. H.131, P.3 Anak-anak itu seperti kertas yang akan bernuansa ketika kita mulai mencoretkan pena, sehingga kita harus dapat mencontohkan hal yang baik kepada anak-anak agar kelak dapat memahami nilai-nilai. Berarti masalahnya bukan soal ibu kandung atau bukan. Tapi lebih kepada kasih sayang, cinta dan perhatian manusia kepada manusia lainnya. Lantas, Jika kasusnya seperti Mirna, masih haruskah anak berbakti? H.135, P.5 Kita sebagai anak memiliki kewajiban untuk selalu menghormati orang tua, seperti apa yang di katakan pengarang saat wawancara, bahwa kita tidak selalu mengerti cara orang tua menyayangi kita. Bahwa arti hidup baginya kini adalah mempersembahkan bakti terbaik untuk almarhumah Ibu. H.143, P.1 i Di ulas dengan indah oleh pengarang, bahwa pesan akhlak ini mengingatkan kepada pembaca, bahwa seorang anak harus menyadari pengorbanan seorang Ibu. Sehingga kita harus tetap berbuat baik padanya. “Eh, iya terima kasih, Nak Intinya saya salut sama komitmen Cinta untuk tidak bergosip lagi. Itu benar-benar sikap yang tegas dari seorang muslim, sikap salih, dan menjadi amal jariah bagi orang tua. Insya Allah” H.148, P.3 Hal ini memberikan kita pemahaman bahwa, sikap istiqomah harus ada di dalam jiwa setiap muslim agar dapat menjaga nilai-nilai yang di ketahui. Cinta talah mempersiapkan lahir batinnya untuk hari ini. Ia akan jadi sebaik-baik anak, agar bisa mengalirkan pahala terus menerus pada Ibu. Cuma itu bakti satu-satunya yang mungkin belum ia persembahkan, kepada Ibu yang telah berpulang. H.170, P.1 Cinta memilih untuk mendekatkan diri dengan berjilbab, karena ia merasa hanya ini yang bisa ia persembahkan. Rasa sayang, ikhlas akan membuat segala yang dapat dilakukan dengan syariat menjadi indah. Dulu sekali ia hampir menolak ketika majikannya meminta untuk merahasiakan semua dan baru memberikan surat-surat yang dia kirimkan setelah Cinta berusia tujuh belas tahun. H.187, P.7 Sikap Mbo Nah, mengambarkan kepada kita tentang arti sebuah kejujuran, oleh karena itu ia merasa anak harus tau oleh siapa di lahirkan, kesabaran Mbo Nah patut di teladani. Setelah itu terserah Cinta. Bok, biar dia mengambil sikap. H.188, P.1 Manusia harus memiliki harapan. Dari cerita ini kita di ajarkan untuk bias menjadi orang yang sabar. “Saya duduk disini, ya?” Cinta mengangguk. “Boleh?” Cinta mengangguk lagi. i “Nanti nggak ada yang marah?” Aduh, Cinta mulai mengomel dalam hati, cowok ko bawel banget sih? “Silahkan” jawabnya pendek. H.196, P3 Cinta merasa Adji laki-laki yang baru di kenalnya terlalu berlebihan, hingga membuat cinta kurang merasa nyaman dengan duduknya. Hal ini dapat memberikan kita gambaran bagaimana cara yang baik dalam berkomunikasi dengan orang lain. Dia bersyukur, Allah mengutus dua sahabat terbaik. Neta dan Aisyah, hingga gadis itu bisa meniti hari, tanpa godaan yang berarti. H.198, P.2 Manusia tidak ada yang dapat hidup sendiri, cinta bersyukur karena Allah maha baik, begitu pun dengan kita harus bersyukur dengan titipan Allah, keluarga, teman yang berbaik kepada kita. Udah atuh ikut sama Ibu, mau? Ada kamar biar tidak besar. Milik putri Ibu dulu.” H.234, P.5 Dalam keadaan sulit, seorang Ibu tak di kenal berbuat baik kepada Cinta, hal ini mencontohkan kepada kita untuk selalu berbua baik tanpa harus menilai dari golonggan, fisik dan kedudukan. “Cari siapa, Cah Ayu?” “dari Jakarta, ya?” “Celana Jinsnya apik” H.256, P.4 Dimanapun kita berada kita harus memiliki tata krama sehingga orang pun dapat menghargai kita. “Cari siapa, Dik?” Seorang lelaki dengan kumis tebal dan tato naga di lengannya, keluar dari sebuah rumah, dan menegur Cinta. Perempuan-perempuan yang berusaha memdekati Cinta, serempak membuat jarak H.257, P.3 Sesungguhnya setiap manusia terpadat rasa kasih dan sayang, tercermin dari pengalan dialog di atas, bahwa tidak semua dapat di nilai i dari luarnya saja, bagus diluar belum tentu bagus di dalam demikian sebaliknya. “Maafin aku, Net. Aku Cuma nggak ingin merepotkan kalian.” H.268, P.4 Cinta yang rindu terhadap Ibu merasa cukup dia yang mencari, Ahlak yang baik membuat teman-temannya menyayanginya. Sehingga sikap Cinta patut di teladani. “Aku minta maaf, juga pada Aisyah. Sebab telah membuat kalian binggung. H.269, P.1 Ia pun sayang terhadap teman-temannya, karena didalam persahabatan harus saling pengertian. “Assalamua’laikum, apa kabar, Cinta?” H.273, P.1 Ucapan salam dari Makky ini membuat cinta bahagia karena, Makky beserta kawan-kawannya sampai juga di jogja. “Kita harus beli sesuatu buat ibumu, Cinta.” H.279, P.7 Hal ini mengambarkan indahnya kebersamaan, cinta kepada orang tua. Hadiah untuk Ibu. Ya…harusnya begitu. Tapi bagaimana kalau Ibu sudah tidak ada…sudah mening… H.279, P.8 Putus asa adalah hal yang di benci Allah, oleh karena itu kita harus tetap optimis dalam segala hal, agar kehidupan kita menjadi indah. Sementara Adji masih meneriakan salam lewat jendela. H.296, P.1 i Adji, teman baru cinta memiliki kepribadian yang berbeda dengan makky. “Maaf, Bu…kami mencari…” Adji yang tiba-tiba suda berdiri di samping Makky melengkapi, ”Kami mencari Ibu Ayuningsih. H.296, P.4 Makky membantu Cinta untuk menemukan Ibunya, hal ini adalah rasa kesetiakawanan terhadap sahabat. Terbatuk-batuk perempuan itu berjalan ke belakang. Tidak berapa lama, keluar dengan beberapa gelas air putih di atas baki, “Diminum, Nak….ayo.” H.302, P.5 Seorang Ibu yang baik hati, memberikan minum kepada cinta dan kawan-kawan. Neta dan Aisyah mengangguk sopan. H.302, P.6 Sikap yang dapat di teladani ketika kita bertamu ke rumah orang lain. “Maaf, Bu…apakah Cinta, bisa bertemu Ibu Ayuningsih sekarang? Apakah beliau sakit?” Adji mengambil inisiatif bertanya. H.303,P.2 Harapan Cinta adalah harapan kawan-kawannya yang ingin melihat cinta bahagia bertemu dengan ibunya. “Maafkan saya….,”perempuan itu menubruk Cinta yang berjongkok dengan wajah pasi. Menyentuh pipi gadis itu lembut, “Maafkan saya…Cinta” H.305, P.4 Setiap anak yang menyayangi Ibunya pasti ingin sekali berbakti, bgitupun dengan Cinta, namun kenyataan selalu sama dengan harapan. Terakhir, Cinta mencium tangan perempuan sederhana itu dengan hormat, “Saya pamit Bu.” H.309, P.3 i Cinta mencerminkan anak yang Sholeha, ia tetap menghormati orang lain yang lebih tua seperti menghormati orang tuanya. “Datanglah kalau kamu kangen.” H.309, P.5 Datang ke pusara Ibunya, dapat mengobati hatinya yang rindu.

3. Pesan Dakwah yang Mengandung Syariah.