i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini dengan perkembangan media komunikasi dan informasi, memudahkan kita dalam memperoleh informasi. Media komunikasi yang
telah ada seperti surat kabar, buku, majalah dan novel masih menjadi pilihan khalayak dalam memenuhi informasi yang dibutuhkan, ditengah kemajuan
media komunikasi dan informasi elektronik seperti e-book, internet, televisi dan radio. Namun novel atau buku sebagai sumber informasi yang diterbitkan
masih tetap eksis di kalangan pembaca. Pada mulanya Islam disebarkan dengan cara bil Al-lisan yaitu
penyampaian melalui mulut kemulut atau dikenal dengan ceramah. Cara berdakwah seperti ini di anggap sangat efektif, walaupun hambatannya sangat
besar. Hal ini dilakukan karena pada saat itu media dakwah dengan tulisan belum banyak berkembang.
Namun dengan perkembangan zaman yang semakin baik, telah menimbulkan perubahan yang sangat signifikan dalam penyebaran agama
Islam. Saat ini kegiatan dakwah juga dapat dilakukan melalui tulisan. Novel adalah salah satu bentuk karya sastra yang memiliki kemampuan untuk
menyampaikan pesan komunikasi kepada khalayak sebagai bentuk alternatif dari media komunikasi. Jika di tinjau dari segi prosesnya Aktifitas dakwah
merupakan proses komunikasi. Dalam bukunya “Komunikasi Dakwah” Toto Tasmara menjelaskan bahwa dakwah adalah proses komunikasi yang khas
1
dari hal itu jelas salah satu hasil dari perkembangan zaman yang banyak digunakan saat ini
1
Toto Tasmara, komunikasi dakwah. Bandung: Alumni, 1991 Cet Ke-2, h. 16
i Sudah jelas motifasi Al-Qur’ an yang memerintahkan umatnya untuk
belajar membaca Al-Quran. Hal ini secara eksplisit disebutkan dalam lima ayat permulaan surat Al-Alaq [96] yang memiliki arti sebagai berikut:
2
+ ,
- .
1 2
34 5
1 2
35 839: ;
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang
paling pemurah yang mengejar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Bagi Thanthawi Jawhari,
3
sebagaimana dikutip oleh Suf Kasman dalam bukunya Jurnalisme Universal: menelusuri Prinsip-Prinsip Dakwah Bi
Al-Qalam dalam Al-Qur’an , menyebutkan bahwa ayat tersebut mendobrak
kejumudan masyarakat Arab kala itu yang hanya mementingkan tradisi pengindraan, hafalan dan tutur kata, dengan menyodorkan hal-hal yang tidak
kalah penting, yaitu: tulisan.
4
Dakwah sendiri menurut Syaikh Ali Makhfudz dalam Hidayat Al- Mursyidin
sebagaimana di kutip oleh Nurul Badrutamam, adalah
2
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya: Penerbit CV. Jaya Sakti, 1989, h. 1079
3
Thanthawi Jawhari adalah seorang cendikiawan mesir kelahiran tahun 1870 beliau adalah salah seorang tokoh pembaharu yang memotivasi kaum muslimin untuk menguasai ilmu
secara luas. Beliau juga seorang ahli filsafat dan seorang tokoh “musafir ilmu” yang luas ilmunya. Gagasan dan pemikiran membuat Thanthawi di perhitungkan dalam jajaran pemikir
islam terlihat dalam 3 hal: 1 obsesinya untuk memajukan daya pikir islam, 2 pentingnya ilmu bahasa dalam menguasai idiom-idiom modern, 3 pengkajian terhadap Al-Qur’an sebagai satu-
satunya kitab suci yang memotifasi pengembang ilmu.
Ensiklopedi Islam, Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Jakarta: Penerbit Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997, cet. Ke-4, jilid 2, h.107
4
Suf Kasman, Jurnalisme Universal: Mendasari Prinsip-Prinsip Dakwah Bi Al-Qolam, Jakarta: penerbit TERAJU,2005, cet. Ke-1, h.87
i
usaha mendorong manusia kearah kebajikan dan petunjuk Tuhan dan mengajak berbuat yang makruf dan menjauhi yang munkar agar meraih
kebahagiaan dunia akhirat.
5
Sedangkan dalam al-Qalam menurut Abdurrahman Bin Nasir AL- Sa’di, seperti yang di kutip oleh Suf Kasman adalah mencangkup segala
keseluruhan apa yang dipergunakan untuk menulis sebagai ilmu pengetahuan. AL-Mansyur dan Al-Manuzum
menyiarkan dan sistematis. Dengan demikian dakwah bil qalam
sebagaimana yang diungkapkan oleh Jalaludin Rakhmat dalam Islam Aktual, sebagaimana yang dikutip oleh Suf Kasman adalah
dakwah melalui media cetak.
6
Seiring dengan kemajuan teknologi informasi yang
memungkinkan seseorang
berkomunikasi secara
intens dan
menyebabkan pesan dakwah bisa menyebar seluas-luasnya. Salah satu media cetak yang di dalamnya terdapat pesan dakwah yaitu
Dalam novel ”Cinta Di Ujung Sajadah karya Asma nadia” di dalam novel ini pengarang ingin melukiskan kisah seorang gadis kecil yang di tinggalkan
karena masa lalu ibunya yang kelam. gadis kecil itu tinggal bersama ibu dan kedua saudara tirinya. Kedua saudaranya selalu membuat gadis kecil bernama
Cinta kehilangan kasih sayang keluarga yang utuh, namun dengan ke ikhlasannya menjalani hidup ia selalu merasa bahwa setiap perjalanan
memiliki makna. Dari sudut pandang yang berbeda penulis ingin memasukan pesan-pesan dakwah di setiap cerita dalam novel ” Cinta Di Ujung Sajadah”.
Tidak seperti kisah yang banyak di alami anak-anak lazimnya merasa lengkap dengan ke dua orang tua tetapi tidak dengan seorang ”Cinta” anak
tunggal yang hidup dengan keterasingan dalam keluarga karena harus berbagi kasih sayang seorang ayah kepada saudara tirinya yang selalu merasa
tersaingi. Tokoh utama dalam novel ini mengambarkan sosok seorang anak perempuan yang kuat meski tidak pernah mengenal sosok ibunya yang telah
5
Nurul Badrutamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, Jakarta: Grafindo, 2005, cet. Ke-1, h.36
6
Suf Kasman , Ibid, h. 118
i tiada. Di dalam novel di ceritakan melalui ungkapan Mbo Nah, seorang
pengasuh Cinta, kronologi kepergian Ibu yang di sayangi oleh cinta. Konflik yang di bangun dalam setiap ceritanya sangat beragam,
perjalanan tiap tokoh juga sangat menarik. Dalam novel ini juga di ceritakan tahapan-tahapan perjalanan atau kronologis awal perkenalan yang di alami
tokoh utama, hingga akhirnya berjumpa dengan ibu kandungnya setelah pencarian panjang dalam kerinduannya.
Dalam novel ini tokoh utama di gambarkan oleh sosok perempuan yang bernama Cinta, lembut dan pintar dalam kesehariannya ia begitu ramah.
Hal ini mengangkat nilai-nilai moral dalam kehidupan sosial. Pemecahan konflik dalam cerita ini mengangkat jiwa berserah kepada Allah SWT.
Sebagai pencipta yang mengetahui apa-apa yang tidak di ketahui manusia. Novel ini menjelaskan bentuk ketakwaan yang dimiliki setiap manusia dengan
cara yang berbeda-beda, unik dan istimewa. Itulah hubungan novel dengan dakwah sebagai media komunikasi
dimana di dalamnya terdapat proses komunikasi yang mengandung pesan- pesan dan moral. Biasanya pesan moral itu mencerminkan pandangan hidup
pengarang yang bersangkutan tentang nilai-nilai kebenaran.
7
Menurut Ir. Hadianto, M.Si dalam buku Membudayakan Kebiasaan Menulis,
ia mengatakan bahwa kebiasaan menulis dalam hal ini adalah termasuk novel bisa diartikan secara sederhana. Namun dapat pula
ditafsirkan lebih luas. Jadi tidak sekedar menuangkan informasi atau pesan dari bahasa lisan kebahasa tulisan. Karena dilihat dari pandangan komunikasi,
pertanyaan “mengapa kita menulis” dapat ditelusuri dari segi motifasi menulis dan tujuan-tujuan yang paling hakiki dari komunikasi. Tetapi, masih menurut
beliau, apapun juga motivasinya tulis-menulis selalu berhubungan dengan usaha atau kegiatan yang di lakukan oleh seorang penulis mengungkapkan
7
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1995, cet. Ke-1, h. 322
i fakta-fakta, perasaaan, dan isi pikirannya secara jelas dan efektif kepada
pembaca.
8
Sejalan dengan mengikuti alur logika tersebut, dapat dikatakan bahwa karya sastra Asma Nadia yang berjudul Cinta di Ujung Sajadah yang menjadi
pokok penelitian yang memuat pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam ajaran Islam. Karena Asma Nadia adalah seorang muslimah dan aktifis
dakwah, dan oleh karenanya tidak mustahil bila ia mendasari pandangan tentang nilai-nilai ketauhidan sebagaimana yang diajarkan Islam. Hasyim
mengatakan dan telah dikutup oleh Prof. Dr. Nabilah Lubis: “ Apabila karya sastra itu mengajak kejalan yang benar, dan menegakkan amal saleh melalui
tokoh-tokohnya maka ia berarti mereka menganut ajaran bahwa segala sesuatu dari Allah, untuk Allah dan karena Allah. Sedangkan bila sastra itu
mempunyai tujuan lain dan melepaskan diri dari ajaran agama, maka karya- karya sastranya mengandung ajaran seni untuk seni atau seni untuk sastra.”
9
Nabilah Lubis pun mengatakan bahwa seorang ”sastrawan” termasuk khalifah Allah dibidang bahasa dan sastra dan sastra mempunyai tanggung
jawab dan kewajiban seperti khalifah Allah pada bidang-bidang yang lain, dan harus bergerak dalam melaksanakan amanat Allah mengajak umat untuk
menuju ke jalan yang benar dan menjauhi larangan-Nya, yaitu “amar ma’ruf nahi munkar”.
10
Berdasar hal inilah, yang menjadi landasan mengapa peneliti tertarik mengangkat judul Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Novel Cinta di Ujung
Sajadah karya Asma Nadia.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah