69
terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya.
Hasil statistik pada penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata usia responden adalah 11 tahun sebesar 48,2, menurut teori usia
berbanding lurus dengan perilaku. Namun pada penelitian ini usia tertua 12 tahun sebesar 8,9 lebih sedikit, hal ini dikarenakan pada
usia tersebut berada di jenjang kelas yang sama, sehingga pengetahuan dan pengalaman yang didapat mereka sama.
c. Kelas
Kelas merupakan jenjang atau tingkatan pada SD, jumlah siswa pada kelas 4 sebanyak 90 orang dan kelas 5 sebanyak 130 orang. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa responden dari kelas 4 adalah 23 orang 41,1 dan responden dari kelas 5 sebanyak 33 orang 58,9.
Hal ini terjadi karena proporsi pengambilan setiap sampel berbeda, dimana sampel yang dikehendaki dikelompokkan menjadi dua setelah
itu diambil secara acak.
2. Gambaran Informasi Cuci Tangan Responden di SDN Ciputat 02
Hasil penelitian mengenai waktu responden diajarkan mencuci tangan menunjukkan bahwa sebanyak 21,4 pernah diajarkan mencuci tangan
saat SD kelas 5 dan TK. dan sebanyak 19,6 tidak pernah diajarkan mencuci tangan. Hal ini diperkuat oleh Wong 2004 memori jangka
pendek anak mulai berkembang dengan baik, namun memori jangka panjang anak telah berkembang tapi sedikit. Dapat disimpulkan bahwa
daya ingat tentang mencuci tangan pada anak yang diajarkan pada SD
70
kelas 5 sangat baik dibuktikan dengan nilai pengetahuan mencuci tangan yang baik pada siswa tersebut.
Hasil penelitian mengenai sumber informasi responden mencuci tangan menunjukkan bahwa sebanyak 53,6 diajarkan mencuci tangan
oleh guru. dan sebanyak 19,6 tidak pernah diajarkan mencuci tangan. Berdasarkan penelitian Cahyani 2010, bahwa sumber informasi dapat
mempengaruhi tahap cuci tangan seseorang, disebabkan karena sumber informasi tertentu dapat mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang
untuk cuci tangan dengan benar. Salah satu sumber informasi yang dapat meningkatkan tingkat kepatuahan cuci tangan adalah orang tua.
Penelitian yang dilakukan oleh Catalina Lopez, et al kepada anak-anak dengan jumlah sampel 645 menunjukkan bahwa anak-anak mencuci
tangan setelah mendapat informasi dari orang tua sebesar 88,5, dari sekolah sebesar 66,7, dari media sebesar 56,8. Selain itu, siswa yang
mendapat informasi dari orang tua cenderung dua kali lebih benar dalam mencuci tangan dibandingkan dengan tidak mendapat informasi dari
orang tua Nutbeam, 1998.
3. Gambaran Pengetahuan Cuci Tangan Responden di SDN Ciputat 02
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga Notoatmodjo, 2007. Pengetahuan yang dimiliki seseorang tidaklah sama, melainkan
71
bertingkat-tingkat dimana hal tersebut tergantung pada upaya untuk mempelajarinya lebih dalam. Adanya variasi pengetahuan menunjukkan
pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: pengalaman, tingkat pendidikan, informasi, fasilitas dan sosial budaya.
Hasil penelitian mengenai pengetahuan menunjukkan bahwa sebagian besar responden sebesar 96,4 memiliki pengetahuan tentang
mencuci tangan yang baik, sebesar 3,6 diantaranya memiliki pengetahuan cukup, sementara siswa yang memiliki pengetahuan kurang
tidak ada. Penelitian yang dilakukan oleh Syarifah Fazlin, Suriadi, dan
Riduan Novaris Sianturi 2013, menunjukkan bahwa sebanyak 39,2 responden memiliki pengetahuan kurang tentang teknik mencuci tangan
yang benar dan yang mengalami kejadian diare tinggi sebanyak 51,4 responden. Simpulan penelitian tersebut adalah semakin kurang tingkat
pengetahuan siswa tentang teknik mencuci tangan yang benar maka
kejadian diare semakin tinggi. 4.
Gambaran Perilaku Cuci Tangan Responden di SDN Ciputat 02
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan,
berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar
Notoatmodjo, 2003.
72
Hasil penelitian mengenai perilaku menunjukkan bahwa sebagian besar 44,6 memiliki perilaku cuci tangan yang kurang, dan 55,4
memiliki perilaku cuci tangan yang baik. Hal ini sejalan dengan teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo
2010 bahwa perilaku terbentuk karena tiga faktor yaitu faktor predisposisi pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai,
tradisi, dan sebagainya, faktor pemungkin sarana dan prasarana atau fasilitas yang memadai, faktor penguat. Berdasarkan segi fasilitas, masih
kurangnya fasilitas yang memadai untuk siswa mencuci tangan seperti; kurang mencukupinya sabun, tidak adanya keran air ditempat strategis
tempat yang sering dikunjungi anak-anak dan tidak adanya poster tentang pentingnya mencuci tangan.
Hal ini juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Kemenkes RI 2010 Jika seseorang telah paham pentingnya CTPS
belum tentu mereka otomatis mempraktikkanya. Kenyataan yang menunjukkan bahwa pengenalan pentingnya CTPS di Indoensia telah
dimulai sejak tahun 80an, namun survey perilaku CTPS di Indonesia terhadap 5 waktu penting CTPS menunjukkan hasil yang sangat rendah
yaitu: 12 setelah ke jamban, 9 setelah BAB, 14 sebelum makan, 7 sebelum memegang makanan, dan hanya 6 sebelum menyiapkan
makan. Penyampaian pesan harus dilakukan berulang kali agar pemahaman dapat sejalan dengan praktik perilaku tersebut.
73
5. Gambaran Kejadian Diare Pada Responden di SDN Ciputat 02