43
4. Debu-debu yang dihirup ke paru-paru mengurangi penggunaan optimal alat
pernafasan untuk mengambil zat asam dari udara. 5.
Parasit-parasit yang masuk tubuh akibat higene di tempat kerja yang buruk menurunkan derajat kesehatan dan juga daya kerjanya.
6. Sifat badan yang salah mengurangi hasil kerja, menyebabkan timbulnya kelelahan
atau kurangnya fungsi maksimal alat-alat tertentu. 7.
Hubungan kerja tidak sesuai adalah sebab bekerja secara lamban atau setengah- setengah.
Sebaliknya, apabila faktor-faktor tersebut dicari manfaatnya, dapat diciptakan suasana kerja yang lebih serasi, misalnya :
1. Penggunaan musik di tempat kerja,
2. Penerangan yang diatur intensitas dan penyebarannya,
3. Dekorasi warna ditempat kerja,
4. Bahan-bahan yang beracun dalam keadaan dikendalikan biayanya,
5. Penggunaan suhu yang nikmat untuk kerja,
6. Perencanaan manusia dan mesin yang sebaik-baiknya,
7. dan lain sebagainya.
II.3.5 Pemantauan Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja dapat mendorong kegairahan karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya. Lingkungan kerja yang aman, sehat dan nyaman merupakan syarat
penting sehingga karyawan dapat mengerjakan pekerjaanya dengan kondisi yang prima, untuk menjamin kearah ini diperlukan pemantauan terhadap lingkungan
tempat kerja. Menurut Ichsan 2006 pemantauan lingkungan kerja terhadap semua unit
perusahaan bertujuan untuk : 1.
Memastikan apakah lingkungan kerja tempat kerja tersebut telah memenuhi persyaratan K3,
2. Sebagai pedoman untuk bahan perencanaan dn pengendalian terhadap bahaya
yang ditimbulkan oleh faktor-faktor yang ada di setiap tempat kerja, 3.
Sebagian data pembantu untuk mengkorelasikan hubungan sebab akibat terjadinya suatu penyakit akibat kerja maupun kecelakaan,
4. Bahan dokumen untuk mengembangkan program-program K3 selanjutnya.
Selanjutnya untuk mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan bahaya di lingkungan kerja ditempuh tiga langkah utama, yakni :
Yuis Nurmalinda : Analisis Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 Serta Lingkungan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa Medan, 2008
USU Repository © 2008
44
1. Pengenalan lingkungan kerja
Pengenalan lingkungan kerja ini biasanya dilakukan dengan cara melihat dan mengenal, dan ini merupakan langkah dasar yang pertama kali dilakukan dalam
upaya mewaspadai faktor bahaya.
2. Evaluasi lingkungan kerja
Merupakan tahap penilaian karakteristik dan besarnya potensi-potensi bahaya yang mungkin timbul, sehingga bisa untuk menentukan prioritas dalam mengatasi
permasalahan.
3. Pengendalian lingkungan kerja.
Pengendalian lingkungan kerja dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan keadaan berbahaya di lingkungan kerja. Kedua tahapan
sebelumnya, pengenalan dan evaluasi, tidak dapat menjamin sebuah lingkungan kerja yang sehat. Jadi hanya dapat dicapai dengan teknologi pengendalian yang
memadai untuk pencegahan yang dapat merugikan karyawan Anies, 2005
II.4 Teori Tentang Kecelakaan Kerja II.4.1 Pengertian Kecelakaan Kerja dan Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja
Menurut Bambang 2006 kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak terduga dan yang tidak diharapkan terjadi yang dapat menimpa karyawan. Tidak
terduga karena dilatar belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih- lebih lagi dalam bentuk perencanaan. Tidak diharapkan oleh karena peristiwa
kecelakaan disertai kerugian materil maupun penderitaan yang paling ringan sampai kepada yang paling berat yang tidak diinginkan.
Hariandja 2002 menyatakan pada prinsipnya faktor penyebab kecelakaan kerja, berkisar pada :
a. Faktor Manusia
Pekerja tentu saja memiliki keterbatasan-keterbatasan misalnya merasa lelah, lalai, atau melakukan kesalahan-kesalahan yang bisa disebabkan oleh berbagai
persoalan pribadi atau keterampilan yang kurang dalam melaksanakan pekerjaannya. Untuk mengatasi hal ini, maka perusahaaan harus melakukan
pelatihan-pelatihan dalam melakukan pekerjaan secara baik, membuat pedoman pelaksanaan kerja secara tertulis, meningkatkan disiplin, melakukan pengawasan
oleh atasan langsung, dan mungkin dapat memberikan reward bagi mereka yang mengikuti prosedur dengan benar.
Yuis Nurmalinda : Analisis Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 Serta Lingkungan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa Medan, 2008
USU Repository © 2008
45
b. Faktor Peralatan Kerja
Peralatan kerja atau pelindung bisa rusak atau tidak memadai. Untuk mengatasinya perusahaan harus memperhatikan kelayakan setiap peralatan yang
dipakai dan melatih para karyawan untuk memahami karakteristik setiap peralatan dan mekanisme kerja peralatan tersebut.
c. Faktor Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja bisa menjadi tempat yang tidak aman, sumpek dan terlalu penuh, penerangan dan ventilasinya tidak memadai. Selain itu, iklim psikologis
diantara pekerja juga bisa kurang baik, misalnya tidak ada interaksi yang saling membantu diantara para pekerja. Untuk ini perusahaan harus membangun tim
kerja yang baik melalui berbagai macam program. Kecelakaan juga bisa terjadi akibat kondisi jalan yang tidak baik, tanda peringatan yang tidak lengkap dan
jelas, serta sikap yang hanya mementingkan diri sendiri.
Dijabarkan lebih rinci oleh Desler Panggabean, 2004 yang mengemukakan bahwa,”ada tiga penyebab utama kecelakaan, yaitu secara kebetulan chance
occurance , kondisi yang tidak aman unsafe condition, dan sikap yang tidak
diinginkan unsafe acts on the part of employee”. a.
Secara kebetulan chance occurance Kecelakaan dapat terjadi secara kebetulan, misalnya seorang pekerja terkena
pecahan kaca pada saat melintas di suatu tempat dimana ada kaca jendela yang jatuh.
b. Kondisi tidak aman unsafe condition
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kondisi yang tidak aman adalah : alat pengaman yang tidak sempurna; alat dan peralatan yang sudah tidak layak atau
rusak; terjadi kemacatan congestion; prosedur yangbberbahaya di dalam, di atas atau disekitar peralatan dan mesin; tempat penyimpanan yang tidak aman;
kurangnya pencahayaan dan ventilasi yang kurang ataupun berlebihan; bising, radiasi, tempat penyimpanan yang tidak aman; kondisi suhu yang membahayakan
terpapar gas dll; alat penjagapengaman gedung kurang dari estándar; ada api ditempat yang berbahaya; sistem peringatan yang berlebihan In adequate
warning system
. Disamping itu, kecelakaan dapat terjadi karena pekerjaan itu sendiri, skedul kerja, dan iklim psychological ditempat kerja.
c. Sikap yang tidak diinginkan unsafe acts on the part of employee, yaitu:
menjalankan pekerjaan tanpa mempunyai kewenangan bekerja bukan pada kewenangannya; gagal dalam menciptakan keadaan yang baik sehingga menjadi
tidak aman atau memanas; menjalankan pekerjaan yang tidak sesuai dengan kecepatan geraknya; memakai alat pelindung diri APD atau safety hanya
berpura-pura; menggunakan peralatan yang tidak layak; pengrusakan alat pengaman peralatan yang digunakan untuk melindungi manusia; bekerja
berlebihanmelebihi jam kerja ditempat kerja; mengangkatmengangkut beban yang berlebihan; menggunakan tenaga yang berlebihantenaganya hanya untuk
main-main; peminunpemabukmengkonsumsi NARKOBA.
Yuis Nurmalinda : Analisis Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 Serta Lingkungan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa Medan, 2008
USU Repository © 2008
46
Garis besar kecelakaan yang terjadi pada karyawan dapat dilihat dari: kapasitas kerja dan beban kerja yang merupakan komponen utama dalam kesehatan dan
keselamatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara komponen tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang baik dan optimal dan dapat mengurangi
terjadinya kecelakaan kerja. Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja, gizi kerja serta
kemampuan fisik yang prima diperlukan agar seorang pekerja dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Kondisi atau tingkat kesehatan pekerja sebagai modal
awal seseorang untuk melakukan pekerjaan harus pula mendapat perhatian. Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Dimana pola kerja yang
berubah-ubah dapat menyebabkan kelelahan yang meningkat, akibat terjadinya perubahan pada bioritmik irama tubuh. Faktor lain yang turut memperberat beban
kerja antara lain tingkat gaji dan jaminan sosial bagi pekerja yang masih relatif rendah, yang berdampak pekerja terpaksa melakukan kerja tambahan secara
berlebihan. Beban psikis ini dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan stress. Akibat beban kerja yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat
mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja. Menurut Husni 2005 akibat dari kecelakaan kerja atau industri ini dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu : 1.
Kerugian yang bersifat ekonomis, antara lain: a.
Kerusakankehancuran mesin, peralatan, bahan, dan bangunan. b.
Biaya pengobatan dan perawatan korban akibat dari kecelakaan. c.
Tunjangan kecelakaan. d.
Hilangnya waktu kerja e.
Menurunnya jumlah maupun mutu produksi.
Yuis Nurmalinda : Analisis Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 Serta Lingkungan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa Medan, 2008
USU Repository © 2008
47
2. Kerugian yang bersifat non ekonomis :
Pada umumnya berupa penderitaan manusia yaitu tenaga kerja yang bersangkutan, baik itu merupakan kematian, lukacedera berat, maupun luka
ringan.
Menurut Adnan 2008 Keadaan aman yang masih wajar di dalam perusahaan terdapat pada gambar berikut ini :
Homeostatis Batas
Toleransi Teknologi
Stimulus Lingkungan
Kerja Adaptasi
Tidak Ditolerans
i Stress
Sumber : Adnan 2008
Gambar II.1 Nilai Ambang Batas Nilai Tertinggi yang Masih Aman Bagi Pekerja Batas toleransi ialah pada homeostatis dan yang tidak dapat ditoleransi adalah
teknologi yang tidak sesuai dengan sumber daya manusia dan stress. Stress diakibatkan kurangnya karyawan beradaptasi dengan lingkungan kerja serta efek
lanjut diakibatkan lingkungan kerja dan mengarah pada penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja.
Efek Lanjut
Pencemaran Lingkungan
Kerja Penyakit akibat
kerja dan Kecelakaan
kerja
Yuis Nurmalinda : Analisis Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 Serta Lingkungan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa Medan, 2008
USU Repository © 2008
48
II.4.2 Pencegahan Kecelakaan Kerja