13 dengan senyawa murni. Kromatografi juga dapat menunjukkan jumlah minimum
komponen yang ada dalam campuran Gritter, dkk., 1991.
2.5.1 Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipis termasuk kromatografi adsorpsi. Fase diam pada kromatografi lapis tipis berupa lapisan tipis yang terdiri dari bahan padat yang
dilapiskan pada permukaan penyangga datar yang biasanya terbuat dari kaca atau logam. Fase gerak pada kromatografi lapis tipis adalah zat cair yang disebut
larutan pengembang Gritter, dkk., 1991. Campuran yang akan dikromatografi harus dilarutkan terlebih dahulu
dalam pelarut yang sesuai. Hampir segala macam pelarut dapat dipakai, tetapi yang terbaik adalah yang bertitik didih antara 50
o
hingga 100
o
C agar mudah menguap dari lapisan Gritter, dkk., 1991. Cuplikan ditotolkan berupa pita yang
harus sesempit mungkin karena pemisahan berdasarkan pita. Penotolan dapat dilakukan dengan kapiler halus atau dengan penotol otomatis. Plat dielusi dengan
pelarut yang diinginkan dan setelah elusi selesai disemprot dengan penampak bercak Hostettman, dkk., 1995.
a. Fase diam Fase diam berfungsi untuk menahan sampel, dapat berupa cairan ataupun
padatan. Fase diam yang digunakan pada kromatografi lapis tipis beberapa diantaranya adalah silika gel, alumina dan kieselguhr. Silika gel adalah bahan
yang paling banyak digunakan untuk pemisahan sebagian besar senyawa, seperti asam amino, alkaloid, lipid, steroid, triterpenoid dan gula. Alumina digunakan
untuk pemisahan alkaloid, vitamin, karoten, fenol, steroid dan asam amino sedangkan kieselguhr digunakan untuk pemisahan gula, oligosakarida, asam
lemak dan asam amino. Kalsium sulfat terkadang ditambahkan sebagai adsorben
Universitas Sumatera Utara
14 untuk mengikat lapisan pada lempeng Bintang, 2010.
b. Fase gerak Fase gerak ialah medium angkut dan terdiri dari satu atau beberapa
pelarut. Pemilihan sistem pelarut yang dipakai didasarkan atas prinsip
like dissolves like
yaitu untuk memisahkan sampel yang bersifat non polar digunakan sistem pelarut yang bersifat non polar dan untuk memisahkan pelarut sampel yang
bersifat polar digunakan sistem pelarut yang bersifat polar Stahl, 1985. c. Harga Rf
Identifikasi bercak komponen dilakukan dengan menghitung harga
Retardation Factor
Rf sebagai derajat retensi, yang didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh senyawa pada kromatografi dari tempat totolan terhadap jarak
tempuh pelarut atau dapat dituliskan sebagai berikut:
Faktor yang mempengaruhi harga Rf antara lain adalah suhu, pelarut, sifat penjerap dan jumlah cuplikan Bintang, 2010.
2.5.2 Kromatografi lapis tipis preparatif