13
Menurut Angka 2001 pertumbuhan bakteri yang cepat dan produk metabolit yang dihasilkan oleh bakteri tersebut menyebabkan gangguan fisiologis
dan kematian ikan pasca infeksi. Semakin meningkatnya pertumbuhan bakteri S. agalactiae
maka semakin meningkat pula ekstraseluler produk ECP yang dihasilkan sehingga toksisitasnya lebih tinggi Hardi 2011.
3.3 Perubahan Tingkah Laku dan Gejala Klinis Tubuh Ikan Nila
3.3.1 Perubahan Tingkah Laku Renang
Perubahan tingkah laku renang yang muncul pada ikan nila yang terinfeksi S. agalactiae
yaitu ikan cenderung agresif dengan sirip punggung yang mengembang dan juga ditemui ikan yang lemah dan diam di dasar akuarium.
Perubahan yang terjadi mulai hari ke- 2 pasca infeksi bakteri tipe β-hemolitik
yaitu pola renang ikan yang berenang didasar akuarium dan soliter, sedangkan pada tipe non-hemolitik perubahan tingkah laku renang berupa berenang tidak
beraturan dan sirip punggung mengembang. Ikan uji menunjukkan berenang gasping
yaitu mengambil udara tepat di bawah permukaan air, soliter dan respon cepat pada hari ke- 5 pasca infeksi bakteri tipe non-hemolitik sedangkan bakteri
tipe β-hemolitik ikan uji menunjukkan berenang abnormal pada hari ke- 7 ikan
mengalami whirling yaitu berenang berputar-putar menggelepar, gasping dan berenang melayang dikolom air. Infeksi bakteri tipe
β-hemolitik dan non- hemolitik tidak menunjukkan perbedaan yang berarti pada perubahan pola renang
Lampiran 10. Namun, bakteri tipe non-hemolitik lebih cepat menyebabkan perubahan pada pola berenang ikan pada hari ke- 6 pasca infeksi ikan cenderung
lemah, gasping dan whirling sedangkan gejala yang sama baru muncul hari ke- 7 pasca infeksi dengan bakteri tipe
β-hemolitik. Gejala tersebut sesuai dengan gejala yang berhasil diamati oleh Evans et al. 2006 pada ikan nila yang
terinfeksi S. agalactiae sebelum mati yaitu berenang lemah dan berada di dasar akuarium, respon terhadap pakan lemah, berenang whirling menggelepar dan
tubuh membentuk huruf ”C”.
3.3.2 Perubahan Tingkah Laku Makan
Menurut Hardi 2011, perubahan tingkah laku makan ikan nila akibat serangan bakteri S. agalactiae karena terganggunya sistem pencernaan ikan akibat
adanya infeksi bakteri S. agalactiae yang menyerang bagian hipotalamus otak
14
sebagai pusat yang mengatur rasa lapar dan juga pencernaan ikan. Perubahan tersebut terlihat pada aktivitas makan ikan nila pasca diinjeksi dengan bakteri S.
agalactiae mulai tampak pada awal hari ke- 3. Ikan mulai lambat merespon
pakan yang diberikan dan jumlah pakan yang dimakan juga berkurang. Umumnya respon terhadap ikan pasca injeksi bakteri S. agalactiae lemah bahkan ikan uji
yang diinfeksi dengan bakteri tipe non-hemolitik tidak mau makan sejak hari ke- 3 pasca infeksi. Respon terhadap pakan ikan uji yang diinjeksi bakteri tipe
β- hemolitik terlihat pada hari ke- 4 lebih lama dari bakteri tipe non-hemolitik
terlihat pada Lampiran 11.
3.3.3 Perubahan Gejala Klinis Tubuh Ikan Nila