9
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil yang diperoleh selama pelaksanaan kegiatan penelitian ini meliputi : 1 pengujian kerentanan ikan nila terhadap infeksi bakteri Streptococcus
agalactiae ; 2 distribusi bakteri S. agalactiae di dalam tubuh ikan nila; 3
perubahan tingkah laku dan gejala klinis tubuh ikan nila; 4 mortalitas ikan nila yang diinfeksi S. agalactiae; dan 5 perubahan makroskopis dan mikroskopis
akibat infeksi bakteri S. agalactiae pada ikan nila.
3.1 Pengujian Kerentanan Ikan Nila Terhadap Infeksi Bakteri S. agalactiae
Pengujian ini didahului dengan tahap identifikasi bakteri untuk mengetahui sifat dan karakteristik bakteri tersebut Tabel 1.
Tabel 1 Hasil identifikasi bakteri Streptococcus agalactiae setelah reisolasi
Pengujian Bakteri Streptococcus agalactiae
Tipe β-Hemolitik Tipe
non-Hemolitik Pewarnaan Gram
Gram + Gram +
Bentuk dan Penataan sel
Bulat berantai pendek Tersusun 2-3 sel bakteri
Bulat berantai panjang Tersusun 3 sel bakteri
Motilitas - -
OksidatifFermentatif Fermentatif Fermentatif
Katalase - -
Oksidase - -
Pertumbuhan NaCl 6,5 + +
D-mannitol - -
Haemolisis + -
Gambar 1 Hasil pewarnaan gram bakteri S. agalactiae tipe
β-hemolitik SA3 dan tipe non-hemolitik SA5.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa bakteri S. agalactiae pada ikan terbagi atas dua tipe seperti yang ditemukan oleh Sheehan et al. 2009, yaitu tipe
β-hemolitik dan non-hemolitik. Bakteri β-hemolitik mampu melisis eritrosit
20 µm 20 µm
10
dengan sempurna yang ditunjukkan dengan adanya zona bening pada media agar darah. Sedangkan bakteri non-hemolitik tidak mampu melisis eritrosit sehingga
tidak terbentuk zona pada media agar darah. Dari hasil identifikasi pada Tabel 1 telah sesuai menurut SNI 7545.3:2009 mengenai identifikasi bakteri S. agalactiae
pada ikan secara konvensional. Hasil karakterisasi bakteri S. agalactiae tipe β-
hemolitik pewarnaan gram ungu positif berbentuk bulat coccus, penataan berantai pendek tersusun 2-3 sel bakteri, sedangkan tipe non-hemolitik pewarnaan
gram ungu positif berbetuk bulat coccus, penataan berantai panjang tersusun 3 sel bakteri Gambar 1. Bakteri hasil reisolasi ini selanjutnya digunakan pada uji
ambang batas, uji LD
50
, distribusi bakteri S. agalactiae di dalam tubuh dan perubahan makroskopis dan mikroskopis akibat infeksi bakteri S. agalactiae.
Konsentrasi yang akan digunakan pada uji LD
50
terdiri dari 6 dosis bakteri dengan kontrol dalam 3 ulangan, dengan kisaran 10
3
-10
8
CFUml. Data hasil pengujian LD
50
secara ringkas disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Hasil uji LD
50
yang diinfeksi bakteri S. agalactiae tipe β-hemolitik dan
tipe non-hemolitik
Bakteri Pengenceran Jumlah
ikan Jumlah
kematian Total
Kematian Kematian
S . agal
a cti
ae tipe
β-hemolitik 10
8
30 25 2530
83.33 10
7
30 20 2030
66.66 10
6
30 17 1730
56.66 10
5
30 12 1230
40.00 10
4
30 8 830 26.66
10
3
30 1 130 3.33
Kontrol 30
030
S. aga lacti
ae tipe
non -hemo
liti k
10
8
30 26 2630
86.66 10
7
30 23 2330
76.66 10
6
30 20 2030
66.66 10
5
30 17 1730
56.66 10
4
30 7 730 23.33
10
3
30 2 230 6.67
Kontrol 30 0 030 0
Uji tantang yang dilakukkan dengan menginfeksi bakteri S. agalactiae tipe β-hemolitik pada pengujian LD
50
, ikan mulai mengalami kematian di hari ke-3. Nilai LD
50
yang didapatkan dari penginfeksian bakteri S. agalactiae tipe β-
hemolitik adalah 10
5,6
CFUml. Sedangkan pada tipe non-hemolitik ikan juga mengalami kematian pada hari ke-3 namun, nilai LD
50
atau kematian 50 dari
11
populasi ikan yang didapatkan sebesar 10
4,8
CFUml, selengkapnya disajikan pada Lampiran 7 dan 8.
Menurut Hardi 2011, bakteri S. agalactiae tipe non-hemolitik lebih virulen dibandingkan dengan tipe
β-hemolitik dilihat dari kematian, munculnya gejala klinis, perubahan tingkah laku, perubahan patologi anatomi baik secara
makroskopis maupun mikroskopis. Permukaan sel bakteri tipe β-hemolitik non
kapsul lebih banyak tersusun atas protein yang lebih mudah dan cepat dikenali oleh sel fagosit. Sedangkan tidak seperti sel bakteri tipe non-hemolitik berkapsul
yang selain tersusun atas protein, juga tersusun atas karbohidrat yang lebih banyak, sehingga lebih sulit untuk difagosit. Sel bakteri tipe non-hemolitik lebih
cepat tumbuh dan berkembangbiak serta menyebarkan virulensi di sel atau jaringan dibandingkan bakteri tipe
β-hemolitik yang mudah dikenali dan mampu dilawan oleh sistem imun Hardi 2011.
Winarti 2010, menyatakan bahwa cara pemaparan antigen pada intramuscular
menyebabkan bakteri langsung masuk ke dalam jaringan dan pembuluh darah kapiler kemudian menyebar ke seluruh organ tubuh sehingga
dengan dosis lebih rendah menyebabkan kematian ikan nila yang lebih banyak dan cepat. Menurut Cipriano 2001 dalam Winarti 2010, keganasan penyakit
dipengaruhi oleh jumlah dari faktor yang saling berhubungan, meliputi virulensi bakteri, macam dan derajat stress yang dipengaruhi populasi ikan, kondisi
fisiologi dari inang dan derajat resistensi genetik yang tidak bisa dipisahkan dalam populasi spesifik dari ikan. Selain itu Winarti 2010 juga mengemukakan
perbedaan dosis LD
50
yang dihasilkan disebabkan oleh berbedanya virulensi bakteri dan kondisi fisiologi serta derajat resistensi genetik ikan uji yang
digunakan pada saat penginfeksian.
3.2 Distribusi Bakteri S. agalactiae di dalam Tubuh Ikan Nila