Pendidikan Umat Islam Masa Kolonial

50 sebagai lembaga pendidikan Islam dimana diajarkan pelajaran membaca Al-Quran dan pengajian bagi orang dewasa yang dilakukan pada malam hari. 4 Pendidikan di meunasah dipimpin oleh Teuku Meunasah dan perempuan diajar oleh Teuku Inong biasanya dibantu oleh beberapa murid yang lebih menonjol daripada murid lainnya disebut Sida. Tidak ada batasan tertentu untuk lama pendidikan di meunasah, umumnya berlangsung selama dua atau sampai sepuluh tahun. Materi pendidikan yang diajarkan adalah membaca Al-Quran dalam bahasa Aceh yang disebut Beuet Quran. Membaca Quran dengan tajwidnya, menghafal surat pendek Juz Amma pelajaran menyanyi yang berhubungan dengan agama dalam bahasa Aceh dike atau seulaweut dzikir atau sholawat. Buku yang digunakan menggunakan Kitab Parukunan dan Risalah Masail al Muhtadin yang menggunakan bahas Melayu. 5 Belajar di Meunasah tidak memerlukan biaya, karena para pengajar beranggapan mengajar adalah suatu bentuk ibadah. Meunasah merupakan lembaga pendidikan yang wajib diikuti oleh para masyarakat Aceh, tak heran apabila orang Aceh memiliki fanatisme agama yang sangat besar. Bisa dikatakan karena fanatisme agama yang besar memunculkan semangat nasioanlisme dalam diri rakyat Aceh, untuk melawan penjajah Belanda. Alasan ini yang membuat Snouck merasa perlu ikut campur dalam menangani masyarakat Aceh dengan 4 Absari, “Sejarah dan Dinamika Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam di Nusantara”, dalam Samsul Nizar ed,. h.18. 5 Absari, “Sejarah dan Dinamika Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam di Nusantara”, dalam Samsul Nizar ed,. h.19 51 memasukan salah satu orang kepercayaannya yaitu Hasan Moestopa 6 yang telah mendapat pendidikan Belanda dan menjadi menak. 7 Lembaga pendidikan Islam tradisional lainnya adalah Pesantren, dalam bukunya Tradisi pesatren Zamakhsyari Dhofier menyatakan bahwa pondok, masjid,santri, pengajaran kitab kitab Islam klasik dan kyai merupakan elemen dasar dari tradisi pesantren. 8 Nurcholis Madjid menjelaskan bahwa pesantren mengandung makna keI slaman sekaligus keaslian Indonesia. Kata “pesantren” mengandung pengertian sebagai tempat para santri atau murid pesantren. Sedangkan kata santri diduga berasal dari istilah sasthri yang berarti melek huruf, atau dari bahasa Jawa Cantrik yang berarti seseorang yang mengikuti gurunya kemanapun pergi. 9 Materi pelajaran dan metode pengajaran yang digunakan di pesantren antara lain, wetonan yakni metode yang digunakan dimana santri mengikuti pelajaran dengan cara duduk disekeliling kiai yang menerangkan pelajaran, seorang santri menyimak dan mencatat pelajaran yang sudah diberikan oleh kiai. Ada pula metode sorogan yaitu metode dimana santri menghadap kiai seorang demi seorang dengan membawa kitab yang akan dipelajarinya. Metode ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaanan dan kedislipinan para santri. Dan metode hafalan 6 Hasan Moestapa merupakan seorang anak bangsawan Garut yang mendapat kesempatan untuk belajar di Sekolah Belanda, ia merupakan tangan kanan Snouck Hurgonje, juru kunci Snouck Hurgronje dalam urusan masyarakat muslim pribumi merupakan contoh dari penghulu yang terkolonisasi 7 Jajat Burhanudin, Ulama dan Kekuasaan, Pergumulan Elite Muslim dalam Sejarah Indonesia,Jakarta: Mizan, 2012,. h.165. 8 Zamaksyari Dzofier, Tradisi Pesantren : Studi tentang Pandangan Hidup Kyai Jakarta: LP3ES, 1994 h. 35 9 Nurcholis Madjid, Indonesia Kita, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004. h. 14 52 yakni metode dimana santri menghafal teks kalimat dari kitab yang telah mereka pelajari. 10 Hampir di seluruh penjuru Hindia, terutama di pusat-pusat Kerajaan Islam telah banyak para ulama yang mendirikan pondok pesantren dan mencetak ratusan bahkan ribuan alumni yang mumpuni di medan perjuangan masyarakat pribumi. Dalam perkembangannya, pesantren tetap kokoh dan konsisten dalam mengikatkan dirinya sebagai lembaga pendidikan yang mengajarkan dan mengembangkan nilain-nilai Islam. Realitas ini dapat dilihat ketika pesantren menghadapi banyak tekanan dari pemerintah Belanda. Sebelum Kolonial Belanda masuk ke Hindia Belanda, pesantren tidak hanya berperan sebagai lembaga pendidikan yang berfungsi menyebarkan ajaran Islam sekaligus juga mengadakan perubahan-perubahan tertentu menuju keadaan masyarakat yang lebih baik. Lembaga pendidikan Islam berkembang dari mulai yang tradisional sampai modern, mulai dari surau, meunasah, dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dalam bentuk pengajian Al-Quran dan pengajian kitab. Lembaga pendidikan Islam semakin berkembang dari segi kelembagaan sampai materi ajar, metode maupun struktur, lembaga pendidikan melahirkan bentuk baru dalam bentuk madrasah. 10 Absari, h. 287 53 2. Lembaga Pendidikan Islam di Hindia Belanda a. Sumatera Di Sumatera banyak berdiri madrasah-madrasah dan lembaga pendidikan Islam pada masa pemerintah Belanda, beberapa ada di Minangkabau, Sumatera Barat. Lembaga pendidikan di Minangkabau sendiri diantaranya adalah Madrasah Adabiyah Madrasah ini didirikan di Padang Panjang pada tahun 1907 oleh H. Abdullah Ahmad. Lalu Sumatra Thawalib yang asal ususl didirikanya dari suatu surau yang disebut surau Jembatan Besi, yang pada mulanya juga memberikan pelajaran agama secara tradisional, 11 Lembaga lain yang sebagian merupakan bias dari perkembangan surau Jembatan Besi adalah Diniyah School yang didirikan di Padang Panjang tahun 1915. dengan menggunakan sistem ke-edukasi sekolah campuran yang dicontohkan dari kebiasaan yang berlaku di sekolah- sekolah pemerintahan. 12 Diniyah School didirikan oleh Zaninudin Labai El- Yunusi, merupakan sekolah agama pertama yang melaksanakan sistem pendidikan modern dengan menggunakan alat tulis dan alat peraga yang biasa disebut system klasikal, meskipun dalam proses belajar mengajarnya masih berada di Surau belum berbentuk kelas. Kurikulumnya tidak hanya mengajar pengetehuan agama, tetapi juga pengetahuan umum terutama sejarah dan ilmu bumi. Kelas yang paling tinggi menggunakan buku-buku berbahasa Arab dikarenakan kurikulumnya bersifat ekstra bahasa Arab daripada ilmu bumi dan 11 Deliar Noer, Gerakan Modernisasi di Indonesia 1900-1942, Jakarta: LP3ES, 1991, h. 52-53 12 Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, h. 63 54 sejarah 13 , madrasah diniyah di topang oleh kemampuan bahasa asing yang dimiliki Zainudin Labai El-Yunusi yang sangat memahami dan mengembangkan pengetahuan, sedikit berbeda dari sekolah Adabiyah yang lebih pada pengetahuan umum. Sekolah diniyah mendapat sambutan hangat dari masyarakat Islam di Minangkabau. Sampai pada tahun 1922 tercatat ada 15 sekolah ynag menggunakan sistem pendidikan seperti ini. Tidak ada keterkaitan antara sekolah lain dengan sekolah diniyah, hanya memiliki kesamaan pada jiwa dan semangat dalam mengembangkan pendidikan Islam. Sekolah Diniyah dilanjutkan oleh Rahmah El-Yunusi adik Zainudin Labai El-Yunus setelah beliau wafat. Rahmah mendirikan juga sekolah untuk putra dan putri dengan sistem ko-edukasi, karena ia berpendapat bahwa terdapat masalah yang dialami oleh wanita dan hanya dapat dipecahkan oleh wanita itu sendiri maka perlu didirikannya sekolah untuk wanita. 14 Pada 2 November 1923 didirikanlah sekolah putra-putri dinamakan al- Madrasah al-Diniyah. Madrasah Diniyah terdiri dari tujuh kelas, berupa selolah rendah seperti yang didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda yaitu HIS, buku- buku yang digunakan berupa buku yang dipakai di sekolah Mesir sedang untuk tingkat rendah buku yang dipakai adalah buku yang ditulis sendiri oleh Zainudi Labai seperti Aqaid Diniyyah, Mabady Arabiah, dan sebagainya. 15 Pendidikan Islam di Sumatera Utara ditandai oleh tumbuhnya berbagai pesantren dan madrasah dalam mencetak kader penerus cita-cita bangsa dan 13 Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942,.49. 14 Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Logos, 1999, h. 158 15 Hanun Asrohah, h.159. 55 agama. Diantara pesantren yang terkenal adalah pesantren Syekh Hasan Ma’sum yang dirikan pada tahun 1916 di Medan. Madrasah Aziziyah yang didirikan pada tahun 1923, Maktab Islamiyah Tapanuli Medan didirikan pda tahun 15 Mei 1918 16 Maktab Islamiyah Tapanuli merupakan tambahan pendidikan agama pada siang hari untuk murid-murid sekolah pemerintah Belanda. Sistem pengajaran di pesantren dan Madrasah tersebut sudah mempraktikan rencana pengajaran yang tersusun rapi dengan memakai sistem klasikal, mempelajari ilmu pengetahuan umum dan bertingkat bagi madrasah, sedangkan di pesantren memplejarai kitab klasik. 17 Sedangkan sistem pengajaran di pesantren dan madrasah di Sumatera Selatan dalam pendidikan Islam tidak jauh berbeda dengan pendidikan Islam di Jawa, begitupun kitab-kitab yang digunakan di lembaga pendidikan Islam tersebut. Pesantren dan Madrasah yang terkenal antara lain : Sekolah Ahliyah Diniyah, madrasah Nurul Falah, 18 Madrasah Al-Quraniyah didirikan pada tahun 1920 dan dipimpin oleh KH Abu Bakar Al-Basri dan Madrasah Darul Funun didirikan pda tahun 1928 dipimpin oleh Ibrahim. 19 16 Enung K. Rukiati, Fenti Hikmawati, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia,Bandung: Pustaka Setia, 2006 cet 1, h.40 17 Rukiati, h. 40 18 Enung Rukiati, h. 40 19 Maswadi, “Pola dan Kebijakan Pendidikan Islam di Nusantara pada Masa Awal Sampai Sebelum kemerdekaan, Kasus Kebijakan Politik Kolonial Belanda Terhadap Gerakan Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia” dalam Samsul Nizar ed, Sejarah Pendidikan Islam, menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah sampai Indonesia., Jakarta: Kencana Prenada media Group, 2007 h. 304. 56 b. Jawa Beberapa pondok pesantren yang termahsyur di Jawa terletak di Timur Jawa, diantaranya adalah Pondok Pesantren Tremas, Pacitan, Pondok Pesantren Sayikhonan Kholil, Bangkalan, Madura, Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri. Sedangkan Pondok Pesantren di Jawa Tengah berpusat di sekitar Kudus. Ratusan pondok pesantren dan madrasah tersebar di seluruh pelosok Kudus. Antara lain : Aliyatus-Saniyah MuawananatulMslimin, Kudsiyah, Tsywiqut Tullab Balai tengahan School, Mahidud Diniyah Al- Islamiyah Al-jawiyah, dan lain sebagainya. Sedangkan Pondok pesantren yang terkenal di Jawa Barat antara lain pesantren yang didirikan Majalengka pada 1917 oleh Perserikatan Umat Islam, Pesantren yang cukup berpengaruh adalah Pondok Pesantren Gunung Puyuh di Sukabumi. Ada juga Pondok Pesantren Islam PERSIS. 20 1. Pondok Pesantren Tremas, Pacitan Pondok Pesantren Tremas terletak di Desa Tremas, kecamatan Arjosari, kabupaten Pacitan. Pondok Pesatren ini merupak pondok yang berusaha untuk tetap eksis baik intern maupun ekstern dan mampu menjaga tradisi lama. Pondok ini didirikan oleh K.H. Abdul Manan pada 1830 merupakan pondok pesantren tertua di Jawa Timur. Letak pondok ini awalnya di Semanten, 2 km dari utara kota Pacitan kemudian dipindahkan ke Tremas. Pondok Tremas didirikan berdasarkan 20 http:arihartono20.blogspot.co.id201503peranan-dan-perkembangan-pesantren- pada.html diakses pada tanggal 24 april 2016, pukul 11.00 WIB. 57 pengalaman K.H. Abdul Manan yang telah menimba ilmu di pondok Tegalsari, Ponorogo dibawah asuhaj K.H. Hasan Besari. 21 Awal mula perintisannya dibangun sebuah masjid untuk pengajian dan asrama yang terbuat dari bambu untuk tempat tinggal para santri yang berasal dari daerah sekitar. Pendidikan yang diajarkan pada masa awal berupa pendidikan kitab-kitab klasik seperti fiqh, tafsir dan lain sebagainya. Sepeninggalan KH. Abdul Manan, kepemiminan pondok dilanjutkan oleh putra pertama beliau yaitu K.H. Abdullah. Semasa kecilnya ia diberi pelajaran agama langsung oleh ayahnya di pondok Tremas. Setelah dewasa, beliau diajak ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji dan bermukim untuk menuntut ilmu diasana. Setelah pulang dari Mekkah beliau membantu ayahnya mengajar di pondok Tremas. Pada periode beliau lah banyak berdatangan santri-santri dari daerah lain seperti Pacitan, Tegalsari, Purworejo, Kediri. Sehingga pada masa beliau pondok Tremas mengalami kemajuan, dan dibangunlah sebuah asrama di selatan jalan dan dikenal dengan nama “pondok wetan”. Dalam masalah pendidikan, diabwah kepemimpinan K.H. Abdullah mengalami perkembangan, para santri sudah banyak yang menghatam kitab-kitab, santri lama yang sudah menguasai ktab-kitab ikut andil dalam mengajarkan santri baru di pondok tersebut. Sama halnya dengan ayahanda tercinta, beliau membawa putra-putranya ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji dan bermukim disana untuk menuntut Ilmu. Putra pertama beliau Syikh Mahfudz sudah telebih dahulu bermukim di 21 http:www.alkhoirot.net201109pondok-pesantren-tremas-pacitan-jawa.html?m=1 diakses pada tanggal 30 Oktober 2016. 58 Mekkah sebelum adik-adiknya Dimyathi, Dahan dan Abd. Razzaq. Sayikh Mahfudsz meninggal di Mekkah pada saat beliau menuntut ilmu disana, sehingga sepeninggalan KH. Abdullah kepemimpinan pondok Tremas diambl alih oleh K.H. Dimyathi. 22 K.H. Dimyathi meruakan putra keempat dari Sembilan bersaudara, pada perider beliau pondok Tremas merupakan masa keemasan yang pertama. Pada peride beliau jumlah santri yang dating bukan hanya dari daerah sekitar bahkan dari Malysia, Singapura, Thailand dan Filiphina. Karena ilmunya K.H.Dimyathi lebih dikenal dengan sebutan “Mbah Guru”, sehingga pondok Tremas lebih dikenal dengan “Perguruan Islam Pondok Tremas” yang mengandung pengertian tempat berguru. Dengan datangnya para santri baru, pembangunan srama bru pun dilakukan dan diberi nama sesuai denga daerah asal para santri,bangnan masjid pun dipindahkan di tengah pekarangan. Bukan hanya dalam hal pembangunan, K.H DImyathi juga melakukan perkembangan dalam bidang pendidikan, dibangunlah madrasah sebagai tempat belajar. Pada awal permulaan pengajian masih ditangai oleh Kyai namun semakin banyak santri yang sudah pandai, pengajian dibantu oleh para santri yag dianggap sudah mahir dan menguasai kitab-kitab untuk dijelaskan kepada santri lainnya. Kitab-kitab tersebut diajarkan dengan sistem wetonan dan sorogan, dan pada 1928 mulai dirintis sitem madrasah atau kalsikal. 22 Salis Umudiyah, Skripsi, ”Relevansi Kurikulum Pondok Pesantren Dengan Kebutuhan Masyarakat , Studi Analisis Pada Perguruan Islam Pon dok Tremas Pacitan Jawa Timur” Salatiga: IAIN Salatiga, 2015 h. 5 59 Pendidikan yang diajarkan di Pondok Pesantren ini mengedepankan dua aspek yaitu aspek formal dan non-formal. Pendidikan formal yang berkembang di pondok Tremas ini berupa Madrasah Diniyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah dan untuk pendidikan non-formal masih bersifat pendidikan kitab-kitab klasik seperti wetonan dan bandongan. 23 2. Pondok Pesantren Syaikhona Mohammad Kholil, Bangkalan, Madura Syaikhona Kholil merupakan seorang kyai yang lahir dari keturunan alim ulama yang kharismatik, yakni Kyai Abdul Latief bin K.H Hamim bin K.HAbdul Karim bin K.H Muharrom, isrtinya bernama Siti Khodijah. Syaichona Cholil dilahrikan di Desa Lagundih Desa Kramat, Kecamatan Ujung Piring, Kabupaten Bangkalan pada 20 September 1834. Beliau meninggal pada 24 April 1925 dalam usia 91 tahun. Syaikhona Kholil memiliki 5 lima jalur silsilah yang tersambung hingga ke Rasulullah SAW, yaitu Jalur Sunan Kudus Sayyid Ja’far Shodiq, Jalur Sunan Ampel Raden Rahmad, Jalur Sunan Giri Sayyid Muhammad Ainul Yaqin, Jalur Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatullah, da n Jalur Basya’iban. 24 Syaikhona Kholil mengenyam dua masa pendidikan, yakni pendidikan di pesantren dan pendidikan di Tanah Suci Makkah.Awalnya Syaikhona Kholil memperdalam ilmu agama di beberapa pesantren Bangkalan, diantaranya adalah Guru Dawuh dan Guru Agung. Kemudian melanjutkan di beberapa pondok pesantren di Jawa, seperti Pondok Pesantren Bungah, Gersik asuhan Kiai Sholeh, 23 Salis, h 7. 24 M. Ali Haidar, “Tarekat Qodariyah Wa Naqsabandiyah Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan Tahun 1834-1925 “, Avatara, e-Journal Pendidikan Sejarah. Vol 1, No 2, Mei 2013, h. 91. 60 Pondok Pesantren Langitan, Tuban asuhan KH Muhammad Noer, Pondok Pesantren Cangaan, Bangil Jatim asuhan KH Asyik, Pondok Pesantren Darussalam, Kebon Candi Pasuruan asuhan Kiai Arif, Pondok Pesantren Sidogiri, Kraton, Pasuruan asuhan Kiai Noer Hasan, Pondok Pesantren Winongan asuhan Kiai Abu Dzarrin, Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah ,Stail, Banyuwangi asuhan Kiai Abdul Bashar. Syaikhona Kholil merupakan seorang yang selalu haus akan ilmu, sehingga menginginkan untuk memperdalam ilmu agamanya di Makkah. Setelah mendapat restu dari guru-gurunya, Syaikhona Kholil mulai melakukan pengembaraan ilmu ke Makkah pada tahun 1859. 25 Sepulangnya dari menemba ilmu di Mekkah Kyai Kholil dikenal sebagai pakar segala macam disiplin ilmu, kemdian beliau mendirikan podok di Jengkibuan, Bangkalan. Pondok Pesantren Syaikhona Mohammad Kholil didirikan pada tahun 1894, Pada awalnya metode pengajian yang diterapkan masih sangat sederhana dan tradisional salafiyah. Metode sorongan dan sistem mudzakarah sebagaimana diterapkan pada pesantren salaf pada umumnya. Kealimannya menyebar hingga ke pelosok Madura, santri-santri mulai berdatangan untuk mengaji di Pesantren ini. Pondok Pesantren Sayikhonan Mohammad Kholil pun semakin ramai, tidak hanya disekitar Bangkalan tapi sudah menyebar ke Madura, santri pertama adri luar Madura adalah Hasyim 25 M. Ali Haidar, h. 92 61 As’ari dari Jombang yang kelak muncul sebagai ulama besar, bahkan berhasil mendirikan oragnisasi Islam terbesar yaitu Nahdlatul Ulama. 26 Jenis dan jenjang Pendidikan Pondok Pesantren Syaikhona Mohammad Kholil Bangkalan. Pendidikan non formal: 1. Ma’hadiyah : Bansus Al-Qur’an, Tahfidz Al-Quran, Tahfidz Al-Fiyah, Tahfidz Al-Zubat, Pengajian kitab kuning, Majelis musyawarah ma’hadiyah. 2. Madrosiyah: Madrasah Diniyah Ibtida’iyah, Madrasah Diniyah Tsanawiyah, Madrasah Diniyah Aliyah 3. Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang Pondok Pesantren yang cukup terkenal di Jawa Timur adalah Tebuireng, didirikn oleh K. H. Hasyim Asy’ari pada tahun 1899. Awal mula berdirinya hanya diajarkan agama dan bahasa Arab, Tebuireng merupakan nama dari sebuah dusun kecil yang masuk wilayah Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Menurut cerita masyarakat setempat Tebuireng berasal dari kata “kebo ireng” atau kerbau hitam. Versi lain mengatakan bahwa tebuireng diambil dari nama punggawa kerajaan Majapahit yang masuk Islam dan bermukim disekitar dusun tersebut. 27 Sistem pendidikan pondok Pesantren Tebuireng mengalami perubahan seiring dengan bertabanyak jumlah santri yang masuk. System pengajaran awal yang digunakan adalah metode sorogan, weton, bandongan dan halaqah. Semua bentuk pelajaran tersebut dibedakan dalam jenjang kelas. Kenaikan tingkat 26 SIti Fatimah, skripsi Peran KH Muhamad Cholil dalam Mengambangkan Islam di Bangkalan Madura, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. h. 4-5. 27 Maswadi, h. 303 lihat juga www.tebuireng.org diakses pada tanggal 24 Oktiber 2016 pkl. 9.05 WIB 62 penddikan dinyatakan dengan bergantinya kitab yang khatam dikaji oleh para santri. Materi pelajarannya pun berkisar tentang pengetahuan agama Islam, ilmu syariat dan bahsa Arab. Perubahan system pendidikan pertama kali diadakan pada tahun 1919 oleh KH Hasyim Asy’ari dengan penerapan system madrasah klasikal dengan mendirikan Madrsah Salafiyah, system pengaaran disajikan dengan cara berjenjang yakni Shifir Awal dan Shifir Tsani. Tahun 1929 dilakukan pembaharuan kembali dengan memasukan pelajaran umum ke dalam struktur kurikulum pengajaran seperti berhitung, bahasa melayu, Ilmu bumi dan menulis huruf latin. 28 Banyak respon dari kalangan wali santri karena pada saat itu pelajaran umum dianggap sebagai kemunkaran, budaya Belanda da semacamnya hingga banyak wali santri yang memindahkan anaknya, namun kurikulum ini terus berjalan, karena melihat ilu pengetahuan umum sangat diperlukan bagi para lulusan pesantren. 29 c. Kalimantan Terdapat madrasah-madrasah yang mengajarkan agama serta pelajaran umum di Kalimantan, dianatara Madrasah tersebut Madrasah yang paling tertua terletak di Kalimantan Barat adalah Madrasatun Najah Wal Fatah didirikan pada tahun 1918 di Sei Bakau Besae Mempawah. Madrasah al-Sutaniah yang didirikan 28 Nurcholis Madjid, Bilik-Bilik Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan, Jakarta: Paramadina, 1997, cet I, h. xv. 29 http:megapolitian.kompas.comread2010031903301099Kultur.Pesantren..kekuatan .NU diakses pada tanggal 24 Oktober 2016 pkl. 9.30 WIB. 63 di Samba Kalimantan Barat pada tahun 1922. 30 Dan Madrasah Normal Islam Amuntai yang dikenal dengan Arabische School didirikan pada tahun 1922. 31 Madrasah Normal Islam Amuntai atau lebih dikenal dengan Arabische School ini didirikan pada tanggal 13 Oktober 1922, berawal dari rumah sederhana yang terletak di d Desa Pekapuran Amuntai, Pesantren ini didirikan oleh Abdurrasyid seorang alumni Universitas Al-Azhar Cairo, Mesir yang menamatkan sekolahnya pada tahun 1912-1922. 32 Ketika kawan-kawannya bersekolah di Indlandsch School, beliau mempelajari Al-Quran dari seorang guru di kampungnya, beliau pun hatam Al-Quran pada usia 7 tahun. Abdurrasyid membuka penyelenggaraan pendidikan di rumah sendiri dan beliau pun bertindak sebagai pengajar tunggal dengan menggunakan sistem halaqah, wetonan dan sorogan. Lambat laun santrinya pun bertambah sehingga tidak dapat di tamping dalam rumah, untuk itu tempatnya dipindahkan di sebuah surau yang letaknya berhadapan dengan rumah beliau yang terletak ditepi sungai Tabalong. Dengan perpindahan tersebut dibarengi pula dengan sistem atau metode yang diajarkan pada kurikulum yang awalnya bersifat halaqah berubah menjadi system klasikal, dimana dilengkapi meja, kursi dan papan tulis. Sistem pengajaran yang diajarkan oleh Abdurrasyid mendapatkan sambutan dari masyakat. 33 30 Rukati, h. 47. 31 Maswadi, h. 304. 32 Beliau anak dari seorang petani sederhana yang taat beragama. Ayahnya bernama Haji Ramli, ibunya bernama Khadijah. 33 http:www.ponpes-rakha.com201412sejarah-rakha.html?m=1 Selayang Pandang Pondok Pesantren Rasyidiyah Khalidiyah Amuntai. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2016 pkl 12.14 WIB 64 d. Sulawesi Banyak Pesantren yang didirikan dan berkembang dengan sangat pesat seiring dengan berkembangnya ajaran Islam di Sulawesi. Perkembangan ini mulai marak semenjak adanya alim ulama Bugis yang datang dari Mekah yang bermukim disana selama beb erapa tahun. Syekh As’ad dari Sengkang salah satu orang yang berjasa dalam perkembangan pondok pesantren. beliau mendirikan madrsah, yaitu Madrsah Wajo Tarbiyah Islamiyah pada tahun1931. Kemudian madrasah ini berubah nama menjadi Madrsah As’adiyah, meskipun Madrasah ini sudah memulai aktivitas pengajiannya pada tahun 1928 34 . Madrasah tersebut dibagi menjadi beberapa tingkatan antara lain tingkata Awaliyah; tingkat Ibtidaiyah; tingkat Tsanawiyah; dan tingkat Aliyah. System dan rencana pengajaran di Sulawesi hampir sama dengan system pengajaran di Sumatera dan Jawa, yaitu sama-sama bersumber dari Mekah. Berangsur angsur didirikan madrasah-madrasah yang memakai bangku, meja dan papan tulis. 35 Semua perkembangan yang merepresentasikan proses formasi awal dari bentuk sekolah Islam baru, yang lebih populer disebut sebagai madrasah, di Hindia Belanda. Dalam banyak kasus, perintis awal dari madrasah ini memulai aktivitas-aktivitasnya di sekolah tradisional, hingga mereka mampu secara berangsur-angsur melakukan pembaharuan terhadap sekolah itu, atau malah mendirikan sebuah sekolah baru yang berdiri sendiri. Dengan mengadopsi metode-metode, kurikulum dan metode pendidikan Barat, kemunculan madrasah 34 http:asadiyahpusat.org201309tentang-pesantren-asadiyah diakses pada tanggal 25 Oktober 2016 pkl 13.36 WIB. 35 Rukati h. 50-51. 65 ini memperlihatkan adanya sebuah usaha baru dari ummat Islam untuk menghadapi tantangan-tantangan yang dimunculkan oleh sistem sekolah gaya Barat. Meskipun proses masuk ke sekolah-sekolah pemerintah telah menjadi lebih mudah setelah diterapkannya Politik Etis, namun jumlah sekolah-sekolah itu tak mencukupi untuk bisa mengakomodasi jumlah pelajar pribumi yang ingin belajar di sana. Pada saat yang sama, banyak kaum Muslim yang tetap enggan untuk masuk sekolah-sekolah pemerintah. Maka, madrasah merupakan sebuah pendidikan alternatif bagi mereka yang tak bisa atau tak ingin masuk sekolah pemerintah Belanda. 36 Dengan demikian, madrasah berada pada posisi di antara sekolah agama yang tradisional dengan sekolah modern yang sekuler. Berdirinya organisasi Islam yang modern telah melahirkan jaringan madrasah yang mengajarkan pelajaran- pelajaran umum seperti aritmatika, sejarah, sastra, geografi dan sebagainya dan penerapan metode organisasi yang modern seperti jam pelajaran yang reguler, ujian, pemberian nilai, ijasah dan juga memperkerjakan para guru ‘orang biasa’ bukan ulama, dan bahkan memberikan pendidikan kepada para siswa perempuan. Dengan begitu, madrasah dijalankan selaras dengan kemajuan untuk Hindia Belanda, namun pada saat yang bersamaan masih berakar pada cara pandang Islam. 37 Begitu pula dengan pesantren, lembaga pendidikan tradisonal pesantren memberikan respon terhadap perubahan di sekelilingnya, dengan memasukan kurikulum modern. Pesantren tidak tergesa-gesa namun pasti dalam 36 Latif, h. 144. 37 Yudi Latif, h. 145. 66 mentransformasikan kelembagaan pesantren menjadi lembaga pendidikan modern Islam namun masih mempertahankan kebijakan hati-hati dalam hal mereka mau menerima pembaharuan atau modernisasi pendidikan Islam hanya dalam skala yang terbatas, sebatas mampu menjamin pesantren masih tetap eksis. 38

B. Kebijakan Pemerintah Terhadap Pendidikan Islam

Meskipun sudah banyak lembaga pendidikan yang sudah didirikan oleh pemerintah Belanda dari sebelum datangnya Snouck, namun pendidikan yang di maksud belum lah sampai pada cita-cita Belanda. Banyak pribumi yang sudah menikmati jenjang pendidikan di sekolah sekolah Barat namun hanya sebatas mengenal baca dan tulis. Seperti tujuan awal didirikan sekolah di Hindia Belanda hanyalah sebatas agar masyarakat pribumi dapat membaca dan menulis dalam artian dapat memahami hukum yang ada di Hindia Belanda yang dibuat oleh pemerintah kolonial Belanda. Banyak memang yang sudah dapat membaca dan menulis, namun dirasa kurang oleh Snouck karena masyarakat pribumi yang mayoritas Islam masih berpegang teguh pada ajaran-ajaran Islam, Islam bukan saja dianggap sebagai agama melainkan politik. 39 Pentingnya arti politik Islam bagi masyarakat Hindia Belanda berakar pada suatu kenyataan yang menyebutkan bahwa didalam Islam batas antara agama dan politik sangatlah tipis, Islam sebagai way of life dan agama. 38 Nurcholis Madjid, Bilik-Bilik Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan Jakarta: Paramadina, 1997 h. xvi 39 Harry J Benda, Bulan Sabit dan Matahari terbit, Islam Indonesia Pada masa Pendudukan Jepang,. Daneil Dhakidae terj Jakata: PT Pustaka Jaya, 1980, h.32. 67 Yudi Latif dalam bukunya Intelegensia Muslim dan kuasa mengemukakan bahwa politik asosiasi beranjak dari kewaspadaan dan ketakutan pemerintah Kolonial terhadap agama Islam. Snouck melihat kepemimpinan di Hindia Belanda ke depan tidak bisa dipercayakan kepada kaum Muslim yang taat dan para tetua adat. Alasannya kaum muslim tidak bisa mengembangkan ikatan yang lestari antara Hindia Belanda dengan Belanda. Sementara itu para tetua adat yang kerap bersinggungan dengan kaum Muslim dinilai terlalu konservatif. 40 Islam dipandang bukan saja sebagai ancaman dari kebijakan Keamanan dan Ketertiban Rust en Orde, melainakn juga terhadap masa depan keberlanjutan pendudukan dan penjajahan di tanah Hindia. Ricklefs dalam Latif menyatakan bahwa Snouck Hurgronje dan direktur pendidikan politik Etis yang pertama 1900-1905, yaitu J.H.Abendanon, berambisi untuk mentransformasikan priyayi tradisional menjadi sebuah elit baru yang terdidik secara Barat. Dalam pandangan keduanya, memberikan pendidikan Barat kepada kelas penguasa pribumi merupakan sesuatu yang sangat penting untuk melatih elit pribumi yang setia dan kooperatif, yang para anggotanya memiliki kesanggupan untuk menangani pekerjaan pemerintahan Belanda. Lebih dari itu, pilihan ini juga bisa memangkas biaya-biaya administratif, menghambat ‘fanatisme’ Islam, dan pada akhirnya menciptakan contoh yang bisa memberi inspirasi bagi kalangan-kalangan terbawah dari masyarakat Hindia. 41 40 Yudi Latif, Intelegensia dan Kuasa, Geneologi Intelegensia muslim Indonesia abad ke 20,Bandung: Mizan Pustaka, 2005. h.82. 41 Yudi Latif, Intelegensia dan Kuasa, Geneologi Intelegensia muslim Indonesia abad ke 20,Bandung: Mizan Pustaka, 2005. h. 102. 68 Dalam rangkaian ceramah yang disampaikan Snouck Hurgronje pada Akademi Studi Administratif Hindia Belanda The Dutch East Indian Academy of Admininstrative Studies di Leiden pada 1911, Snouck mempromosikan kebijakan Etis “Asosiasi”. Berharap dari muslim yang telah teremansipasikan akan lahir di Hindia Belanda. 42 Mengutip kata kata Snouck dalam Jajat Burhanudin ”…… Lahirnya sebuah Negara Belanda, yang terdiri dari dua negarayang secara geografis berjauhan tetapi secara spiritual satu kesatuan, salah satunya di Eropa barat laut dan yang lainnya di Asia Tenggara….” 43 Politik yang dianjurkan Snouck tersebut adalah merupakan bagian dari pandangannya mengenai masa depan Hindia Belanda. Dia ingin menciptakan masa depan Hindia Belanda yang modern dan maju. Karena itulah dia juga menginginkan adanya proses ke arah “Indonesianisasi”. Melalui gagasannya ini, penguasa Belanda di Hindia Belanda didorong untuk memiliki rasa tanggung jawab moral dalam mengangkat harkat penduduk tanah jajahannya, baik melalui pendidikan Barat maupun melalui penyebarluasan kebudayaan Barat. 44 Dalam penglihatannya Snouck menganggap bahwa kalangan pribumi yang berkebudayaan tinggi relative jauh dari pengaruh ajaran Islam, mereka lebih dipengaruhi oleh kebudayaan barat yang membuat mudahnya masyarakat ini untuk dipertemukan dengan pemerintah Eropa, Snouck pun merasa optimis lambat laun rakyat umum akan mengikuti jejak pemimpin tradisional mereka. 42 Jajat Burhanudin, Ulama dan Kekuasaan. h. 227 43 Burhanudin, h. 227 44 Effendi, ”Politik Kolonial Belanda Terhadap Islam Di Indonesia Dalam Perspektif Sejarah Studi Pemikiran Snouck Hurgronye ”. Jurnal TAPIs Vol.8 No.1 Januari-Juni 2012, h. 101