40 adalah besarnya total aset faktor ukuran perusahaan ini turut
menggambarkan kemungkinan kemampuan perusahaan dalam menjalankan bisnisnya.
8. Keterkaitan Antara Variabel Penelitian
a. Hubungan antara Variabel Independen terhadap Tingkat
Underpricing
Reputasi Auditor Penggunaan adviser yang profesional auditor dan underwriter yang mempunyai reputasi tinggi dapat
digunakan sebagai tanda atau petunjuk terhadap kualitas perusahaan emiten Holland dan Harton 1993. Dengan memakai adviser yang
profesionalberkualitas, akan mengurangi kesempatan emiten untuk berlaku curang dalam menyajikan informasi yang tidak akurat ke
pasar. Penggunaan auditor dan underwriter yang memiliki reputasi tinggi akan mengurangi ketidakpastian di masa mendatang, sehingga
menyebabkan saham mampu di hargai lebih tinggi dan mengurangi tingkat underpricing.
Rasio profitabilitas perusahaan seperti ROA dan ROE memiliki hubungan dengan underpricing. Dimana diduga semakin besar nilai
ROA dan ROE maka semakin kecil perusahaan tersebut mengalami underpricing. Apabila EPS perusahaan tinggi, akan semakin banyak
investor yang ingin membeli saham tersebut sehingga menyebabkan harga saham tinggi. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan
41 bahwa Earning Per Shared berpengaruh terhadap underpricing.
Debt to Equity Ratio tinggi menggambarkan risiko perusahaan yang tinggi pula sehingga investor dalam melakukan keputusan
investasi akan menghindarkan penilaian harga saham perdana yang terlalu tinggi yang menyebabkan underpricing.
Umur perusahaan, jenis perusahaan dan ukuran perusahaan juga dinilai berpengaruh terhadap underpricing karena perusahaan yang
sudah berdiri sejak lama dan memiliki total aset yang tinggi dinilai dapat mengurangi tingkat underpricing. Diduga tingginya tingkat
underpricing berbeda di setiap sektor usaha seperti perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur dan non manufaktur memiliki tingkat
underpricing yang berbeda.
b. Hubungan antara Variabel Independen terhadap Tingkat
Flipping Activity
Hubungan antara reputasi underwriter terhadap flipping activity yaitu penjamin emisi bertanggung jawab penuh dalam proses
IPO. Dimana jika terjadi flipping activity maka underwriter harus mencari cara agar flipping activity dapat di hindari karena flipping
activity dinilai merugikan perusahaan dan hanya menguntungkan investor.
Che-Yahya 2015 Dampak positif menunjukkan bahwa ada peningkatan flipping aktifitas saat IPO ditugaskan atau dikelola oleh
underwriter terkemuka. Temuan ini, yang bertentangan temuan
42 sebelumnya oleh Chong et al. 2009 , Menunjukkan bahwa reputasi
underwriter bisa diambil sebagai sinyal kualitas perusahaan, sehingga memicu permintaan tambahan dan, pada gilirannya, Kegiatan
flipping. Penjelasan ini
tampaknya menjadi
relevan karena
permintaan investor ditemukan berhubungan positif dan signifikan terhadap flipping activity, menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat
permintaan IPO, lebih tinggi kecenderungan untuk pemegang saham baru untuk melepaskan saham mereka dialokasikan untuk kesempatan
untuk membuat modal cepat keuntungan di aftermarket langsung. Krigman, Shaw, dan Womack 1999 menemukan bahwa
kegiatan flipping memiliki proporsi yang lebih besar di volume perdagangan di IPO lemah cold daripada di IPO panas
hot. Namun, hasil ini didorong oleh perdagangan yang rendah volume dalam IPO lemah volume perdagangan yang tinggi di IPO
panas dan bukan karena flipping. Kegiatan flipping benar dapat diukur hanya dengan melihat besarnya flipping untuk alokasi
awal. Berdasarkan penelitan flipping activity lebih banyak terjadi pada perusahaan di IPO panas.
Umur perusahaan, jenis perusahaan dan ukuran perusahaan juga dinilai berpengaruh terhadap flipping activity karena perusahaan yang
sudah berdiri sejak lama dan memiliki total aset yang tinggi dinilai memberikan sentimen positif terhadap investor untuk mendapatkan
keuntungan yang cepat dengan memanfaatkan tingkat underpricing.
43
c. Hubungan antara Variabel Independen terhadap Tingkat
Underperformance
Sanora 2013:1074 bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara reputasi underwriter dengan return saham jangka
panjang. Hal ini dikarenakan underwriter memegang peranan penting dalam penentuan harga saham pada saat penjaminan emisi serta
bertanggungjawab terhadap berhasil atau tidaknya penawaran saham, apabila emiten menggunakan underwriter yang berkualitas tinggi,
maka para investor akan merespon positif informasi tersebut. Dengan demikian keberadaan underwriter dapat dikatakan sebagai informasi
yang berguna bagi investor dalam menentukan pembuatan keputusan berinvestasi baik di pasar perdana maupun di pasar sekunder. Maka
dari itu, semakin baik reputasi underwriter maka semakin baik pula kinerja saham suatu perusahaan.
Rasio profitabilitas perusahaan seperti ROA dan ROE memiliki hubungan dengan underperformance. Dimana diduga semakin besar
nilai ROA dan ROE maka semakin kecil kemungkinan perusahaan tersebut mengalami underperformance. Apabila EPS perusahaan
tinggi, akan semakin banyak investor yang ingin membeli saham tersebut sehingga menyebabkan harga saham tinggi. Harga saham
yang tinggi mencerminkan kinerja saham yang baik, kinerja saham dimasa yang akan datang harus di perhatikan agar tidak mengalami
underperformance. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan
44 bahwa Earning Per Shared berpengaruh terhadap underperformance.
DER merupakan salah satu informasi yang penting bagi investor untuk menilai resiko suatu nilai saham. Nilai DER yang
tinggi menandakan struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan hutang-hutang relatif terhadap ekuitas, sehingga
menunjukan resiko financial atau resiko kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman akan semakin tinggi yang nantinya akan
mempengaruhi tingkat return yang akan diterima oleh investor dimasa yang akan datang. Semakin tinggi nilai DER berarti semakin
tinggi resiko saham emiten tersebut, maka semakin tinggi pula tingkat return yang diharapkan oleh investor, yang berarti juga semakin
tinggi kemungkinan saham mengalami underperformance tersebut Suyatmin 2006. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap underperformance. Umur perusahaan, jenis perusahaan dan ukuran perusahaan juga
dinilai berpengaruh terhadap underperformance karena perusahaan yang sudah berdiri sejak lama dan memiliki total aset yang tinggi
dinilai dapat mempertahankan kinerja sahamnya dengan baik.
d. Hubungan antara Underpricing dan flipping activity terhadap
Tingkat Underperformance
Adanya perbedaan kinerja saham antara perusahaan dengan jenis industri berbeda, dimana dalam penelitian ini mempergunakan
perusahaan keuangan dan non keuangan. Perbedaan kinerja saham
45 tersebut akan diuji berdasarkan underpricing dengan pendekatan teori
asimetri informasi yang berasumsi bahwa terdapat asimetri informasi antara perusahaan, penjamin emisi underwriter, dan investor serta
pengujian berdasarkan
long-term underperformance
dengan pendekatan the impresario hypothesis yang berasumsi bahwa initial
return yang tinggi mampu menghasilkan kinerja jangka panjang yang underperformance bagi saham IPO.
Salah satu fenomena IPO yang banyak diteliti adalah kinerja jangka panjang. Hasil penelitian terdahulu relatif banyak yang
menyatakan bahwa kinerja jangka panjang IPO mengalami underperformance, baik di pasar modal Negara maju maupun di pasar
modal Negara berkembang. Underperformance adalah penurunan kinerja. Underperformance pada penelitian ini dimaksudkan terjadi
pada kinerja jangka panjang saham IPO. The Impresario Hypothesis yang dikemukakan oleh Shiller, 1990 mencoba menjelaskan
mengapa underperformance dapat terjadi. Hipotesis ini mendukung gagasan bahwa perusahaan dan
underwriter menciptakan surplus permintaan awal melalui underpricing, selanjutnya dalam jangka panjang pasar akan
mengoreksi harga. Investor yang membeli saham pada saat IPO akan mendapatkan initial return yang cukup tinggi akibat banyaknya
permintaan akan saham tersebut pada awal masa perdagangan di pasar sekunder. Initial return yang tinggi mampu menghasilkan
46 kinerja jangka panjang yang underperformed bagi saham IPO.
Arosio 2001 mendeteksi adanya hubungan korelasi negatif antara return jangka panjang dan IPO flipping, ini menunjukkan
bahwa beberapa investor memiliki informasi superior tentang perusahaan IPO dan mengambil keuntungan dari awal underpricing.
Krigman et al. 1999 menemukan hal menarik antara volume perdagangan awal dan kinerja jangka panjang, hari pertama dikatakan
winners yaitu IPO underpriced terus menjadi pemenang selama tahun pertama, dan hari pertama dogs yaitu IPO dengan negatif
atau nol pengembalian awal relatif terus menjadi dogs. Kecuali, pada IPO hot yaitu IPO sangat underpriced yang biasanya diikuti dengan
kinerja masa depan yang buruk. Karena pada hari pertama listing mereka investor flipper menjual isu saham tersebut memiliki kinerja
yang buruk di masa depan, mereka menyimpulkan bahwa flipping
activity dapat membuat kinerja jangka panjang yang buruk.
47
9. Penelitian Terdahulu