63 perusahaan melakukan IPO pada periode 2010-2014.
d. Data perkembangan harga saham harian pada saat perusahaan melakukan IPO pada periode 2010-2014.
2. Kepustakaan Penulis mengadakan penelitian studi kepustakaan untuk
menunjang materi pembahasan pada penelitian. Kegiatan-kegiatan ini dilaksanakan dengan cara mengumpulkan informasi melalui buku-
buku, jurnal literatur, majalah, koran, website dan lain-lain yang berkaitan dan mendukung penelitian ini. Kegiatan penelitian
kepustakaan untuk memperoleh dasar-dasar teori yang dapat digunakan sebagai landasan teoritis dalam menganalisa masalah yang
diteliti dan sebagai pedoman penelitian di lapangan.
D. Metode analisis Data
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan apakah dalam model regresi, variabel dependent, variabel independent atau keduanya mempunyai
distribusi normal atau tidak. Model yang baik adalah distribusi normal atau mendekati normal.
Uji statistika Kolmogorov-smirnov K-S merupaan uji yang digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi
dengan distribusi tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal Widarjono, 2010.
64 Ada beberapa cara mendeteksi normalitas dengan melihat
penyebaran data titik pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar
pengambilan keputusannya adalah :
1 Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas. 2 Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti
arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Multikolinearitas
Multikolenieritas menunjukkan adanya hubungan linier yang sempurna atau pasti diantara beberapasemua variabel yang
independen dari model yang ada. Hal ini dapat menimbulkan bias dalam spesifikasinya, karena koefisien regresi menjadi tidak
terhingga. Meroge
yang digunakan
dalam pengujian
multikolenieritas adalah tolerance variance inflaction factor VIF. Menurut Hair et al batas tolerance value dibawah 0.1 dan variance
inflaction factor VIF adalah 10. Jika nilai tolerance value dibawah 0.1 atau variance inflaction factor VIF diatas 10 maka terjadi
multikolenieritas. c.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode
65 t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada masalah
autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainya, Imam Ghozali 2005.
Menurut Ghozali 2011:111 salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi dalam model regresi
yang digunakan maka dapat dideteksi dengan uji Durbin-Waston DW Test.
Gujarati 2003 dalam bukunya, bila menggunakan model GLS generalized least square dalam penelitian maka hasil output
tidak memiliki masalah dalam autokorelasi. Hal ini dikarenakan model GLS sudah menyertakan parameter autokorelasi dalam
menghitung outputnya. Permasalahan autokorelasi hanya menjadi penting jika menggunakan model OLS.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedasitas ini berujuan untuk menganalisis apakah variansi dari error bersifat tetapkonstan homokedastik atau berubah
ubah heteroskedastik. Didalam literatur dikenal dengan banyak metode untuk pengujian heteroskedasitas, di antaranya yang populer
adalah uji White Rosadi, 2012:53. Uji White menggunakan residual kuadrat sebagai variabel
dependen dan variabel independennya terdiri atas variabel independen yang sudah ada ditambah lagi dengan perkalian dua
variabel independen Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
66 heteroskedastisitas dapat dilakukan uji White, dengan melihat nilai
ObsR-Squared apabila nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05 maka data dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas Winarno,
2011:5.14. Jika terjadi heteroskedastisitas maka dapat menggunakan metode Generalized Least Square GLS untuk mengatasinya.