Quantitative Descriptive Analysis QDA

peluang kemungkinan mengembangkan produk baru. Selain itu, dapat pula digunakan untuk perbaikan produk. Keberhasilan analisis deskriptif tergantung pada empat faktor, yaitu pelatihan dan pengalaman panelis, panel leader, pelaksanaan analisis, dan komitmen para panelis Gacula, 1997. Menurut Meilgaard et al., 1999, tiga tipe skala yang digunakan dalam analisis deskripsi antara lain category scale, line scale, dan magnitude estimation ME.

3. Quantitative Descriptive Analysis QDA

Metode kuantitatif yang cukup sering digunakan yaitu Quantitative Descriptive Analysis QDA yaitu suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan suatu karakteristik sensori suatu produk secara matematis Zook dan Pearce, 1988. Metode QDA diperkenalkan pada tahun 1974 setelah dilakukan studi lebih dari 5 tahun Stone et al., 1980. Metode QDA dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu seleksi panelis, pelatihan panelis, analisis kualitatif dan analisis kuantitatif Meilgaard et al., 1999. Menurut Stone et al 1980, hal yang harus diperhatikan dalam analisis QDA adalah 1 panelis dapat memberi respon seluruh karakteristik sensori produk, 2 memiliki prosedur kuantitatif untuk menentukan panelis terpercaya, 3 diperlukan tidak lebih dari 10 panelis tiap satu kali tes, 4 memiliki prosedur pengembangan bahasa yang memudahkan tahap palatihan dan bebas darp pengaruh panel leader, dan 5 memiliki data processing system untuk mempresentasikan data sensori kedalam bentuk diagram. Panelis untuk QDA dipilih dari banyak kandidat berdasarkan kemampuannya dalam mendiskriminasikan perbedaan sifat sensori diantara sampel dari produk spesifik, dimana nantinya para panelis terpilih akan mengikuti serangkaian pelatihan. Pada tahap pelatihan, panelis QDA memerlukan penggunaan standar atau produk serupa sebagai referensi untuk menstimulasi terminologi yang baku dan seragam Meilgaard et al., 1999. Pentingnya penggunaan standar pada tahap pelatihan panelis, yaitu 1 membantu panelis dalam mengembangkan terminologi secara tepat untuk menggambarkan sampel, 2 membantu panelis dalam menetapkan intensitas, 3 menunjukan kekuatan interaksi diantara ingredient, 4 memperpendek waktu pelatihan, dan 5 mengidentifikasi karakteristik produk yang penting untuk program jaminan mutu suatu industri, serta 6 sebagai alat diskusi yang digunakan oleh tim proyek dalam perencanaan produk baru, perbaikan produk, dan program reduction cost Rainey, 1986. Secara kualitatif, penentuan atribut-atribut sensori suatu produk dapat dilakukan menggunakan In Depth Interview dan Focus Group Heymann et al., 1993. Menurut Cairncross dan Sjostrom 1950, metode kualitatif digunakan untuk menyepakati terminologi deskriptif suatu produk yang mewajibkan para panelis untuk memberikan terminologi-terminologi yang dirasakan saat mencicipi sampel. Pelaksanaan penilaian QDA sebaiknya digunakan menggunakan booth tertutup untuk setiap panelis sehingga tidak terjadi bias. Selain itu, perlu diperhatikan standar pelaksanaan uji sensori, seperti memberi kode pada sampel, pencahayaan yang baik pada booth, serta saran pembilasan atau penetralan indra pengecap saat dilakukan pengujian lebih dari satu sampel Lawless dan Heymann, 1998. Analisis kuatitatif dilakukan untuk masing-masing panelis menggunakan unstructured line scale. Unstructured line scale yang digunakan untuk QDA adalah sepanjang 15 cm atau 6 inchi Meilgaard et al., 1999. Data hasil QDA dapat dilakukan analisis statistik menggunakan analysis of variance ANOVA atau multivariate statistical technique Heymann dan Cliff, 1993. Umumnya, digunakan spider web untuk mempresentasikan hasil analisis QDA Gacula, 1997. Menurut Munoz et al. 1992, metode multivariate statistical technique terutama digunakan untuk menganalisis data consumer test dan descriptive test. Salah satu metode yang digunakan dalam multivariate statistical technique adalah Principal Component Analysis PCA. D. PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS PCA Principal Component Analysis PCA adalah metode statistik yang dapat mengidentifikasi suatu keragaman, dinamakan “ principal component “ dimana dijelaskan jumlah keragaman dari yang terbesar hingga jumlah keragaman terkecil yang tersembunyi. Analisis ini dapat menjelaskan sebanyak 75 - 90 dari total keragaman dalam data yang mempunyai 25 hingga 30 variabel hanya dengan dua sampai tiga principal component Meilgaard et al., 1999. Teknik dalam Principal Component Analysis PCA atau analisis komponen utama ini adalah mentransformasikan variabel-variabel asal yang kurang berkolerasi ke dalam variabel-variabel baru yang dimensinya lebih kecil, saling bebas, dan ortogonal antara variabel yang satu dengan yang lain, dinamakan komponen utama Principal Component, PC. Komponen utama yang dihasilkan ini bukan merupakan interpretasi dari variabel-variabel asal, melainkan interpretasi kombinasi liniar variabel-variabel baru, dimana komponen utama pertama menjelaskan keragan maksimum dari data. Menurut Esbensen et al 1994, tahapan dasar dalam PCA adalah mentransformasikan p variabel-variabel kuantitatif awal yang kurang saling berkolerasi ke dalam p variabel kuantitatif baru yang disebut komponen utama. Jadi hasil analisis tipe ini tidak berasal dari variabel-variabel awal tetapi dari indeks sintetik yang diperoleh dari kombinasi linear variabel-variabel awal. Diantara semua indeks sintetik yang mungkin terbaca, analisis ini mencari terlebih dahulu indeks yang menunjukan ragam individu yang maksimum. Indeks ini disebut komponen utama-1 dan mempunyai variasi terbesar dari variasi total individu. Selanjutnya dicari komponen utama-2 dengan syarat berkolerasi nihil dengan yang pertama dan memiliki variasi individu terbesar setelah komponen utama-1. Proses ini akan terus berlanjut sampai komponen utama terakhir, dimana variasi individu yang dijelaskan akan semakin kecil. Esbensen et al . 1994. Setiap komponen dalam model PCA dikarakterisasi oleh tiga atribut yang saling melengkapi, yaitu keragaman variance yang memberikan berapa banyak informasi yang dapat digunakan pada komponen utama yang dapat dinyatakan dengan residual variance dan explained variance, lalu loading yang menyatakan gambaran hubungan korelasi antara variabel-variabel dalam setiap komponen utama dan scores yang menggambarkan sifat-sifat subjek sampel Hasil analisa merupakan gabungan dari plot loading dan scores dalam bentuk grafik biplot. Grafik ini menggambarkan hubungan antara variabel dan sampel secara keseluruhan. Jarak antara titik variabel menunjukkan hubungan diantara veriabel. Interpretasi untuk titik–titik sampel sama dengn interpretasi variabel. Hubungan diantara dua titik sampel dapat dilihat dengan membandingkan jaraknya dengan titik- titik dari variabel. Titik-titik sampel yang berdekatan menunjukkan bahwa sampel- sampel tersebut sama, sedangkan titik-titik sampel yang berjauhan menunjukan hal yang sebaliknya. Titik-titik sampel yang terdapat dalam satu kelompok adalah sama satu sama lain dan berbeda dengan titik-titik sampel yang terdapat dalam kelompok lain Esbensen et al . 1994. III. BAHAN DAN METODE A. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan adalah jeruk keprok Batu 55, jeruk keprok Blinyu, jeruk manis Punten serta jeruk manis Valencia yang merupakan introduksi yang tumbuh di Indonesia. Buah jeruk tersebut diperoleh dari Kebun percobaan hortikultura milik Loka Penelitian Tanaman Jeruk dan Hortikultura Sutropik, Tlekung. Bahan yang digunakan untuk analisis terdiri dari sukrosa, asam sitrat, garam NaCl, kafein, air mineral, propilen glikol,dan flavor standar, seperti linalool, butanoic acid, ethyl butanoat, dan citral yang diperoleh dari Laboratorium Evaluasi Sensori Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, IPB. Peralatan yang diperlukan meliputi alat-alat gelas, gelas piala 250 ml, gelas piala 500 ml, gelas piala 1000 ml, pipet 1 ml, 5ml, 10 ml, vial, micropipet dan alat- alat uji organoleptik lainnya. B. METODE Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu penelitian pendahuluan dengan penggunaan data sekunder secara tertulis dan penelitian utama dengan analisis sensori. Data sekunder diperoleh dengan studi berupa penelaahan data literatur dan hasil–hasil penelitian, pengumpulan informasi sekunder tentang jeruk varietas lokal milik Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika Balitjestro di Jawa Timur Batu, serta pengamatan ketersediaan buah jeruk. Tujuan penelitian pendahuluan ini adalah didapatkannya buah jeruk terpilih yang benar-benar varietas lokal yang kemudian digunakan untuk penelitian tahap selanjutnya, yaitu pengujian sifat sensori dari masing-masing jeruk varietas lokal terpilih. Analisis sensori yang dilakukan pada varietas jeruk terpilih adalah analis sensori deskriptif untuk mengetahui ciri khas rasa dan aroma masing-masing jeruk, serta uji hedonik untuk mengetahui penerimaan kesukaan panelis terhadap buah jeruk. Parameter sensori untuk uji hedonik adalah rasa, aroma, tekstur, warna dan overall.

1. Pengumpulan Data Sekunder