30
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dalam KCKT pada kondisi analisis terpilih. Prosedur tersebut diulangi sebanyak
tiga kali untuk masing-masing
konsentrasi. Kemudian dihitung persentase akurasi diff, perolehan kembali recovery dan nilai koefisien
variasinya KV pada masing-masing konsentrasi larutan tersebut. Nilai rata-rata diff yang disyaratkan adalah +
15, dan nilai koefisien variasi KV yang disyaratkan tidak lebih dari 15. Adapun recovery dihitung dengan
membandingkan nilai terukur dari konsentrasi N- hidroksietil-p-metoksi sinamamida dalam plasma dengan
nilai yang sebenarnya dikalikan 100. Nilai recovery yang disyaratkan berada pada rentang 80-120. Perolehan
kembali analit tidak harus 100 namun tingkat perolehan kembali analit harus konsisten, presisi, dan reprodusibel.
Uji akurasi dan presisi dilakukan selama dua hari.
31
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penetapan Panjang Gelombang Analisis
Pada penelitian ini, penetapan panjang gelombang analisis dilakukan dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis. Sebanyak 5,04 µgmL larutan N-
hidroksietil-p-metoksi sinamamida diukur pada panjang gelombang 200 nm hingga 400 nm. Diperoleh spektrum serapan maksimumnya. Spektrum serapan yang
dihasilkan memperlihatkan bahwa N-hidroksietil-p-metoksi sinamamida berada pada panjang gelombang sinar UV, yaitu 290 nm. Hal ini disebabkan karena N-
hidroksietil-p-metoksi sinamamida mempunyai gugus kromofor yang terdeteksi pada
daerah UV.
Spektrum N-hidroksietil-p-metoksi
sinamamida pada
spektrofotometer UV-Vis dapat dilihat pada lampiran 3 gambar 5.1. Pemilihan panjang gelombang analisis ini berguna untuk meningkatkan selektivitas dan
sensitivitas analisis sampel yang digunakan. Panjang gelombang ini kemudian yang digunakan pada instrumen Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT untuk
mendeteksi sampel pada analisis N-hidroksietil-p-metoksi sinamamida dalam plasma secara in vitro.
4.2 Optimasi Kondisi Analisis
4.2.1 Pemilihan Komposisi Fase Gerak Pada pemilihan komposisi fase gerak, analisis dilakukan menggunakan
KCKT dengan kolom C18 panjang 150 mm, dengan volume penyuntikan sampel sebanyak 20,0 µL. Sistem kromatografi yang digunakan adalah sistem
isokratik dengan kombinasi fase gerak metanol dan akuabides pada beberapa perbandingan. Struktur molekul N-hidroksietil-p-metoksi sinamamida
tersusun dari molekul-molekul yang bersifat sedikit polar dikarenakan adanya gugus amida. Oleh karena itu, komposisi fase gerak yang digunakan untuk
memisahkan N-hidroksietil-p-metoksi sinamamida terdiri dari campuran pelarut organik metanol dan akuabides agar diperoleh fase gerak yang mampu
membawa N-hidroksietil-p-metoksi sinamamida dan memisahkannya dari pengotor dalam plasma.