UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
diendapkan pada dasar ketel. Minyak atau lemak yang dihasilkan dipisahkan dari ampas yang telah mengendap dan pengambilan minyak dilakukan dari bagian atas
ketel.
2.2.3.2 Pengepresan Mekanis Mechanical Expression Ketaren, S. 1986
Pengepresan mekanis merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak, terutama  untuk  bahan  yang  berasal  dari  biji-bijian.  Cara  ini  dilakukan  untuk
memisahkan  minyak  dari  bahan  yang  berkadar  minyak  tinggi  30-70  persen. Pada  pengepresan  mekanis  ini  diperlukan  perlakuan  pendahuluan  tersebut
mencakup  pembuatan  serpih,  perajangan  dan  penggilingan  serta  tempering  atau pemasakan. Dua cara yang umum dalam pengepresan mekanis, yaitu :
1. Pengepresan Hidraulik Hydraulic Pressing
Pada  cara  hydraulic  pressing,  bahan  dipres  dengan  tekanan  sekitar  2000 poundinch
2
140,6 kgcm = 136 atm. Banyaknya minyak atau lemak yang dapat diekstraksi  tergantung  dari  lamanya  pengepresan,  tekanan  yang  dipergunakan,
serta kandungan minyak dalam bahan asal.
2. Pengepresan Berulir Expeller Pressing
Cara  expeller  pressing  memerlukan  perlakuan  pendahuluan  yang  terdiri  dari proses  pemasakan  atau  tempering.  Proses  pemasakan  berlangsung  pada
temperatur  240 F  115,5
C  dengan  tekanan  sekitar  15-20  toninch
2
.  Kadar  air minyak  atau  lemak  yang  dihasilkan  berkisar  sekitar  2,5-3,5  persen,  sedangkan
bungkil yang dihasilkan masih mengandung minyak sekitar 4-5 persen.
2.2.3.3 Ekstraksi Dengan Pelarut Solvent Extracion Ketaren, S. 1986
Prinsip dari proses ini adalah ekstraksi dengan melarutkan minyak dalam pelarut minyak dan lemak. Pada cara ini dihasilkan bungkil dengan kadar minyak
yang rendah yaitu sekitar 1 persen atau lebih rendah, dan mutu minyak kasar yang dihasilkan  cenderung  menyerupai  hasil  dengan  cara  expeller  pressing,  karena
sebagian  fraksi  bukan  minyak  akan  ikut  terekstraksi.  Pelarut  minyak  atau  lemak yang  biasa  dipergunakan  dalam  proses  ekstraksi  dengan  pelarut  menguap  adalah
petroleum  eter,  gasoline  karbon  disulfida,  karbon  tetraklorida,  benzene  dan n-heksan.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.3 METODE EKSTRAKSI Ketut Ristiasa et al., 2000
a. Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian sederhana.  Maserasi  dilakukan dengan cara  merendam  serbuk  simplisia  dalam  cairan  penyari  dengan  beberapa  kali
pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruang kamar. Cairan penyari akan menembus  dinding  sel  atau  masuk  ke  dalam  rongga  sel  yang  mengandung  zat
aktif,  zat  aktif  tersebut  akan  larut  karena  adanya  perbedaan  konsentrasi  antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel. Larutan yang lebih pekat di
dalam  sel  didesak  keluar  sel,  masuk  ke  dalam  larutan  di  luar  sel.  Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar
sel  dan  di  dalam  sel.  Keuntungan  cara  penyarian  dengan  maserasi  adalah  cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan.
b. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna exhaustive  extraction  yang  umumnya  dilakukan  pada  temperatur  ruangan.
Prinsip perkolasi adalah serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke
bawah  melalui  serbuk  tersebut,  kemudian  melarutkan  zat  aktif  dari  sel-sel  yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh.
c. Soklet
Sokletasi  merupakan  ekstraksi  menggunakan  pelarut  yang  selalu  baru umumnya dilakukan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah
pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
d. Digesti
Digesti  adalah  maserasi  kinetik  dengan  pengadukan  kontinu  pada temperatur  yang  lebih  tinggi  dari  temperatur  ruangan,  yaitu  secara  umum
dilakukan pada temperatur 40-50 C.