UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.3 METODE EKSTRAKSI Ketut Ristiasa et al., 2000
a. Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian sederhana.  Maserasi  dilakukan dengan cara  merendam  serbuk  simplisia  dalam  cairan  penyari  dengan  beberapa  kali
pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruang kamar. Cairan penyari akan menembus  dinding  sel  atau  masuk  ke  dalam  rongga  sel  yang  mengandung  zat
aktif,  zat  aktif  tersebut  akan  larut  karena  adanya  perbedaan  konsentrasi  antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel. Larutan yang lebih pekat di
dalam  sel  didesak  keluar  sel,  masuk  ke  dalam  larutan  di  luar  sel.  Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar
sel  dan  di  dalam  sel.  Keuntungan  cara  penyarian  dengan  maserasi  adalah  cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan.
b. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna exhaustive  extraction  yang  umumnya  dilakukan  pada  temperatur  ruangan.
Prinsip perkolasi adalah serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke
bawah  melalui  serbuk  tersebut,  kemudian  melarutkan  zat  aktif  dari  sel-sel  yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh.
c. Soklet
Sokletasi  merupakan  ekstraksi  menggunakan  pelarut  yang  selalu  baru umumnya dilakukan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah
pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
d. Digesti
Digesti  adalah  maserasi  kinetik  dengan  pengadukan  kontinu  pada temperatur  yang  lebih  tinggi  dari  temperatur  ruangan,  yaitu  secara  umum
dilakukan pada temperatur 40-50 C.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.4 TOKOFEROL VITAMIN E
Rumus kimia :   C
29
H
50
O
2
Pemerian :    Praktis  tidak  berbau  dan  tidak  berasa.  Bentuk  alfa
tokoferol  dan  alfa  tokoferol  asetat  berupa  minyak kental  jernih,  warna  kuning  atau  kuning  kehijauan.
Golongan  alfa  tokoferol  tidak  stabil  terhadap  udara dan  cahaya  terutama  dalam  suasana  alkalis.  Bentuk
ester  stabil  terhadap  udara  dan  cahaya,  tetapi  tidak stabil dalam suasana alkalis.
Sinonim :   3, 4-dihydro-2, 5, 7, 8-tetramethyl-2-4,8,12-trimethyl-
terdecyl-2H-1-benzopiran-6-ol;  2,5,7,8  tetramethyl- 2-
4’,  8’,  1β’–trimethyldecyl  -6-chromanol;  α- tochoferol; 5,7,8-trimethyltocol; vitamin antisterilitas;
Eprolin  S;  Epsilan;  Ephynal;  Syntopherol;  E-vimin; Evipherol;
Etavil; Phytogermine;
Profecundin; Tocopharm;  Viprimol;  Viteolin;  Esorb;  Vascuals;
Covitol; Evion. Kelarutan
:  tidak  larut  dalam  air,  larut  dalam  etanol,  dapat bercampur  dengan  eter,  dengan  aseton,  dengan
minyak nabati dan dengan kloroform. Kegunaankhasiat  :  sebagai  antioksidan  di  dalam  minyak  sayur  dan
lemakminyak,  untuk  pengobatan  defisiensi  vitamin E, dan mencegah degenerasi otot. Soesilo, 1995
Vitamin  E  adalah  salah  satu  fitonutrien  penting  dalam  minyak  makan. Vitamin  ini  secara  alami  memiliki  8  isomer  yang  dikelompokkan  dalam  4
tokoferol α,  ,  , δ dan 4 tokotrienol α,  ,  , δ homolog. Suplemen vitamin E yang ada  di  pasaran  umumnya  tersusun  atas  tokoferol  dan  tokotrienol  yang  diyakini
merupakan  atioksidan  potensial  Winarsi,  2007.  Alfa-tokoferol  adalah  bentuk vitamin E paling aktif,  yang digunakan pula sebagai standar pengukuran vitamin
E dalam makanan.  Bentuk sintetik vitamin E mempunyai  aktivitas biologik  50 daripada alfa-tokoferol yang terdapat di alam Almatsier, 2004.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
O R
1
HO R
2
CH
3
CH
3
CH
3
CH
3
H
3
C H
3
C H
H
1 2
3 4
5 6
7 8
Gambar 3. Struktur kimia tokoferol
R
1
R
2
Compound
CH
3
CH
3
α CH
3
H H
CH
3
H H
δ Tabel 4. Keterangan nama senyawa berdasarkan R
1
dan R
2
sumber : Ruperez et al., 2001
Menurut  Almatsier  2004  ada  empat  jenis  tokoferol  yang  penting  dalam makanan  yaitu
α,  ,  , δ tokoferol. Karakteristik kimia utamanya adalah bertindak sebagai  antioksidan  dengan  adanya  gugus  fenol  pada  cincin  6-kromanol.
Tokoferol  terdiri  atas  struktur  cincin  6-kromanol  dengan  rantai  samping  jenuh panjang  enam  belas  karbon  fitol.  Perbedaan  antarjenis  tokoferol  terletak  pada
jumlah dan posisi gugus metal struktur cincin. Takaran  yang  dianjurkan  untuk  konsumsi  vitamin  E  adalah;  anak-anak:  4-7
mghari,  wanita  dewasa:  15  mghari,  pria  dewasa  :  15  mghari.  Tolerable  Upper Intake Levels  ULs atau angka tertinggi  dari nilai  zat  gizi  yang bila dikonsumsi
tiap  hari  tidak  membahayakan  kesehatan  untuk  dewasa  19  tahun  menurut  food and nutrition Board and Institute of medicine IOM 2000 adalah 1000 mghari,
yang di dapatkan dari suplemen.
2.4.1 Tokoferol sebagai Antioksidan
Vitamin  E  adalah  vitamin  larut  lemak  yang  sangat  berguna  selain  sebagai antioksidan.  Yang  terpenting  dan  paling  diakui,  peran  dari  vitamin  E  yaitu
melindungi    polyunsaturated  fatty  acids  PUFAs  seperti  asam  oleat,  asam linoleat,  asam  linolenat  dan  asam  arakhidonat.  Selain  itu,  vitamin  E  di  dalam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tubuh  sebagai  antioksidan  alami  yang  membuang  radikal  bebas  dan  molekul oksigen,  yang  penting  dalam  mencegah  peroksidasi  membran  asam  lemak  tak
jenuh Burke, 2007. Tokoferol,  terutama  α-tokoferol  merupakan  antioksidan  yang  mampu
mempertahankan  integritas  membran.  Senyawa  tersebut  dilaporkan  bekerja sebagai  scavenger    radikal  bebas  oksigen,  peroksida  lipid,  dan  oksigen  singlet
Winarsi,  2007.  Menurut  Archerio  et  al. 199β  α-tokoferol  merupakan  bentuk
suplemen vitamin E yang paling banyak. Vitamin E atau α-tokoferol merupakan antioksidan yang larut dalam lemak.
Sebagai antioksidan vitamin E berfungsi sebagai donor ion hidrogen yang mampu merubah  radikal  peroksil  hasil  peroksida  lipid,  menjadi  radikal  tokoferol  yang
kurang  reaktif,  sehingga  tidak  mampu  merusak  rantai  asam  lemak  Winarsi, 2007. Di samping itu menurut Salonen et al. 1997, vitamin E dan vitamin C dan
karoten atau kombinasinya dapat menghambat peroksida lipid secara in vivo. Mekanisme antioksidan tokoferol, termasuk transfer satu atom hidrogen dari
grup 6-hidroksil  pada cincin  kroman, serta inaktivasi  singlet oksigen dan  spesies reaktif lainnya. Rantai fitil tokoferol terikat pada membran sel bilayer, sedangkan
cincin kroman yang aktif terletak pada permukaan sel. Struktur yang unik tersebut menyebabkan  tokoferol  dapat  bekerja  secara  efektif  sebagai  antioksidan,  dan
dapat diregenerasi melalui reaksi dengan antioksidan lain seperti asam askorbat.
2.5  KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI KCKT
Kromatografi  cair  kinerja  tinggi  KCKT  merupakan  sistem  pemisahan dengan  kecepatan  dan  efisiensi  yang  tinggi.  Hal  ini  karena  didukung  oleh
kemajuan dalam teknologi kolom, sistem pompa tekanan tinggi, dan detektor yang sangat sensitif dan beragam. KCKT mampu menganalisa berbagai cuplikan secara
kualitatif  maupun  kuantitatif,  baik  dalam  komponen  tunggal  maupun  campuran Soesilo, 1995.
Kegunaan  umum  KCKT  adalah  untuk    pemisahan  sejumlah  senyawa organik,  anorganik,  maupun  senyawa  biologis,  analisis  ketidakmurnian
impurities  dan  analisis  senyawa-senyawa  yang  tidak  mudah  menguap nonvolatil.  KCKT  paling  sering  digunakan  untuk:  menetapkan  kadar  senyawa-
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
senyawa  tertentu  seperti  asam-asam  amino,  asam-asam  nukleat  dan  protein- protein  dalam  cairan  fisiologis,  menentukan  kadar  senyawa-senyawa  aktif  obat
dan lain-lain. Metode dalam kromatografi cair dibagi atas dua macam :
a. Kromatografi Cair Retensif
Pemisahan  dicapai  melalui  interaksi  antara  zat  terlarut  dengan  fase  diam. Tipe ini mencakup fase normal, fase terbalik dan kromatografi ion.
b. Kromatografi Cair Non-retensi
Pemisahan  yang  dicapai  tergantung  pada  perbedaan  besar  molekul  zat terlarut  dimana terjadi  antara zat  terlarut dengan pori-pori  yang terdapat  di
permukaan fase diam.
2.5.1 Keuntungan KCKT
a. Waktu analisa cepat
Waktu yang diperlukan biasanya kurang dari satu jam, seringkali hanya 15- 30 menit, untuk analisa yang mudah diperlukan waktu kurang dari 5 menit.
b. Daya pisahnya baik
c. Peka
Kepekaanya  sangat  tergantung  pada  jenis  detektor  dan  eluen  yang digunakan
d. Pemilihan kolom dan eluen sangat bervariasi
e. Kolom dapat dipakai kembali
f. Mudah untuk molekul besar dan kecil
g. Mudah  untuk  memperoleh  kembali  cuplikan,  tidak  seperti  kebanyakan
detektor  pada  kromatografi  gas,  detektor  KCKT  tidak  merusak  komponen zat  yang  dianalisis,  sehingga  zat  yang  telah  dielusi  dapat  dikumpulkan
dengan mudah setelah melewati detektor. h.
Dapat menghitung sampel dengan kadar  yang sangat rendah, hal ini sangat bergantung  kepada  detektor  yang  digunakan,  namun  detektor  KCKT  dapat
mendeteksi zat sampai dengan kadar ppt.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.5.2 Cara Kerja KCKT
Kromatografi  merupakan  teknik  yang  mana  solut  atau  zat-zat  terlarut terpisah  oleh  perbedaan  kecepatan  elusi,  dikarenakan  solut-solut  ini  melewati
suatu kolom kromatografi. Pemisahan solut-solut ini diatur oleh distribusi  dalam fase  gerak  dan  fase  diam.  Penggunaan  kromatografi  cair  membutuhkan
penggabungan secara tepat dari berbagai macam kondisi operasional seperti jenis kolom,  fase  gerak,  panjang  dan  diameter  kolom,  kecepatan  alir  fase  gerak,  suhu
kolom, dan ukuran sampel Rohman, 2007. Prinsip  kerja  KCKT  adalah  sebagai  berikut:  dengan  bantuan  pompa  fasa
gerak  cair  dialirkan  melalui  kolom  ke  detektor.  Cuplikan  dimasukkan  ke  dalam aliran  fasa  gerak  dengan  cara  penyuntikan.  Di  dalam  kolom  terjadi  pemisahan
komponen-komponen  campuran.  Karena  perbedaan  kekuatan  interaksi  antara solut-solut terhadap fasa diam. Solut-solut yang kurang kuat interaksinya dengan
fasa  diam  akan  keluar  dari  kolom  lebih  dulu.  Sebaliknya,  solut-solut  yang  kuat berinteraksi  dengan  fasa  diam  maka  solut-solut  tersebut  akan  keluar  kolom
dideteksi  oleh  detektor  kemudian  direkam  dalam  bentuk  kromatogram,  jumlah peak  menyatakan  konsentrasi  komponen  dalam  campuran.  Komputer  dapat
digunakan  untuk  mengontrol  kerja  sistem  HPLC  dan  mengumpulkan  serta mengolah data hasil pengukuran HPLC.
2.5.3 Instrumentasi Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Instrumentasi  KCKT  pada  dasarnya  terdiri  atas  delapan  komponen  pokok yaitu:  wadah  fase  gerak,  sistem  penghantaran  fase  gerak  pompa,  alat  untuk
memasukkan sampel injektor, kolom, detektor, wadah penampung buangan fase gerak,  tabung  penghubung,  dan  suatu  komputer  atau  integrator  atau  perekam.
Jhonson, 1991; Gandjar, 2007
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4. Diagram Alat dan Komponen KCKT Sumber : Harmita, 2006
1.  Wadah Fase Gerak Wadah  fase  gerak  terbuat  dari  bahan  yang  inert  terhadap  fase  gerak.  Bahan
yang  umum  digunakan  adalah  gelas  dan  baja  anti  karat.  Daya  tampung wadah  harus  lebih  besar  dari  500  mL,  yang  dapat  digunakan  selama  4  jam
untuk kecepatan alir yang umumnya 1-2 mLmenit. 2.  Pompa
Untuk  mengerakkanmengalirkan  fase  gerak  eluen  melalui  kolom diperlukan pompa. Pompa harus mampu menghasilkan tekanan 6000 psi pada
kecepatan  alir  0,1 –10  mLmenit.  Tujuan  penggunaan  pompa  atau  sistem
penghantaran  fase  gerak  adalah  untuk  menjamin  proses  penghantaran  fase gerak  berlangsung  secara  tepat,  reprodusibel,  konstan,  dan  bebas  dari
gangguan.  Pompa  ada  2  jenis  yaitu  pompa  volume    konstan  dan  pompa tekanan konstan. Pompa terbuat dari bahan yang inert terhadap semua pelarut.
Bahan yang umum digunakan adalah gelas baja antikarat dan teflon. 3.  Injektor
Injektor  berfungsi  untuk  memasukkan  cuplikan  sampel  ke  dalam  kolom. Suatu  injektor  dikatakan  ideal  bila  memenuhi  kriteria  :  mudah  digunakan,
reprodusibel, dapat menahan tekanan balik yang tinggi. 4.  Kolom
Kolom  berfungsi  untuk  memisahkan  masing-masing  komponen.  Kolom adalah jantung kromatografi. Berhasil atau gagalnya suatu analisis tergantung
pada pemilihan kolom dan kondisi percobaan yang sesuai. Hal-hal yang perlu diperhatikan  dalam  memilih  kolom  adalah  panjang  kolom,  diameter  kolom,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pengisi  kolom,  fase  gerak  dan  tekanan  kolom.  Kolom  dapat  dibagi  menjadi dua kelompok :
a.  Kolom analitik: diameter khas adalah 2-6 mm. Panjang kolom tergantung pada  jenis  kemasan.  Untuk  kemasan  pelikel  biasanya  panjang  kolom  50-
100 cm. Untuk kemasan mikropartikel berpori, umumnya 10-30 cm. b.  Kolom preparatif: umumnya memiliki diameter 6 mm atau lebih besar dan
panjang kolom 25-100 cm. Kolom  umumnya  dibuat  dari  stainless  steel  dan  biasanya  dioperasikan  pada
temperatur  kamar,  tetapi  bisa  juga  digunakan  temperatur  lebih  tinggi, terutama untuk kromatografi penukar ion dan kromatografi eksklusi.
5.  Detektor Detektor  berfungsi  untuk  mendeteksi  adanya  komponen  cuplikan  dalam
aliran  yang  keluar  dari  kolom  dan  mengukur  jumlahnya.  Bagian  ini diletakkan  sesudah  kolom  dan  dihubungkan  dengan  pencatat.  Detektor-
detektor  yang  baik  memiliki  sensitifitas  yang  tinggi,  gangguan  noise  yang rendah, kisar respons linier  yang luas, dan memberi  tanggapanrespon untuk
semua tipe senyawa. Jenis detektor yang dapat digunakan antara lain, detektor spektrofotometri  ultraviolet-visibel,  detektor  photodiobe-array  PDA,
detektor fluoresensi, detektor indeks kimia dan detektor elektrokimia. 6.  IntegratorPengolah Data
Alat pengumpul data seperti komputer, integrator atau rekorder, dihubungkan dengan  detektor.  Alat  ini  akan  mengukur  sinyal  elektronik  yang  dihasilkan
oleh  detektor  lalu  memplotkannya  sebagai  suatu  kromatogram  yang selanjutnya  dapat  dievaluasi  oleh  analis.  Integrator  berfungsi  untuk
menghitung luas puncak. Gandjar, 2007; Jhonson, 1991 7.  Fase Gerak
Dalam  KCKT  variasi  fase  gerak  sangat  beragam  dalam  hal  kepolaran  dan selektivitasnya  terhadap  komponen  dalam  sampel.  Fase  gerak  atau  eluen
biasanya  terdiri  atas  campuran  pelarut  yang  dapat  bercampur  yang  secara keseluruhan berperan dalam  daya elusi dan resolusi.  Daya  elusi dan resolusi
ini ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase diam, dan sifat komponen-komponen  sampel  Johnson    Stevenson,  1991.  Elusi  dapat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dilakukan  dengan  cara  isokratik  komposisi  fase  gerak  tetap  sama  selama elusi  atau  dengan  cara  gradien  komposisi  fase  gerak  berubah-ubah  selama
elusi. Elusi gradien digunakan untuk meningkatkan resolusi  campuran  yang kompleks  sampel  dengan  kisaran  polaritas  yang  luas.  Terdapat  dua
pemisahan  dalam  KCKT  yaitu  fase  normal  dan  fase  terbalik,  berdasarkan polaritas fase  gerak dan  fase  diam  yang digunakan. Untuk fase normal  fase
diam  lebih  polar  daripada  fase  gerak,  kemampuan  elusi  meningkat  dengan meningkatnya  polaritas  pelarut.  Sementara  untuk  fase  terbalik  fase  diam
kurang  polar  daripada  fase  gerak,  kemampuan  elusi  menurun  dengan meningkatnya  polaritas  pelarut.  Secara  umum  eluen  yang  baik  harus
mempunyai  sifat  murni,  tidak  bereaksi  dengan  kolom,  dapat  melarutkan cuplikan, selektif terhadap komponen, viskositasnya rendah, harganya relatif
murah,  dan  dapat  memisahkan  zat  dengan  baik.  Gandjar,  2007;  Wellings, 2006.
2.5.4 Analisa dalam Kromatografi Cair KinerjaTinggi Harmita, 2006
Analisa KCKT dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif 2.5.4.1  Analisa Kualitatif
Cara yang terbaik adalah dengan menggunakan metode waktu relatif : Ri
st
= Keterangan :  t
Ri
= waktu retensi komponen zat t
Rst
= waktu retensi standar 2.5.4.2  Analisa Kuantitatif
Tahapan analisis kuantitatif adalah sebagai berikut : a.  Membuat  spektrum  serapan  komponen-komponen  yang  ada  dalam
sampel, b.  Mencari  panjang  gelombang  optimum  untuk  campuran  komponen  zat
dalam sampel, c.  Mencari  fase  gerak  yang  sesuai  agar  komponen-komponen  tersebut
memisah R 1,5
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dasar  perhitungan  kuantitatif  untuk  suatu  komponen  yang  dianalisis adalah  dengan  mengukur  luas  atau  tinggi  puncaknya.  Harmita,  2006.  Ada
beberapa metode yang dapat digunakan : a.  Baku luar dengan kurva kalibrasi dan perbandingan luas puncak
Larutan  baku  dengan  berbagai  konsentrasi    disuntikkan  dan  diukur  luas puncaknya,  buat  kurva  kalibrasi  antara  luas  puncak  terhadap  konsentrasi,
kadar  sampel  diperoleh  dengan  cara  memplot  luas  puncak  terhadap konsentrasi.  Kadar  sampel  diperoleh  dengan  cara  memplot  luas  puncak
sampel pada kurva kalibrasi baku atau dengan perbandingan langsung. CS =
x Cst Keterangan : Cs  : konsentrasi sampel
Cst : konsentrasi standar As  : luas puncak sampel
Ast : luas puncak standar Kekurangan  metode  ini  adalah  diperlukan  baku  yang  murni  serta  ketelitian
dalam pengenceran dan penimbangan. b.  Baku dalam
Sejumlah baku dalam ditambahkan pada sampel  dan standar.  Kemudian larutan  campuran  komponen  standar  dan  baku  dalam  dengan  konsentrai
tertentu  disunikkan  dan  di  hitung  perbandingan  luas  puncak  ke  dua  zat tersebut.  Buat  kurva  baku  antara  perbandingan  luas  puncak  terhadap
konsentrasi  komponen  standar,  kadar  sampel  diperoleh  dengan  memplot perbandingan luas puncak komponen sampel dengan baku dalam pada kurva
standar,  keuntungan  menggunakan  cara  ini  adalah  kesalahan  volume  injeksi dieliminer, kesulitan cara ini adalah diperlukan baku dalam yang tepat.
2.6 IDENTIFIKASI KANDUNGAN MINYAK
2.8.1 Gas Chromatography-Mass Spectrometry Kromatografi  gas-spektrometri  massa  atau  sering  disebut  GC-MS  Gas
Chromatography-Mass Spectrometry
adalah teknik
analisis yang
menggabungkan  dua  metode  analisis,  yaitu  Kromatografi  Gas  dan  Spektrometri Massa.  Kromatografi  gas  adalah  metode  analisis,  dimana  sampel  terpisahkan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
secara  fisik  menjadi  bentuk  molekul-molekul  yang  lebih  kecil  hasil  berupa kromatogram.  Sedangkan  spektroskopi  massa  adalah  metode  analisis,  dimana
sampel  yang dianalisis akan diubah menjadi  ion-ion  gasnya, dan massa dari ion- ion  tersebut  dapat  diukur  berdasarkan  hasil  deteksi  berupa  spektrum  massa
Khopkar,  1990.    Spektrometri  massa  merupakan  sebuah  detektor  umum  untuk kromatografi  gas,  karena  setiap  senyawa  yang  dapat  melewati  kromatografi  gas
diubah menjadi ion dalam spektrometri massa. Tujuan dari menggabungkan kedua instrument ini yaitu agar pengoperasian kromatografi gas dan spektrometri massa
dapat lebih baik lagi tanpa menurunkan kinerja keduanya Willard et al.,1988. Pemisahan  komponen  senyawa  dalam  GC-MS  terjadi  di  dalam  kolom  GC
dengan melibatkan dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam adalah zat yang  ada  didalam  kolom  sedangkan  fase  gerak  adalah  gas  pembawa  Helium
ataupun  Hidrogen  dengan  kemurnian  tinggi.  Proses  pemisahan  dapat  terjadi karena  terdapat  perbedaan  kecepatan  alir  dari  tiap  molekul  didalam  kolom.
Selanjutnya  hasil  pemisahan  tersebut  masuk  ke  dalam  ruang  MS  yang  berfungsi sebagai  detektor  Hermanto,  2009.  Instrumen  GC-MS  terbagi  menjadi    bagian-
bagian penting pada  instrument  Gas Chromatography dan bagian-bagian penting pada  instrument  Mass  Spectrometry.  Bagian-bagian  pada  instrument  pada  Gas
Chromatography terdiri dari: -  Pengatur aliran gas Gas Flow Controller
-  Tempat injeksi sampel Injector -  Tempat terjadinya pemisahan Kolom
-  Penghubung  antara  Gas  Chromatography  dan  Mass  Spectrometry Interface
Sedangkan bagian-bagian dari Mass Spectrometry terdiri dari: -  Tempat masuk sampel Interface
-  Sumber Ion Ion source -  Pompa vakum Vacuum pump
-  Penganalisis massa Mass analyzer -  Detektor Electron multiple detector
-  Sistem pengolah data Personal computer
24                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1   TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian  dilaksanakan  mulai  bulan  Maret  hingga  Juni  2013  di Laboratorium  Produk  Alam,  Bidang  Botani  dan  Mikrobiologi  -  Pusat  Penelitian
Biologi,  Lembaga Ilmu Pengetahuan  Indonesia LIPI  yang berada di jalan  Raya Jakarta
–  Bogor  Km  46,  Cibinong;  dan  di  laboratorium  Instrumen,  Balai  Besar Industri  Agro  yang  berada  di  Jl.  Ir.  H.  Juanda  No.  11,  Bogor  16122;  serta  di
Laboraturium  Forensik  Lantai  3  Markas  Besar  POLRI  Kebayoran  Baru  Jakarta Selatan.
3.2   BAHAN DAN ALAT 3.2.1 Bahan Uji
Bahan  uji  yang  digunakan  adalah  biji  kelor  Moringa  oleifera  Lam  yang sudah  masak  +1,7  kg  dengan  spesifikasi  kulit  warna  coklat  kehitaman  dan  isi
berwarna putih kotor dengan bau tidak spesifik  dan rasa sepah  yang berasal  dari Jepara,  Jawa  Tengah.  Bahan  sebelumnya  telah  dilakukan  determinasi  dan
authentication specimen di Herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi LIPI, Bogor, Jawa Barat.
3.2.2 Bahan Kimia
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah n-heksan, Na
2
SO
4
anhidrat, standar  α-Tokoferol    96  grade  HPLC  Sigma,  etanol  pro  analis
Merck,  Tetrahydrofuran  THF  pro  analis  Merck,  metanol  grade  HPLC  J.T. Baker.
3.2.3 Alat
Timbangan bahan dan timbangan analitik; grinder; rotary evaporator Eyela N-1000; oven; seperangkat alat kempa hidrolis manual; seperangkat instrument
HPLC  Perkin  Elmer  series  200  yang  dilengkapi  dengan  pompa,  kolom LiChosper® C18 25  cm  x 5 µm,  degasser, detektor spektrofotometer UVVIS,