Garment dan Konveksi Penelitian yang Relevan

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Garment dan Konveksi

Menurut Kurniadi 2012 Perusahaan Garment adalah perusahaan yang memproses bahan baku kain menjadi pakaian jadi yang hasilnya akan dijual kepada konsumen. Dalam menghasilkan sebuah produk yaitu pakaian jadi, perusahaan garment harus mempunyai tiga 3 aset yang paling utama yaitu bahan kain yang akan dibuat menjadi pakaian, mesin jahit, dan operator mesin jahit. Proses mengubah material setengah jadi menjadi pakaian terdiri dari tiga 3 bagian besar yaitu proses memotong cutting sesuai pola pakaian, proses menjahit making, dan proses merapikan trimming seperti memasang kancing, memberikan border. Perbedaan antara perusahaan garment dan konveksi dari segi proses produksi. Pada ruang lingkup industri garment manajemen usaha telah terkoordinir dengan baik, kuantitas peralatan yang digunakan dalam jumlah yang banyak. Sedangkan pada bidang konveksi peralatan yang digunakan terbatas dan dalam kuantitas yang sedikit. Pada proses pengerjaan CMT cutting, making, dan trimming, masing-masing pekerja atau operator jahit pada sektor usaha konveksi biasanya mengerjakan langsung semua proses ini dari mulai memotong hingga merapikan pakaian jadi. Berbeda dengan Industri garment di mana pada pengerjaan suatu produk busana dikerjakan berdasarkan proses secara step by step. Misalnya sebuah Industri garment memproduksi pakaian kaos. maka tiap pekerja akan melakukan tugas yang seragam dari mulai menjadi rangka pakaian, kemudian bila potongan lengan sudah terbentuk maka masing-masing pekerja akan serentak melakukan proses penyambungan antara lengan dan badan pakaian hingga proses finishing . 5

2.2 Pemasaran

Pemasaran pada dasarnya mencakup semua kegiatan yang berkaitan dengan pasar dan berusaha mencapai suatu pertukaran potensial. Konsep pemasaran menganggap bahwa kunci untuk mencapai tujuan perusahaan adalah melalui penentuan kebutuhan dan keinginan dari pasar sasaran. Tujuan pemasaran adalah membantu dan merangsang pertukaran-pertukaran, sedangkan tujuan pertukaran adalah memuaskan kebutuhan, serta keinginan manusia, dimana kebutuhan dan keinginan adalah sesuatu hal yang mutlak. Menurut Kotler, 2004, pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang dibutuhkan dan di inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Sedangkan manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi, serta penyaluran gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi Kotler, 2004. Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah suatu usaha organisasi dalam mempertemukan manusia, keuangan dan sumber-sumber fisik yang dimilikinya guna memenuhi kebutuhan, serta keinginan individu maupun kelompok. Pemenuhan kebutuhan dilaksanakan melalui proses perencanaan dan pelaksanaan akan perwujudan konsep- konsep, pemberian harga, promosi dan distribusi barang-barang dan jasa, serta gagasan yang dapat diciptakan melalui pertukaran yang bernilai satu sama lain.

2.2.1. Strategi Pemasaran

Menurut Tjiptono 2008, Strategi pemasaran didefinisikan sebagai alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut. 6 Menurut Kotler 2008, dalam mendesain suatu strategi pemasaran, hal terpenting yang perlu dilakukan oleh manajemen pemasaran adalah penerapan konsep STP segmentation, Targeting dan Positioning. Konsep ini saling terkait satu sama lainnya dan secara garis besar langkah-langkah STP terlihat pada Gambar 1. Segmentasi Pasar 1. Mengindentifikasikan peubah segmentasi pasar dan segmentasi pasar. 2. Mengembangkan gambaran segmen yang dihasilkan. Target Pasar 1. Mengevaluasi daya tarik masing-masing segmen

2. Memilih segmen-segmen pasar

Market Positioninng 1. Mengindentifikasikan konsep positioning yang memungkinkan bagi masing-masing segmen pasar. 2. Memilih mengembangkan dan mengkomunikasikan konsep positioning yang terpilih Gambar 1. Langkah-langkah dalam desain strategi pemasaran

2.2.2. Bauran Pemasaran

Dalam pemasaran terdapat salah satu strategi yang disebut bauran pemasaran marketing mix yang mempunyai peranan penting dalam mem pengaruhi konsumen untuk membeli produk, atau jasa yang ditawarkan dan keberhasilan suatu pemasaran, baik pemasaran produk, maupun untuk pemasaran jasa di pasar. 7 Cakupan kegiatan pemasaran ditentukan oleh konsep pemasaran yang disebut dengan bauran pemasaran. Unsur-unsur bauran pemasaran terdiri dari semua peubah yang dapat dikontrol perusahaan dalam komunikasinya dengan dan akan dipakai untuk memuaskan konsumen sasaran. Definisi bauran pemasaran menurut Kotler 2002, Bauran pemasaran marketing mix adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran. Dalam pemasaran, bauran pemasaran merupakan alat yang dapat digunakan produsen untuk mempengaruhi sikap dan tindakan konsumen. Menurut McCarthy dalam Kotler 2007 bauran pemasaran atau marketing mix merupakan kumpulan variabel produk product, harga price, distribusi place dan promosi promotion. Penjelasan dari masing-masing bauran pemasaran menurut Tjiptono 2008 adalah : a. Produk adalah pemahaman subyektif dari produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar. b. Harga adalah satuan moneter atau ukuran lainnya termasuk barang dan jasa lainnya yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa. c. Distribusi dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan jenis, jumlah, harga, tempat, dan saat dibutuhkan. d. Promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran. Yang dimaksud dengan komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhimembujuk, dan atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. 8 Program pemasaran yang efektif menggabungkan semua unsur bauran pemasaran ke dalam suatu program pemasaran terintegrasi yang dirancang untuk mencapai tujuan pemasaran perusahaan dengan menghantarkan nilai bagi konsumen. Bauran pemasaran merupakan sarana taktis perusahaan untuk menentukan positioning yang kuat dalam perusahaan.

2.3 Metode Proses Hierarki Analitik

Proses Hirarki Analitik PHA atau Analytical Hierarchy Process AHP dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton School of Business pada tahun 1970-an untuk mengorganisasikan informasi dan unsur penilaian atas setiap alternatif yang disukai Marimin, 2004. Analisis AHP ditujukan untuk membuat model permasalahan yang tidak terstruktur dan biasanya diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah terukur, maupun masalah-masalah yang memerlukan pendapat judgement. Selain itu, metode ini digunakan untuk memecahkan masalah kualitatif yang kompleks dengan cara kuantitatif, melalui proses pengekspresian masalah didalam sebuah kerangka berpikir terorganisir, sehingga memungkinkan dilakukannya proses pengambilan keputusan secara efektif. Metode ini memiliki keunggulan tertentu, karena mampu membantu menyederhanakan persoalan yang kompleks menjadi persoalan terstruktur, sehingga mendorong dipercepatnya proses pengambilan keputusan. AHP memasukan aspek kualitatif dan kuantitatif pikiran manusia Saaty, 1991. Aspek kualitatif mendefinisikan persoalan dan hirarkinya dan aspek kuantitatif mengekspresikan penilaian dan preferensi secara ringkas dan padat. Proses itu, sendiri dirancang untuk mengintegrasikan dua 2 sifat ini. Proses ini dengan jelas menunjukkan bahwa demi pengambilan keputusan yang sehat dalam situasi yang kompleks, sehingga diperlukan menetapkan prioritas dan memerlukan pertimbangan. Pada penerapan AHP yang diutamakan adalah mutu data dari responden dan tidak tergantung pada kuantitasnya Saaty, 1991. Oleh karena itu, penilaian AHP memerlukan para pakar sebagai responden dalam pengambilan keputusan 9 dalam pemilihan alternatif. Para pakar disini merupakan orang-orang kompeten yang benar-benar menguasai, mempengaruhi pengambilan kebijakan atau benar- benar mengetahui informasi yang dibutuhkan. Untuk jumlah responden dalam metode AHP tidak memiliki perumusan tertentu, namun hanya ada batas minimum, yaitu dua 2 orang responden. AHP telah banyak digunakan oleh para pengambil keputusan untuk membantu memecahkan masalah yang kompleks. Menurut Saaty 1991, AHP dapat digunakan untuk pengambilan keputusan seperti menetapkan prioritas, menghasilkan seperangkat alternatif, memilih alternatif, memilih alternatif kebijakan yang terbaik, menetapkan berbagai persyaratan, mengalokasikan sumber daya, meramalkan hasil dan menaksir risiko, mengukur prestasi, merancang sistem, merencanakan dan memecahkan konflik.

2.3.1 Keuntungan AHP

Menurut Marimin 2004 beberapa keuntungan yang diperoleh bila memecahkan persoalan dan mengambil keputusan dengan menggunakan AHP adalah : a. Kesatuan AHP memberi satu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk aneka ragam persoalan tidak terstruktur. b. Kompleksitas. AHP memadukan ancangan deduktif dan ancangan berdasarkan sistem dalam memecahkan masalah kompleks. c. Saling ketergantungan. AHP dapat menangani saling ketergantungan unsur- unsur dalam suatu sistem dan tidak memaksakan pemikiran linear. d. Penyusunan hirarki. AHP mencerminkan kecenderungan alami pemikiran untuk memilah-milah unsur-unsur suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokan unsur yang serupa dalam setiap tingkat. e. Pengukuran. AHP memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal dan terwujud suatu metode untuk menetapkan prioritas. f. Konsistensi. AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan yang digunakan untuk menetapkan prioritas. 10 g. Sintesis. AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap alternatif. h. Tawar-menawar. AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan organisasi memilih alternatif terbaik berdasarkantujuan-tujuan mereka. i. Penilaian dan konsensus. AHP tidak memaksakan konsensus, tetapi mensintesiskan suatu hasil representatif dari berbagai penilaian berbeda. j. Pengulangan proses. AHP memungkinkan organisasi memperhalus definisinya pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian melalui pengulangan.

2.3.2 Prinsip Kerja AHP

Dalam metode AHP terdapat tiga 3 prinsip dalam memecahkan masalah, yaitu : a. Menyusun Hirarki Hirarki merupakan alat mendasar dari pikiran manusia yang melibatkan pengidentifikasian unsur-unsur suatu persoalan, mengelompokkan unsur-unsur itu kedalam beberapa kumpulan yang homogen dan menata kumpulan-kumpulan ini pada tingkat yang berbeda. Pada prinsip ini, perusahaan berusaha menggambarkan, atau menguraikan permasalahan atau realita secara hirarki. Untuk memecahkan permasalahan kompleks, maka sebelumnya permasalahan terlebih dahulu didefinisikan. Lalu dilakukan pemecahan persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya, bahkan sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tersebut. Karena alasan ini maka proses analisis dinamakan hirarki. Secara umum unsur yang digunakan pada hirarki adalah focus, forces, actors, objectives dan scenario. b. Menetapkan Prioritas 11 Prinsip ini membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua 2 unsur pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat di atasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena akan berpengaruh terhadap prioritas unsur. Hasil dari penilaian ini akan disajikan dalam bentuk matriks pairwase comparison. c. Konsistensi Logis Konsistensi memiliki dua 2 makna. Pertama adalah obyek-obyek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Arti kedua, menyangkut pada tingkat hubungan antara obyek-obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu. Dengan konsistensi logis menjamin unsur dikelompokan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan kriteria logis.

2.3.3 Langkah-Langkah Penggunaan AHP

Saaty 1991 menjelaskan terdapat beberapa langkah dalam penggunaan metode AHP sebagai suatu alat untuk memecahkan persoalan. Langkah-langkah yang dimaksud adalah : a. Mendefinisikan persoalan dan merinci pemecahan yang diinginkan. Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi persoalan dengan melakukan analisa atau pemahaman yang mendalam terhadap persoalan yang dihadapi dan ingin dipecahkan. Setelah itu dapat dilakukan pengidentifikasian dan pemilihan unsur-unsur yang masuk komponen sistem, seperti focus, forces, actors, objectives dan scenario. Dalam AHP sendiri tidak terdapat prosedur yang pasti untuk mengidentifikasi komponen-komponen sistem. Komponen-komponen sistem dapat diidentifikasikan berdasarkan kemampuan pada analisa untuk menemukan unsur-unsur yang dapat dilibatkan dalam suatu sistem. b. Membuat struktur hirarki dari sudut pandang manajerial secara menyeluruh. Hirarki merupakan suatu abstraksi struktur suatu sistem yang mempelajari fungsi interaksi antar komponen dan dampaknya terhadap 12 sistem. Abstraksi ini mempunyai bentuk saling berkaitan. Struktur hirarki disusun berdasarkan jenis keputusan yang akan diambil berdasarkan sudut pandang dari tingkat puncak sampai ke tingkat dimana dimungkinkan campur tangan untuk memecahkan persoalan tersebut. Hirarki yang terbentuk dalam metode AHP sendiri dapat berupa hirarki lengkap dan tak lengkap. Dalam suatu hirarki lengkap, semua unsur pada satu unsur pada satu tingkat memiliki hubungan dengan semua unsur yang ada pada tingkat berikutnya. Jika tidak demikian, hirarki yang terbentuk adalah hirarki tidak lengkap. Pada struktur hirarki lengkap, jumlah tingkatan komponen sistem yang terdapat dalam hirarki tergantung pada pilihan peneliti. Tingkat 1 Fokus Tingkat 2 Faktor Tingkat 3 Aktor Tingkat 4 Tujuan Tingkat 5 Alternatif Gambar 2. Model struktur hirarki dalam metode AHP Fewidarto, 1996 G F 1 F 2 F n F 3 A 1 A 2 A 3 A n O n1 O 31 O 21 O 11 S 111 S 211 S 311 S n11 13 c. Menyusun matriks banding berpasangan. Matriks perbandingan berpasangan ini berfungsi untuk mengetahui kontribusi dan pengaruh setiap unsur yang relevan atas setiap kriteria yang berpengaruh yang berada di tingkat atasnya. Pada matriks ini, pasangan- pasangan unsur dibandingkan berkenaan suatu kriteria di tingkat lebih tinggi. Dalam membandingkan dua 2 unsur, biasanya memberi suatu pertimbangan yang menunjukkan dominasi bilangan bulat. Matriks ini memiliki satu 1 tempat untuk memasukkan bilangan itu dan satu tempat lain untuk memasukkan nilai kebalikannya. d. Mendapatkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk mengembangkan perangkat matriks dilangkah tiga 3. Setelah matriks pembanding berpasangan antar unsur dibuat, dilakukan pembandingan berpasangan antar setiap unsur pada kolom ke-I dengan setiap kolom pada baris ke-j. Pembandingan berpasangan antar unsur tersebut dilakukan dengan pertanyaan “seberapa kuat unsur pada baris ke-1 didominasi atau dipengaruhi, dipenuhi, diuntungkan oleh focus dipuncak hirarki, dibandingkan dengan kolom ke-j ?”, apabila unsur-unsur yang dipertimbangkan merupakan sebuah peluang atau waktu, maka pertanyaannya adalah “seberapa lebih mungkin suatu elemen baris ke-i dibandingkan dengan elemen dipuncak hirarki ?”. Untuk mengisi matriks banding berpasangan, digunakan skala banding yang tertera pada Tabel 1. Angka-angka yang tertera menggambarkan relatif pentingnya suatu unsur dibandingkan dengan unsur lainnya sehubungan dengan sifat kriteria tertentu. Pengisian matriks hanya dilakukan untuk bagian di atas garis diagonal dari kiri ke kanan bawah. 14 Tabel 1. Definisi dan nilai pendapat kualitatif skala perbandingan Saaty Intensitas pentingnya Definisi Penjelasan 1 Kedua unsur sama pentingnya Dua unsur menyumbang sama besar pada sifat itu 3 unsur yang satu sedikit lebih penting daripada lainnya Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu unsur atas unsur lainnya 5 Unsur yang satu sangat penting daripada unsur lainnya Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu unsur atas unsur lainnya 7 Satu unsur jelas lebih penting daripada unsur lainya Bukti yang menyokong unsur yang satu atas yang lainnya memiliki tingkat penegasan yang tertinggi yang mungkin menguatkan 9 Satu unsur mutlak lebih penting daripada unsur lainnya Bukti yang menyokong unsur yang satu atas yang lainnya memiliki tingkat penegasan yang tertinggi yang mungkin menguatkan 2,4,6,8 Nilai-nilai diantara dua pertimbangan yang berdekatan Kompromi diperhatikan di antara dua pertimbangan Kebalikan Jika untuk aktivitas I mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i. Sumber : Saaty, 1991 15 e. Memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan 1 sepanjang diagonal utama. Angka 1 sampai 9 digunakan bila F 1 lebih mendominasi atau mempengaruhi sifat fokus puncak hirarki x dibandingkan F jx namun bila F 1 kurang mendominasi, atau kurang mempengaruhi sifat X dibandingkan F jx maka digunakan angka kebalikannya. Matriks di bawah garis diagonal utama diisi dengan nilai-nilai kebalikannya. Contoh, bila unsur F 24 memiliki nilai 7, maka nilai unsur F 24 adalah 17. f. Melaksanakan langkah 3, 4 dan 5 untuk sesama tingkat dan gugusan dalam hirarki tersebut. Pembandingan dilanjutkan untuk semua unsur pada setiap tingkat keputusan yang terdapat pada hirarki, berkenaan dengan kriteria unsur di atasnya. Matriks perbandingan dalam AHP dibedakan menjadi dua 2 yaitu Matriks Pendapat Individu MPI dan Matriks Pendapat Gabungan MPG 1 MPI adalah matriks hasil pembandingan yang dilakukan individu. MPI memiliki unsur yang disimbolkan dengan a ij yaitu unsur matriks pada baris kolom ke-i dan kolom ke-j. MPI dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. MPI G A1 A2 A3 … An A1 a 11 a 12 a 13 … a 1n A2 a 21 a 22 a 23 … a 2n A3 a 31 a 32 a 33 … a 3n … … … … … … An a n1 a n2 a n3 … a nn Sumber : Marimin, 2004 2 MPG adalah matriks baru yang unsurnya g ij berasal dari rataan geometrik pendapat-pendapat individu yang rasio inkonsistensinya lebih kecil atau sama dengan 10 dan setiap unsur pada baris dan kolom yang sama dari MPI yang satu dengan MPI yang lain tidak terjadi konflik. MPG dapat dilihat pada Tabel 3. 16 Tabel 3. MPG X G1 G2 G3 … G n G1 G 11 G 12 G 13 … G 1n G2 G 21 G 22 G 23 … G 2n G3 G 31 G 32 G 33 … G 3n … … … … … … Gn G n1 G n2 G n3 … G nn Rumus Rataan geometrik adalah : g ij = ∏ ij ………………………………………………………………… 1 dengan : n = jumlah responden pakar a ijk = sel penilaian setiap pakar g. Menggunakan komposisi secara hirarki untuk membobotkan vektor-vektor mutu prioritas itu dengan bobot kriteria-kriteria dan menjumlahkan semua nilai prioritas terbobot bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat bawah berikutnya dan seterusnya. Vektor prioritas dapat dihitung dengan rumus : VP Vektor Prioritas = ∑ ∏ ………………………2 Dimana : VE Vaktor Eigen = ∏ ij ………………………….3 Dengan : a ij = unsur MPB pada baris ke-I dan kolom ke j n = jumlah unsur yang diperbandingkan h. Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hirarki. Pengukuran konsistensi ini diperlukan untuk mengetahui konsistensi jawaban yang berpengaruh terhadap kesahihan hasil. Langkah yang digunakan adalah mengalikan setiap indeks konsistensi dengan prioritas kriteria bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi 17 dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks konsistensi acak, yang sesuai dengan dimensi masing-masing matriks. Dengan cara yang sama setiap indeks konsistensi acak juga dibobot berdasarkan prioritas kriteria bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan. Rasio konsistensi hirarki harus 10 atau kurang. Jika tidak, mutu informasi harus diperbaiki, antara lain dengan memperbaiki cara menggunakan pertanyaan ketika melakukan pengisian ulang kuesioner, atau lebih baik dalam mengarahkan responden yang mengisi kuesioner. Namun batasan diterima, atau tidaknya konsistensi suatu matriks sebenarnya tidak ada yang baku, seperti Fewidarto 1996 menjelaskan bahwa jika tingkat inkonsistensi 10 ke bawah tidak dicapai maka dapat digunakan batas lebih besar, atau bahkan rataan CR penilaian pakar. Rumus untuk perhitungan uji konsistensi adalah : 1 CI Indeks Konsistensi CI = …………………………………………………4 Dengan : CI = Indeks Konsistensi λ max = Eigen value maksimum n = jumlah unsur yang diperbandingkan dimana : λmax = ∑ ………………………………………………….5 i VB Nilai Eigen = ……………………………6 ii VA Vektor Antara = a ij x VP ………………….7 Lebih lanjut ingin diketahui apakah CI dengan besaran cukup baik atau tidak, maka perlu diketahui rasio konsistensinya CR dengan rumus yaitu : 18 2 CR Rasio Konsistensi CR = ……………………………………………………8 RI adalah indeks acak yang dikeluarkan oleh OAK RIDGE LABORATORY , dari matrik berorde 1 – 15 dengan menggunakan contoh berukuran 100. Tabel RI tersebut dimuat pada Tabel 4 : Tabel 4. Indeks Acak N 1 2 3 4 5 6 7 RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 N 8 9 10 11 12 13 14 RI 1,41 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56 1,57 Sumber : Fewidarto, 1996

2.4 Penelitian yang Relevan

Oktaviani 2008 melakukan penelitian tentang analisis strategi pemasaran ekspor tekstil pada PT.X di Jawa Barat. Pada penelitian ini teridentifikasi enam 6 faktor yang berpengaruh pada penyusunan strategi pemasaran ekspor pada PT.X yaitu tingkat persaingan 0,319, karakteristik pasar 0,266, saluran distribusi 0,136, teknologi 0,121, harga 0,121 dan kebijakan pemerintah 0,037. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, alternatif strategi pemasaran ekspor yang menjadi prioritas utama adalah pembentukan divisi riset pasar dan riset pesaing agar perusahaan lebih siap menghadapi persaingan dan mengetahui kondisi pasar 0,357. Alternatif kedua yang dapat dilakukan adalah meningkatkan mutu produk melalui kontrol dan pengawasan mutu ketat 0,261. Sedangkan alternatif ketiga dan keempat adalah aktif memperkuat kemitraan dan kerjasama dengan agen 0,253, serta melakukan strategi penetapan harga fleksibel 0,130 Simatupang 2007 melakukan penelitian tentang perancangan strategi pemasaran dengan proses AHP pada RS BMC. Berdasarkan hasil analisis 19 diketahui bahwa strategi operasional yang menjadi prioritas pada masing-masing bauran pemasaran untuk mencapai tujuan meningkatkan penjualan adalah strategi mutu 0,465, strategi struktur diskon 0,408, strategi humas 0,376, strategi lokasi 0,733, strategi pelatihan SDM 0,533, strategi pelayanan 0,799, strategi reliabilitas 0,501 dan strategi brosur 0,593. 20

III. METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

CV. XYZ merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam produksi seragam seperti kaos, jaket, kemeja, sweater yang berada di wilayah kampus. Dalam menghadapi persaingan di pasar, CV.XYZ perlu merumuskan strategi pemasaran yang efektif agar dapat mencapai tujuan pemasaran yang diinginkan. Adapun perumusan strategi pemasaran tersebut harus didasarkan pada visi dan misi perusahaan. Visi dan misi mencerminkan suatu perusahaan dan apa yang menjadi tujuannya dalam jangka waktu tertentu. Tanpa adanya visi dan misi tersebut perusahaan akan seperti kehilangan arah tujuan dan hasil yang akan dicapai. CV. XYZ merumuskan strategi pemasaran untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan menetapkan terlebih dahulu pasar mana yang menjadi target penerapan strategi, serta bauran pemasaran perusahaan yang terdiri dari produk product, harga price, distribusi place, dan promosi promotion. Setelah melakukan identifikasi, selanjutnya disusun strategi yang memungkinkan untuk dipilih dan diterapkan oleh perusahaan konveksi XYZ dengan menggunakan alat analisis metode AHP. Metode AHP merupakan suatu metode yang luwes yang memberikan kesempatan bagi perorangan atau kelompok untuk membangun gagasan-gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi dan memperoleh pemecahan yang diinginkan darinya. Metode AHP juga memasukan pertimbangan nilai-nilai pribadi secara logis. Setelah melewati proses penilaian oleh pakar dan pengolahan bobot prioritas, maka diperoleh hasil strategi terpilih, yakni strategi dengan nilai prioritas terbesar. Strategi tersebut kemudian diterapkan pada pasar sasaran yang sudah diidentifikasi sebelumnya.