9
dalam pemilihan alternatif. Para pakar disini merupakan orang-orang kompeten yang benar-benar menguasai, mempengaruhi pengambilan kebijakan atau benar-
benar mengetahui informasi yang dibutuhkan. Untuk jumlah responden dalam metode AHP tidak memiliki perumusan tertentu, namun hanya ada batas
minimum, yaitu dua 2 orang responden. AHP telah banyak digunakan oleh para pengambil keputusan untuk
membantu memecahkan masalah yang kompleks. Menurut Saaty 1991, AHP dapat digunakan untuk pengambilan keputusan seperti menetapkan prioritas,
menghasilkan seperangkat alternatif, memilih alternatif, memilih alternatif kebijakan yang terbaik, menetapkan berbagai persyaratan, mengalokasikan
sumber daya, meramalkan hasil dan menaksir risiko, mengukur prestasi, merancang sistem, merencanakan dan memecahkan konflik.
2.3.1 Keuntungan AHP
Menurut Marimin 2004 beberapa keuntungan yang diperoleh bila memecahkan persoalan dan mengambil keputusan dengan menggunakan AHP
adalah : a.
Kesatuan AHP memberi satu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk aneka ragam persoalan tidak terstruktur.
b. Kompleksitas. AHP memadukan ancangan deduktif dan ancangan
berdasarkan sistem dalam memecahkan masalah kompleks. c.
Saling ketergantungan. AHP dapat menangani saling ketergantungan unsur- unsur dalam suatu sistem dan tidak memaksakan pemikiran linear.
d. Penyusunan hirarki. AHP mencerminkan kecenderungan alami pemikiran
untuk memilah-milah unsur-unsur suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokan unsur yang serupa dalam setiap tingkat.
e. Pengukuran. AHP memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal dan terwujud
suatu metode untuk menetapkan prioritas. f.
Konsistensi. AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan yang digunakan untuk menetapkan prioritas.
10
g. Sintesis. AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan
setiap alternatif. h.
Tawar-menawar. AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan organisasi memilih alternatif
terbaik berdasarkantujuan-tujuan mereka. i.
Penilaian dan konsensus. AHP tidak memaksakan konsensus, tetapi mensintesiskan suatu hasil representatif dari berbagai penilaian berbeda.
j. Pengulangan proses. AHP memungkinkan organisasi memperhalus
definisinya pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian melalui pengulangan.
2.3.2 Prinsip Kerja AHP
Dalam metode AHP terdapat tiga 3 prinsip dalam memecahkan masalah, yaitu :
a. Menyusun Hirarki
Hirarki merupakan alat mendasar dari pikiran manusia yang melibatkan pengidentifikasian unsur-unsur suatu persoalan,
mengelompokkan unsur-unsur itu kedalam beberapa kumpulan yang homogen dan menata kumpulan-kumpulan ini pada tingkat yang
berbeda. Pada prinsip ini, perusahaan berusaha menggambarkan, atau menguraikan permasalahan atau realita secara hirarki. Untuk
memecahkan permasalahan kompleks, maka sebelumnya permasalahan terlebih dahulu didefinisikan. Lalu dilakukan
pemecahan persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya, bahkan sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga
didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tersebut. Karena alasan ini maka proses analisis dinamakan hirarki. Secara umum unsur yang
digunakan pada hirarki adalah focus, forces, actors, objectives dan scenario.
b. Menetapkan Prioritas
11
Prinsip ini membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua 2 unsur pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat di
atasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena akan berpengaruh terhadap prioritas unsur. Hasil dari penilaian ini akan
disajikan dalam bentuk matriks pairwase comparison. c.
Konsistensi Logis Konsistensi memiliki dua 2 makna. Pertama adalah obyek-obyek
yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Arti kedua, menyangkut pada tingkat hubungan antara
obyek-obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu. Dengan konsistensi logis menjamin unsur dikelompokan secara logis dan
diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan kriteria logis.
2.3.3 Langkah-Langkah Penggunaan AHP