Pengaruh Kondisi Masyarakat pada Kapasitas dan Kerentanan Perilaku Masyarakat yang Mempengaruhi Kapasitas dan Kerentanan

42 persepsi seseorang terhadap objek sehingga menimbulkan suatu preferensi. Preferensi disini memiliki pengertian adalah kecenderungan seseorang dalam melakukan suatu pilihan atau memilih suatu prioritas terhadap objek yang dianggapnya paling sesuai dengan kondisi dirinya. Berkaitan dengan penelitian ini, maka persepsi dapat diartikan sebagai hal yang dirasakan atau dimengerti oleh subjek penduduk yang bermukim dan memanfaatkan lahan yang ada terhadap suatu objek daerah rawan tanah longsor yang diamati, dirasakan atau dimengerti Winarso, 2002. Dalam penelitian ini persepsi masyarakat dapat diartikan sebagai penilaian terhadap kondisi daerah rawan bencana tanah longsor yang dirasakan dan dimengerti saat ini. Dari berbagai konsep tentang persepsi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu proses perjalanan sejak dikenalnya suatu objek melalui organ-organ indera sampai diperolehnya gambaran yang jelas dan dapat dimengerti serta diterimanya objek tersebut untuk untuk selanjutnya dilakukan tindakan.

2.4.2. Pengaruh Kondisi Masyarakat pada Kapasitas dan Kerentanan

Kondisi masyarakat dalam bentuk tingkat sosial ekonomi akan sangat berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat tersebut, baik dalam bentuk, pemenuhan permukiman maupun aktivitas untuk pemenuhan ekonomi lainnya. Tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, tingkat sosial masyarakat dan tingkat pemahaman masyarakat terhadap lingkungan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kapasitas dan kerentanan yang ada pada masyarakat. Tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, tingkat sosial masyarakat yang rendah dan tingkat pemahaman masyarakat yang buruk terhadap 43 kondisi lingkungan yang ada akan meningkatkan kerentanan masyarakat setempat dalam menghadapi bahaya bencana alam. Menurut Yudohusodo et. al 1991 variabel yang biasa dipakai dalam menentukan suatu lokasi untuk pemanfaatan lahan, khususnya permukiman adalah faktor kependudukan yaitu faktor sosial ekonomi masyarakat yang menyangkut tentang mata pencaharian, tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan. Biasanya, orang yang memiliki mata pencaharian mapan, tingkat pendidikan cukup dan tingkat pendapatan yang tinggi berkeinginan untuk memiliki rumah tinggal di permukiman yang layak huni, aman dari gangguan alam maupun sosial sehingga masyarakat dapat berinteraksi dengan lingkungannya dengan tenang dan aman. Tinjauan konteks kemasyarakatan terhadap kerentanan dan resiko bencana perlu dilakukan untuk mengubah keadaan dari situasi kerentanan tinggi dan kapasitas rendah menjadi lebih baik dengan mengurangi kerentanan dan meningkatkan kapasitas masyarakat. Hal ini akan dapat mengurangi adanya korban dan dapat melakukan upaya pemulihan yang lebih mengutamakan kapasitas lokal. Sehingga penting untuk melakukan identifikasi dan mengelola kemampuan lokal sebagai dasar utama dari aktivitas pengelolaan bencana.

2.4.3. Perilaku Masyarakat yang Mempengaruhi Kapasitas dan Kerentanan

Perilaku masyarakat dalam budidaya adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, sekelompok masyarakat yang dilakukan di lingkungan tempat tinggalnya. Sebagian besar masyarakat memanfaatkan lahan disekitarnya sebagai sumber pemenuhan kebutuhan termasuk didalamnya berupa kebutuhan 44 untuk permukiman. Selain hal tersebut, masyarakat membudidayakan lahan yang ada untuk keperluan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Pengelolahan lahan sebagai lahan sawah, kolam ikan, kebuntegalan, pengelolaan hutan sebagai dilakukan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat setempat. Perilaku masyarakat dalam bermukim akan memberikan beban kepada tanah pendukung, budidaya sawah dan kolam ikan akan meningkatkan kejenuhan air tanah sehingga akan memicu terjadinya gerakan tanah Karnawati, 2003. Hal tersebut akan meningkatkan kerentanan masyarakat terhadap resiko bencana alam tanah longsor. Adapun perilaku masyarakat dalam mengelola kebuntegalan dan hutan dengan membudidayakan tanaman keras dan tanaman tahunan akan mempertinggi gaya geser tanah sehingga akan mengurangi tingkat kerentanan terhadap bencana alam tanah longsor Turner dalam Yunus 2000, mengemukakan teori mobilitas tempat tinggal residential mobility, terdiri dari 4 empat faktor yang mempengaruhi orang dalam menentukan tempat tinggal, yaitu: a. Dimensi lokasi. Lokasi dalam konteks ini berkaitan erat dengan jarak terhadap tempat budidaya ekonomi masyarakat aksesbilitas; b. Dimensi penguasaan tempat tinggal tenure. Masalah penguasaan tempat tinggal dalam bentuk warisan, turun temurun, menyewa atau memiliki sendiri; c. Dimensi rumah shelter. Terdiri dari rumah sangat sederhana, sederhana, sedang dan mewah. Pemilihan jenis rumah tergantung dari kemampuan dan persepsi orang tersebut terhadap rumah; 45 d. Dimensi penghasilan. Besar kecilnya penghasilan sangat mempengaruhi pemilihan dimensi rumah. Teori ini didasari oleh asas keseimbangan atau equilibrium, dengan pengertian bahwa mereka yang lebih kuat ekonominya memperoleh sesuatu yang lebih baik dalam hal residential location.

2.5. Kebijakan Pemerintah tentang Penataan Ruang