Kompetensi Dasar Hasil Akhir yang Diharapkan Kegiatan Belajar Teori-teori perkembangan manusia 1. Sigmund Freud

Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: infoupj.ac.id – www.upj.ac.id 3. Continuity vs discontinuity  Membahas apakah perkembangan itu merupakan perubahan yang gradualcumulative atau melewati tahapan yang terpisah

B. Kompetensi Dasar

Mahasiswa mengetahui definisi, ciri khas, dan isu-isu yang berkaitan dengan perkembangan manusia.

C. Hasil Akhir yang Diharapkan

1. Mahasiswa mampu menjelaskan ciri khas dari sejarah perkembangan manusia 2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi proses, periode, dan isu dalam psikologi perkembangan.

D. Kegiatan Belajar

1. Dosen membagi mahasiswa menjadi kelompok belajar dan membaca singkat bab 1, yang dipandu dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:  Mengapa kalian penting mempelajari psikologi perkembangan? Apa saja manfaat kalian mempelajari psikologi perkembangan dalam kehidupan sehari-hari?  Jelaskan area-area apa saja yang dipelajari pada psikologi perkembangan  Jelaskan isu-isu apa saja yang dibahas dalam psikologi perkembangan?  Jelaskan penelitian-penelitian yang digunakan dalam psikologi perkembangan 2. Dosen membahas hasil diskusi kelompok mahasiswa 3. Dosen memberikan kuliah khusus yang berkaitan dengan tugas yang sudah dikerjakan. TUGAS UNTUK PERTEMUAN KE-2 PERTEMUAN 2 1. Dosen membagi mahasiswa menjadi 3-4 kelompok. 2. Masing-masing kelompok mendapatkan beberapa topik bacaan yang harus dipresentasikan pada pertemuan ke-2 3. Masing-masing kelompok mahasiswa membuat PPT untuk digunakan presentasi 4. Tugas dikumpulkan di pertemuan ke-2. 5. Topik-topik yang harus dibaca adalah sebagai berikut: Theories Of Development a. Freud’s psychosexual theory f. Skinner’s operant conditioning b. Erikson’s psychosocial theory g. Bandura’s social cognitive theory c. Piaget’s cognitive developmental theory h. Ethological theory d. Vyang otsky’s sociocultural cognitive theory i. Ecological theory e. The information-processing theory. Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: infoupj.ac.id – www.upj.ac.id PERTEMUAN 2 TEORI-TEORI PERKEMBANGAN MANUSIA A. Teori-teori perkembangan manusia A.1. Sigmund Freud Karya Freud dikritik karena kurangnya bukti substansial. Freud menganggap naluri seksual dasar sebagai kekuatan pendorong di belakang hampir semua perilaku. Freud menganggap perkembangan kepribadian sebagai keseimbangan antara Id, Ego dan superego. Id berusaha untuk kepuasan realistis keinginan dasar, superego berusaha untuk tanggung jawab moral realistis dan hati nurani sementara Ego bertindak untuk berkompromi dua kekuatan yang bertentangan. Terdapat banyak aspek yang belum terbukti untuk karya Freud, misalnya Freud berteori bahwa karakteristik seperti kedermawanan atau posesif berhubungan dengan faktor kanak-kanak seperti sikap orangtua untuk toilet training. Freud percaya bahwa kepribadian terbentuk pada beberapa tahun pertama kehidupan seorang anak. Titik perkembangan bertolak dari deal yang dilakukan oleh anak untuk mengatasi konflik yang tidak disadari dengan dorongan biologis dan tuntutan dari lingkungan yang ada. Kondisi ini dikenal sebagai perkembangan psikoseksual. Perkembangan psikoseksual diuraikan sebagai berpindahnya kenyamanankesenangan dari satu anggota tubuh ke anggota tubuh yang lain. Adapun Tahap Perkembangan Psikoseksual adalah sebagai berikut: 1. Fase oral lahir – 1.5 tahun. Pada tahap ini kesenangan bayi terpusat pada mulut 2. Fase Anal 1.5 – 3 tahun. Pada tahap ini kesenangan berfokus pada anus 3. Fase Phalik 3 – 6 tahun. Pada tahap ini kesenangan berfokus pada alat kelamin 4. Fase Laten 6 tahun – pubertas. Pada tahap ini anak membendung ketertarikan seksual dan mengembangkan keterampilan sosial dan intelektual 5. Fase Genital setelah pubertas. Pada tahap ini adalah waktu ketika daya seksual dan kesenangan seksual muncul kembali Perkembangan kepribadian juga dipengaruhi tiga komponen : 1. Id yang memiliki arti bahwa dorongan dan motif bawaan serta membutuhkan pemuasan yang segera. 2. Ego bertugas untuk menampilkan alasan-alasan yang masuk akal. Tentunya hal ini berkaitan dengan perkembangan berpikir yang dimulai pada usia 1 tahun. 3. Superego yang dapat diterima oleh hati nurani dan mulai berkembang usia 5-6 thn Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: infoupj.ac.id – www.upj.ac.id A.2. Erik Erikson Erikson berfokus pada perkembangan sosial-emosional manusia, yang dikenal dengan teori psikososial. Erikson mengatakan bahwa perkembangan psikososial akan melewati krisis atau masalah yang akan menentukan keberhasilan melewati tahapan tersebut dan pindah ke tahapan berikutnya. Erikson membagi perkembangan psi,kososial menjadi 8 tahap. Adapun tahapan-tahapan sebagai berikut: Tahap 1. Trust vs Mistrust percaya vs tidak percaya  Terjadi pada usia 0 sd 18 bulan  Tingkat pertama teori perkembangan psikososial Erikson terjadi antara kelahiran sampai usia satu tahun dan merupakan tingkatan paling dasar dalam hidup.  Oleh karena bayi sangat bergantung, perkembangan kepercayaan didasarkan pada ketergantungan dan kualitas dari pengasuh kepada anak.  Jika anak berhasil membangun kepercayaan, dia akan merasa selamat dan aman dalam dunia. Pengasuh yang tidak konsisten, tidak tersedia secaraara emosional, atau menolak, dapat mendorong perasaan tidak percaya diri pada anak yang di asuh. Kegagalan dalam mengembangkan kepercayaan akan menghasilkan ketakutan dan kepercayaan bahwa dunia tidak konsisten dan tidak dapat di tebak. Tahap 2. Otonomi Autonomy VS malu dan ragu-ragu shame and doubt  Terjadi pada usia 18 bulan sd 3 tahun  Tingkat ke dua dari teori perkembangan psikososial Erikson ini terjadi selama masa awal kanak-kanak dan berfokus pada perkembangan besar dari pengendalian diri.  Seperti Freud, Erikson percaya bahwa latihan penggunaan toilet adalah bagian yang penting sekali dalam proses ini. Tetapi, alasan Erikson cukup berbeda dari Freud. Erikson percaya bahwa belajar untuk mengontrol fungsi tubuh seseorang akan membawa kepada perasaan mengendalikan dan kemandirian.  Kejadian-kejadian penting lain meliputi pemerolehan pengendalian lebih yakni atas pemilihan makanan, mainan yang disukai, dan juga pemilihan pakaian.  Anak yang berhasil melewati tingkat ini akan merasa aman dan percaya diri, sementara yang tidak berhasil akan merasa tidak cukup dan ragu-ragu terhadap diri sendiri. Tahap 3. Inisiatif Initiative vs rasa bersalah Guilt  Terjadi pada usia 3 sd 5 tahun.  Selama masa usia prasekolah mulai menunjukkan kekuatan dan kontrolnya akan dunia melalui permainan langsung dan interaksi sosial lainnya. Mereka lebih tertantang karena menghadapi dunia sosial yang lebih luas, maka dituntut perilaku aktif dan bertujuan.  Anak yang berhasil dalam tahap ini merasa mampu dan kompeten dalam memimpin orang lain. Adanya peningkatan rasa tanggung jawab dan prakarsa. Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: infoupj.ac.id – www.upj.ac.id  Mereka yang gagal mencapai tahap ini akan merasakan perasaan bersalah, perasaan ragu-ragu, dan kurang inisiatif. Perasaan bersalah yang tidak menyenangkan dapat muncul apabila anak tidak diberi kepercayaan dan dibuat merasa sangat cemas.  Erikson yakin bahwa kebanyakan rasa bersalah dapat digantikan dengan cepat oleh rasa berhasil. Tahap 4. Industry vs inferiority tekun vs rasa rendah diri  Terjadi pada usia 6 sd pubertas.  Melalui interaksi sosial, anak mulai mengembangkan perasaan bangga terhadap keberhasilan dan kemampuan mereka.  Anak yang didukung dan diarahkan oleh orang tua dan guru membangun peasaan kompeten dan percaya dengan ketrampilan yang dimilikinya.  Anak yang menerima sedikit atau tidak sama sekali dukungan dari orang tua, guru, atau teman sebaya akan merasa ragu akan kemampuannya untuk berhasil.  Prakarsa yang dicapai sebelumnya memotivasi mereka untuk terlibat dengan pengalaman-pengalaman baru.  Ketika beralih ke masa pertengahan dan akhir kanak-kanak, mereka mengarahkan energi mereka menuju penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual.  Permasalahan yang dapat timbul pada tahun sekolah dasar adalah berkembangnya rasa rendah diri, perasaan tidak berkompeten dan tidak produktif.  Erikson yakin bahwa guru memiliki tanggung jawab khusus bagi perkembangan ketekunan anak-anak. Tahap 5. Identity vs identify confusion identitas vs kebingungan identitas  Terjadi pada masa remaja, yakni usia 10 sd 20 tahun  Selama remaja ia mengekplorasi kemandirian dan membangun kepakaan dirinya. Jika remaja menjajaki peran-peran semacam itu dengan cara yang sehat dan positif untuk diikuti dalam kehidupan, identitas positif akan dicapai. Jika suatu identitas remaja ditolak oleh orangtua, jika remaja tidak secaraara memadai menjajaki banyak peran, jika jalan masa depan positif tidak dijelaskan, maka kebingungan identitas merajalela. Tahap 6. Intimacy vs isolation keintiman vs keterkucilan  Terjadi selama masa dewasa awal 20an sd 30an tahun  Erikson percaya tahap ini penting, yaitu tahap seseorang membangun hubungan yang dekat dan siap berkomitmen dengan orang lain.  Mereka yang berhasil di tahap ini, akan mengembangkan hubungan yang komit dan aman.  Erikson percaya bahwa identitas personal yang kuat penting untuk mengembangkan hubungan yang intim. Penelitian telah menunjukkan bahwa mereka yang memiliki sedikit Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: infoupj.ac.id – www.upj.ac.id kepakaan diri cenderung memiliki kekurangan komitemen dalam menjalin suatu hubungan dan lebih sering terisolasi secaraara emosional, kesendirian dan depresi.  Jika mengalami kegagalan, maka akan muncul rasa keterasingan dan jarak dalam interaksi dengan orang. Tahap 7. Generativity vs Stagnation Bangkit vs Stagnan  Terjadi selama masa pertengahan dewasa 40an sd 50an tahun.  Selama masa ini, mereka melanjutkan membangun hidupnya berfokus terhadap karir dan keluarga.  Mereka yang berhasil dalam tahap ini, maka akan merasa bahwa mereka berkontribusi terhadap dunia dengan partisipasinya di dalam rumah serta komunitas.  Mereka yang gagal melalui tahap ini, akan merasa tidak produktif dan tidak terlibat di dunia ini. Tahap 8. Integrity vs depair integritas vs putus asa  Terjadi selama masa akhir dewasa 60an tahun  Selama fase ini cenderung melakukan cerminan diri terhadap masa lalu.  Mereka yang tidak berhasil pada fase ini, akan merasa bahwa hidupnya percuma dan mengalami banyak penyesalan.  Individu akan merasa kepahitan hidup dan putus asa  Mereka yang berhasil melewati tahap ini, berarti ia dapat mencerminkan keberhasilan dan kegagalan yang pernah dialami.  Individu ini akan mencapai kebijaksaan, meskipun saat menghadapi kematian. A.3. Jean Piaget Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan. Kecerdasan adalah kemampuan untuk secaraara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini memunculkan konsep schemata, yaitu bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya. Piaget membagi skema melalui empat periode utama yaitu:  Periode sensorimotor usia 0 –2 tahun  Periode praoperasional usia 2 –7 tahun  Periode operasional konkrit usia 7 –11 tahun  Periode operasional formal usia 11 tahun sampai dewasa Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: infoupj.ac.id – www.upj.ac.id Periode sensorimotor Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan: 1. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks. 2. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan. 3. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan. 4. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda permanensi objek. 5. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan. 6. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas. Tahapan praoperasional Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secaraara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran PraOperasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secaraara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secaraara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda. Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: infoupj.ac.id – www.upj.ac.id Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata- kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan. Tahapan operasional konkrit Tahapan ini adalah tahapan ketiga. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah: Pengurutan —kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil. Klasifikasi —kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan Decentering —anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi. Reversibility —anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya. Konservasi —memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: infoupj.ac.id – www.upj.ac.id akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain. Penghilangan sifat Egosentrisme —kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah. Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang. Tahapan operasional formal Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun saat pubertas dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secaraara abstrak, menalar secaraara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada gradasi abu-abu di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya, menandai masuknya ke dunia dewasa secaraara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit. A.4. Vyangotsky • Sociocultural Theory Teori ini mengatakan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh interaksi sosial yang dibuat anak dengan lingkungannya dan orang dewasa. Anak-anak berkembang karena belajar dari lingkungan. Aktivitas-aktivitas yang dilakukannya dengan orang lain baik orang dewasa atau anak-anak akan membantu mereka untuk menginternalisasikan bagaimana lingkungan sosial tersebut berpikir dan bertingkah laku yang nantinya dapat dijadian acuan pembentukan tingkah laku mereka sendiri. • Zone of proximal development ZPADA ZPADA adalah jarak antara tahap perkembangan aktual dengan tahap perkembangan potensial. Tahap perkembangan aktual ditentukan oleh kemampuan menyelesaikan masalah yang sesuai dengan usianya, sedangkan tahap perkembangan potensial Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: infoupj.ac.id – www.upj.ac.id ditentukan melalui pemecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu A.5. B.F.Skinner  Operant Conditioning Theory Poin utama dari teori ini adalah reinforcement penguat dan punishment hukuman dapat membentuk suatu perilaku. Perilaku anak-anak terbentuk oleh pengalaman yang mereka miliki. Skinner memperkenalkan konsep-konsep seperti operant conditioning; positivenegative reinforcement; consequence; reward; punishment; respondents; operants; social learning theory; behavioural learning theory. Operant conditioning theory menyatakan bahwa individu belajar dari konsekuensi yang ia buat ketika ―mengoperasikan‖ dunia sekitar. Menurut Skinner, individu akan cenderung untuk mengulang respon yang diberi penguatan dan perilaku akan turun frekuensinya bila diberi hukuman. Misal: bayi tidur terlentang, kemudian tersenyum, tiba-tiba ibu langsung mengajak bermain, begitu juga dengan ayah. Jadi bayi belajar bila ia tersenyum maka ia akan mendapatkan banyak perhatian dan kasih sayang. A.6. Alfred Bandura  Social CognitiveTheory Poin utama dari teori ini adalah proses belajar muncul melalui imitasi. Bandura memperkenalkan konsep-konsep seperti imitation; copying; modelling; role models; reinforcement; social learning theory; observational theory social cognitive theory; Bobo doll experiment. Sebelumnya teori Bandura dikenal dengan nama Social Learning Theory namun kemudian diganti namanya menjadi Social Cognitive Theory untuk mengakomodir perkembangan teori sebelumnya. Penggantian nama ini juga dikarenakan Bandura merupakan tokoh dari psikologi kognitif. Pada social cognitive theory, Bandura menjelakskan bahwa perilaku manusia itu didorong oleh motivasi dan self-regulatory mechanism, bukan oleh faktor lingkungan. Adanya konsep motivasi dan self-regulatory mechanism yang membedakan teori Bandura dengan teori Skinner. A.7. Ethological Theory Teori ini menekankan bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh kondisi biologis dan sangat tergantung pada evolusi. Terdapat pula periode sensitif atau kritis pada masing- masing perkembangan. Pada periode kritis ini bila individu melewatkan pengalaman tertentu maka hal tersebut akan berpengaruh terhadap kelangsungan. Konsep ini dikenalkan oleh Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: infoupj.ac.id – www.upj.ac.id Konrad Lorenz. Berdasarkan pandangan Lorenz, kebutuhan imprinting memiliki waktu-waktu tertentu yang cukup kritis. Tokoh lain yang cukup terkenal penganut ethological theory adalah John Bowlby. John Bowlby menenkankan bahwa attachment pada pengasuh pada tahun pertama kehidupan memiliki konsekuensi penting di sepanjang kehidupan individu. Menurut pandangannya, bila terjalin attachment yang aman dan positif maka individu akan mengembangkan kehidupan kanak-kanak dan dewasanya secaraara positif. A.8. Bronfenbrenner  Ecological Theory Menurut ecological theory, system lingkungan terdiri menjadi 4, yaitu: 1. Microsystem yaitu lingkungan tempat tinggal individu 2. Mesosystem yaitu hubungan anatara microsystems atau kaitan antara berbagai macam konteks seperti, hubungan lingkungan keluarga dengan pengalaman sekolah 3. Exosystem yaitu pengalaman dalam suatu lingkungan dimana individu tidak menjadi agen yang aktif. Misal: pemerintahan. 4. Macrosystem melibatkan budaya dimana individu tinggal, seperti values, beliefs, custom.

B. Kompetensi Dasar