RPJMD Kabupaten Manggarai 2016-2021 BAB 2 - Gambaran Umum Kondisi Daerah
21
Kawasan pegunungan terdiri dari : kecamatan Langke Rembong, Kecamatan Wae Ri’I, Kecamatan Cibal,
Kecamatan Cibal Barat, Kecamatan Rahong Utara, Kecamatan Ruteng, Kecamatan Lelak, dan Kecamatan
Satar Mese Utara 5.
Kepulauan.
2.1.1.3. Topografi
a. Ketinggian Lahan
Tabel 2.2 Komposisi ketinggian wilayah kabupaten manggarai dari
permukaan laut
No Ketinggian
Luas Ha Prosentase
Kemiringan
1 – 100 M DPL
28.512 HA 17,079
2 100
– 500 DPL 64.362 HA
38,553 3
500 – 1.000 DPL
56.528 HA 33,861
4 1.000 M DPL
17.540 HA 10,507
b. Kemiringan Lahan
Tabel 2.3 Prosentase Kemiringan Tanah
No Kemiringan
Luas Ha Prosentase
– 2 5.621 HA
3,367 2 - 150
18.732 HA 11,220
15 – 400
52.986 HA 31,739
400 89.603 HA
53,673
RPJMD Kabupaten Manggarai 2016-2021 BAB 2 - Gambaran Umum Kondisi Daerah
22
2.1.1.4. Geologi
a. Struktur dan Karakteristik
Dari data dan informasi geologi diketahui bahwa, Struktur dan Karakteristik geologi pulau Flores merupakan bagian dari
Busur Volkanik dalam Kalk Alkalin yang berumur Kenozoikum, yang sampai saat ini masih aktif. Busur tersebut dibentuk oleh
penunjaman kerak Samudera Hindia ke arah utara. Bentuk busur kepulauan ini masih mengalami perubahan di bagian
timur karena tumbukan dengan tepi benua Australia. Daerah Flores Barat sebagian besar ditutupi oleh lava dan breksi
andesitik sampai basaltik disisipi tufa pasiran dan pasir tufaan dari Formasi Kiro yang berselingan dengan satuan batuan
gunung api Tua Tlmv berumur Miosen Awal sebagai batuan tertua di Flores Barat. Sekuen ini ditutupi oleh batuan sedimen
batu pasir napal dan batu gamping berselingan dengan batuan gunung api lava dasit, breksi, abu dan tufa berumur
Miosen Tengah – Atas yang diterobos oleh granodiorit, diorit
dan riolit. Breksi, lava dan tufa serta produk-produk gunung api Holosen seperti lahar, bom volkanik dan lapili menutupi batuan-
batuan tersebut di beberapa tempat Pulau Flores berdasarkan kerangka tektonik Indonesia
termasuk dalam busur magmatik Neogen Sunda – Banda yang
membujur mulai dari Pulau Sumatera – Jawa – Bali – Lombok –
Sumbawa – Flores hingga ke Pulau Seram. Busur ini dibentuk
oleh tumbukan beberapa lempeng disertai oleh penunjaman dan pembalikan arah penunjaman yang terjadi pada
Oligosen. Kegiatan ini diperkirakan berhenti pada Pliosen dan menyebabkan terbentuknya rangkaian gunung api di
Kepulauan Nusa Tenggara Timur. Pada miosen awal Pulau Flores mengalami penurunan sehingga terbentuk suatu
cekungan belakang, dari bagian dalam sistem rangkaian gunung
api Sunda
–Banda dan bersamaan dengan pembentukan itu, terjadi kegiatan gunung api diikuti oleh
RPJMD Kabupaten Manggarai 2016-2021 BAB 2 - Gambaran Umum Kondisi Daerah
23
pengendapan batuan
berkomposisi basal
–andesit dan sedimen gunung api lingkungan laut dikenal dengan Formasi
Kiro. Pada saat kegiatan gunung api berkurang, berikutnya
diendapkan batuan sedimen piroklastik berkomposisi dasit, riolit dan sedimen klastik gunung api dikenal dengan Formasi
Tanahau. Akhir
Miosen Tengah
terjadi pengangkatan,
perlipatan dan pematahan diikuti oleh munculnya batuan berkomposisi granit, granodiorit dan diorit yang menerobos
kedua formasi tersebut. Terobosan ini diduga berhubungan dengan hidrotermalisasi. Pada Pliosen Akhir terjadi lagi kegiatan
gunung api dan kembali mengendapkan batuan berkomposisi basal
– andesit serta sedimen gunung api yang menutupi batuan yang lebih tua Nana Ratman,dkk.1977. Kegiatan
Vulkanik tektonik untuk Pulau Flores masih berlanjut hingga sekarang dengan ditandai terjadinya gempa tektonik
Tabel 2.4 Komposisi jenis tanah di kabupaten manggarai
No Kemiringan
Luas KM² Prosentase
1 Latosol
53,357 KM² 31,96
2 Mediterian
60,984 KM² 36,53
3 Litosol
52,601 KM² 31,51
b. Potensi