25
idiomatic, bahasa Jerman pengembangan keterampilan dasar berbicara melalui latihan bercakap-cakap terpimpin, bertitik tolak dari berbagai
tema, 3 peserta didik sanggup menuturkan secara lisan tentang peristiwa sehari-hari maupun tentang tema-tema dengan memelihara
konteks dan pada umumnya dengan menggunakan kata-kata yang sesuai.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat di tarik kesimpulan bahwa tujuan pembelajaran keterampilan berbicara bahasa jerman antara lain meningkatkan
ungkapan secara lisan, latihan bercakap-cakap sesuai tema untuk dapat mengungkapkan dalam bahasa Jerman yang tinggi, kemudian mampu menuturkan
secara lisan dalam kehidupan sehari-hari.
6. Penilaian Keterampilan Berbicara
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pencapian tujuan pembelajaran, diperlukan suatu alat atau kegiatan yang disebut penilaian. Pada hakikatnya
kegiatan penilaian dilakukan tidak hanya untuk memulai hasil belajar peserta didik saja, namun juga untuk menilai kegiatan pengajaran itu sendiri, artinya
informasi yang diperoleh dapat digunakan sebagai umpan balik terhadap kegiatan pengajaran yang dilakukan.
Penilaian adalah pengambilan suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik atau buruk.Penilaian keterampilan berbicara merupakan suatu ukuran
dimana sesorang dapat berbicara dengan baik atau tidak. Menurut Grondlund dalam Nurgiyantoro 2012: 7 penilaian merupakan proses yang sistematis dalam
pengumpulan, analisis dan penafsiran informasi untuk menentukan seberapa jauh seorang peserta didik dapat mencapi tujuan pendidikan. Penilaian bersifat
kualitatif Arikunto, 2002: 3. Jadi dapat disimpulkan bahwa penilaian bersifat
26
kualitatif dengan ukuran baik atau buruk kemudian juga merupakan proses yang sistematis untuk menentukan seberapa jauh peserta didik dalam mencapi tujuan
pendidikan. Nurgiyantoro 2012: 6 mengemukakan bahwa penilaian adalah suatu
alat atau kegiatan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian tujuan- tujuan. Untuk dapat memberikan penilaian secara tepat, kita memerlukan data-
data tentang kemampuan peserta didik. Data ini dapat berupa skor atau angka- angka. Sedangkan untuk mendapatkan data skor tersebut, kita memerlukan
prosedur penilaian yaitu dengan pengukuran. Cara atau alat yang digunakan juga harus sesuai dengan tujuan pengukuran dan apa yang diukur. Cara dan alat yang
dapat dilakukan adalah satunya dengan tes Nurgiyantoro: 2012. Djiwandono 2008: 119 menyatakan bahwa penilaian dalam tes
keterampilan berbicara meliputi: 1 relevansi dan kejelasan isi pesan, masalah atau topic, 2 kejelasan dan kerapian pengorganisasian isi, 3 penggunaan bahasa
yang baik dan benar serta sesuai dengan isi, tujuan wacana, keadaan nyata termasuk pendengar. Sesuai dengan tingkat penguasaan kemampuan berbahasa
yang telah dimiliki oleh peserta didik, bentuk tes berbicara dapat diselenggarakan secara terkendali atau secara bebas. Tes berbicara yang bersifat terkendali yaitu
dengan isi dan jenis wacana yang ditentukan atau dibatasi sedangkan tes berbicara yang bersifat bebas tergantung pada keinginan dan kreativitas pembicara.
Penilaian keterampilan berbicara menurut Vallete dalam Nurgiyantoro 2012: 290 dapat menggunakan model tugas bercerita. Aspek penilaian meliputi
keakuratan informasiisi
Inhalt
, hubungan antar informasiisi, ketepatan struktur
27
dan kosa kata, kelancaran berbicara, kewajaran urutan pembicaraan dan gaya pengucapan. Untuk setiap aspek ditentukan skala 1 sampai 10. Skor 1 berarti
sangat kurang dan skor 10 berarti sangat baik.
Tabel 1: Skala Penilaian Keterampilan Berbicara Valette