Hubungan Paparan Pestisida pada Masa Kehamilan dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo

(1)

Oleh Sona Anggrani

110100175

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh Sona Anggrani

110100175

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

Nama : Sona Anggrani Nim : 110100175 Pembimbing

dr. Melvin N.G. Barus, Sp.OG NIP: 19741172005021001

Penguji I

dr. Sake Juli Martina, Sp FK NIP: 197807272003122003

Penguji II

dr. Dian Dwi Wahyuni, Sp.MK NIP: 197506202005012002

Medan, Januari 2015

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

( Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH ) NIP. 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Pendahuluan Beberapa penelitian mengatakan adanya hubungan antara pestisida dengan kejadian berat badan lahir rendah. Namun penelitian terbaru mengenai paparan pestisida selama kehamilan juga memperlihatkan hasil yang tidak berhubunganv. Berastagi merupakan daerah pertanian sehingga memiliki potensi terpapar pestisida lebih tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara paparan pestisida pada masa kehamilan terhadap kejadian berat badan lahir rendah pada bayi di Kecamatan Berastagi.

Metode Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan motode case control Jumlah sampel pada penelitian ini yakni sebanyak 42 orang di Kecamatan Berastagi. Pengumpulan data dilakukan melalui data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari Rumah Bersalin Bidan Kita mengenai data bayi yang lahir dibawah 2500 gram. Data Sekunder diperoleh dengan metode wawancara dengan instrument kuesioner untuk menilai paparan pestisida terhadap responden. Data dianalisis dengan menggunakan Chi-square. dengan tingkat kemaknaan 95% (p=0,05).

Hasil Hasil analisis statistik memperlihatkan tidak ada hubungan yang bermakna antara berat badan lahir rendah dengan: partisipasi wanita hamil dalam penyemprotan secara langsung (p=0,079), penggunaan alat pelindung diri(p=1), keberadaan pestisida dalam rumah(p= 1), partisipasi dalam mencampurkan dan keterlibatan di lokasi penyemprotan pestisida(p=0,078).

Diskusi Paparan pestisida dan kejadian berat badan lahir rendah dalam penelitian ini memiliki hubungan yang tidak signifikan di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo. Hal ini disebabkan karena pola asupan gizi yang baik selama kehamilan dan adanya mekanisme sistem imun tubuh. Untuk kedepannya diharapkan penelitian dengan data yang lebih spesifik mengenai lama paparan pestisida. Kata kunci : paparan pestisida, berat badan lahir rendah.


(5)

ABSTRACT

Introduction Several studies have proved the relationship between pesticide exposure with low birth weight. But recent new studies result there is no relationshipship between pesticide exposure with low birth weight. Berastagi is countryside area, so it has a higher incidence pesticide exposure. The purpose of this study is to analyze the relationship between pesticide exposure with low birth weight in Berastagi area.

Methods This is an analytical study with case control design. Samples used in this study are 42 people from Berastagi area. The data was collected through primary and secondary data. Primary data was taken from Kebidanan Kita which is about the babies who were born less than 2500 gram. The secondary data was collected through questionnaires to measure pesticide exposure. Data was analyzed using

Chi Square with 95% significance level (p<0.05).

Results The study showed that there was non a non-significant relationship between low birth weight with :direct participation of pregnant woman in pesticide spray(p=0,079), usage of personal protective equipment(p=1), the existence of pesticide inside home(p=1) participation in mixing and involvement in pesticide spraying location (p=0,078).

Discussion Pesticide exposure and low birth weight in this study has a non-significant relationship in Berastagi area. It is because of system imun mechanism. Future studies using a more specific data of individual exposure to pesticide are required.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini berjudul “Hubungan Paparan Pestisida pada Masa Kehamilan dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo”. Dalam penyelesaian proposal penelitian ini penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak dr. Melvin N G Barus, M.ked (OG) Sp.OG selaku Dosen Pembimbing yang telah memberi banyak arahan dan masukan kepada penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. 2. Ibu dr. Sake Juli Martina, Sp. FK, selaku Dosen Penguji I yang telah

memberikan petunjuk-petunjuk serta nasihat-nasihat dalam penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini.

3. Ibu dr. Dian Dwi Wahyuni, Sp.MK selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan petunjuk-petunjuk serta nasihat-nasihat dalam penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini pada seminar hasil . 4. Bapak dr. Joko Lukito, Sp. PA, selaku Dosen Penguji II yang telah

memberikan petunjuk-petunjuk serta nasihat-nasihat dalam penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini pada seminar proposal. 5. Orang tua penulis yakni ayahanda Semangat Ginting dan ibunda Salma br

Tarigan, Abang dan adik penulis yakni Ramli Sulaiman, Corry adi Sahputra, Dozon Andranda, Aja Baba. Terimakasih tiada bosan-bosannya mendoakan serta memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis dan pendidikan.

6. Teman-teman dari Geng Praktek terutama ibunda Rahmayanti Yoesran dan ayahanda Prof. dr. Aznan Lelo Phd Sp.FK yang memberikan doa dan dukungan moril dalam penulisan maupun seminar hasil penelitian ini.


(7)

7. Seluruh responden yang telah banyak berjasa secara sukarela meluangkan waktunya mengisi kuesioner sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar. Kemudian Winna Elsera, Ibu Sri Mita br Sitepu dan Bapak drs. Rajin Ginting yang membantu menelusuri desa-desa untuk memperoleh responden penelitian.

8. Sahabat terbaik penulis GORILA ( Marfiratur Rahma Zega, Helvina Siahaan, Shera Adila, dan Yessie Elenda Siregar) terima kasih buat masukan-masukan, dukungan moril, canda tawa, dan makanannya. Sehingga penulis tidak penat dan tetap bersemangat dalam menyelesaikan tugas karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan proposal penelitian ini masih belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan proposal penelitian ini.

Medan, 12 Desember 2014


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah... 2

1.3Tujuan Penelitian ... 2

1.3.1 Tujuan Umum ... 2

1.3.2. Tujuan Khusus ... 3

1.4Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1Pestisida ... 5

2.2Dampak paparan Pestisida ... 5

2.3Pintu Masuk pestisida ke dalam Tubuh manusia... 7

2.4Fertilisasi ... 9

2.4.1 Anatomi Uterus ... 9

2.4.2 Proses Fertilisasi... 10

2.4.3 Plasenta ... 10

2.5Berat Badan Lahir Rendah ... 12

2.5.1 Definisi ... 12

2.5.2 Epidemiologi ... 12

2.5.3 Klasifikasi ... 12

2.5.3 Faktor Resiko ... 13

2.6Hubungan Paparan Pestisida dengan Berat Badan Lahir Rendah ... 13

2.7Lama Paparan Pestisida dengan Berat Badan Lahir Rendah ... 16


(9)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 17

3.1Kerangka Konsep Penelitian ... 17

3.2Definisi Operasional ... 18

3.3 Hipotesa ... 18

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 19

4.1 Jenis Penelitian ... 19

4.2Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19

4.2.1 Lokasi Penelitian ... 19

4.2.2 Waktu Penelitian... 19

4.3Populasi dan Sampel Penelitian ... 20

4.3.1 Populasi Penelitian ... 20

4.3.2 Sampel Penelitian ... 20

4.4Metode Pengumpulan Data ... 22

4.5Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 22

4.5.1 Metode Pengolahan Data ... 22

4.5.2 Metode Analisis Data ... 23

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

5.1 Hasil Penelitian ... 24

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 24

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden ... 24

5.1.3 Paparan Pestisida ... 29

5.1.4 Berat Badan Lahir Rendah ... 31

5.1.5 Hasil Analisis Data ... 33

5.2Pembahasan ... 39

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi dan Contoh Pestisida ... 6

Tabel 2.2 Klasifikasi Berat Badan Lahir dan Istilahnya ... 13

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 18

Tabel 4.1 Perincian Kegiatan Penelitian ... 20

Tabel 5.1 Karekteristik Responden ... 27

Tabel 5.2. Frekuensi Paparan Pestisida ... 32

Tabel 5.3 Hubungan Keterlibatan Ibu Hamil dalam Penyemprotan Pestisida terhadap Kejadian BBLR di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.. ... 33

Tabel 5.4 Hubungan Penggunaan Alat Pelindung Diri saat Terpapar Pestisida terhadap Kejadian BBLR di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo... 34

Tabel 5.5 Hubungan Lokasi Penyimpanan Alat dan Bahan Pestisida Pestisida Terhadap Kejadian BBLR di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo ... 35

Tabel 5. 6 Hubungan Keterlibatan Ibu Hamil dalam Pencampuran Pestisida terhadap Kejadian BBLR di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo. ... 36

Tabel 5.7 Hubungan Keterlibatan Ibu Hamil di Lokasi Penyemprotan Pestisida Kejadian BBLR di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo ... 37

Tabel 5.8 Hubungan Keterlibatan Ibu Hamil dalam Membersihkan Bahan dan Alat Semprot Pestisida terhadap Kejadian BBLR di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo ... 38


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Dampak Merugikan Rokok terhadap Kesehatan Perokok Aktif ... Gambar 2.2 Dampak Merugikan Rokok terhadap Kesehatan Perokok Pasif ... Gambar 2.3 Anatomi Otak ...


(12)

ABSTRAK

Pendahuluan Beberapa penelitian mengatakan adanya hubungan antara pestisida dengan kejadian berat badan lahir rendah. Namun penelitian terbaru mengenai paparan pestisida selama kehamilan juga memperlihatkan hasil yang tidak berhubunganv. Berastagi merupakan daerah pertanian sehingga memiliki potensi terpapar pestisida lebih tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara paparan pestisida pada masa kehamilan terhadap kejadian berat badan lahir rendah pada bayi di Kecamatan Berastagi.

Metode Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan motode case control Jumlah sampel pada penelitian ini yakni sebanyak 42 orang di Kecamatan Berastagi. Pengumpulan data dilakukan melalui data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari Rumah Bersalin Bidan Kita mengenai data bayi yang lahir dibawah 2500 gram. Data Sekunder diperoleh dengan metode wawancara dengan instrument kuesioner untuk menilai paparan pestisida terhadap responden. Data dianalisis dengan menggunakan Chi-square. dengan tingkat kemaknaan 95% (p=0,05).

Hasil Hasil analisis statistik memperlihatkan tidak ada hubungan yang bermakna antara berat badan lahir rendah dengan: partisipasi wanita hamil dalam penyemprotan secara langsung (p=0,079), penggunaan alat pelindung diri(p=1), keberadaan pestisida dalam rumah(p= 1), partisipasi dalam mencampurkan dan keterlibatan di lokasi penyemprotan pestisida(p=0,078).

Diskusi Paparan pestisida dan kejadian berat badan lahir rendah dalam penelitian ini memiliki hubungan yang tidak signifikan di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo. Hal ini disebabkan karena pola asupan gizi yang baik selama kehamilan dan adanya mekanisme sistem imun tubuh. Untuk kedepannya diharapkan penelitian dengan data yang lebih spesifik mengenai lama paparan pestisida. Kata kunci : paparan pestisida, berat badan lahir rendah.


(13)

ABSTRACT

Introduction Several studies have proved the relationship between pesticide exposure with low birth weight. But recent new studies result there is no relationshipship between pesticide exposure with low birth weight. Berastagi is countryside area, so it has a higher incidence pesticide exposure. The purpose of this study is to analyze the relationship between pesticide exposure with low birth weight in Berastagi area.

Methods This is an analytical study with case control design. Samples used in this study are 42 people from Berastagi area. The data was collected through primary and secondary data. Primary data was taken from Kebidanan Kita which is about the babies who were born less than 2500 gram. The secondary data was collected through questionnaires to measure pesticide exposure. Data was analyzed using

Chi Square with 95% significance level (p<0.05).

Results The study showed that there was non a non-significant relationship between low birth weight with :direct participation of pregnant woman in pesticide spray(p=0,079), usage of personal protective equipment(p=1), the existence of pesticide inside home(p=1) participation in mixing and involvement in pesticide spraying location (p=0,078).

Discussion Pesticide exposure and low birth weight in this study has a non-significant relationship in Berastagi area. It is because of system imun mechanism. Future studies using a more specific data of individual exposure to pesticide are required.


(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Demi menjawab tantangan pasar global maka dilakukan penggalian besar-besaran terhadap sumber daya pertanian. Hal ini menyebabkan ketergantungan petani terhadap pengembangan sistem pertanian modern dibandingkan dengan konvensional. Perubahan pengembangan sistem pertanian modern misalnya penggunaan bibit transgenik, pupuk kimia, dan pestisida. Besarnya tuntutan untuk mendapatkan hasil pertanian dalam jumlah banyak, berkualitas dan tidak terganggu oleh hama menyebabkan petani berlomba-lomba menggunakan bibit transgenik pupuk kimia, dan pestisida secara berlebihan. Dampak dari kegiatan petani tersebut adalah gangguan terhadap masyarakat sekitar dan lingkungan(Bambang et al.,2013)

Paparan pestisida organofosfat selama kehamilan telah dikaitkan dengan penurunan berat badan lahir di Dominika dan populasi Afrika Amerika di daerah perkotaan(Perera et al., dalam Sathyanarayana et al., 2010). Menurut Xiaobin et al. (1997), berat badan bayi merupakan gambaran perkembangan janin selama intrauterin. Perkembangan tersebut bukan hanya dipengaruhi oleh faktor internal seperti faktor dari ibu, plasenta, tetapi dipengaruhuri oleh faktor eksterna seperti lingkungan.

Penelitian terbaru mengenai paparan pestisida selama kehamilan juga memperlihatkan hasil yang berbeda. Penelitian yang dilakukan di kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang tahun 2013, Kabupaten Brebes tahun 2013 dan Polandia tahun 2003 memperlihatkan ada hubungan paparan pestisida selama kehamilan dengan Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR). Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan di Cina dan Carolina Utara dimana memperlihatkan tidak ada hubungan antara paparan pestisida selama kehamilan dengan BBLR. Dalam Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) tahun 2013


(15)

memperlihatkan prevalensi bayi dengan BBLR untuk Indonesia yakni 10,2 persen. Bervariasi antarprovinsi, di daerah Sumatera Utara sendiri mencapai 7,2 persen. Walaupun dalam riset tersebut Sumatera Utara merupakan provinsi dengan prevalensi terendah namun nilai tersebut masih termasuk kategori tinggi. Atas dasar itulah peniliti tertarik untuk meneliti hubungan paparan pestisida selama kehamilan terhadap berat badan bayi lahir rendah di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, maka peulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

Apakah paparan pestisida selama kehamilan berhubungan dengan BBLR?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan paparan pestisida selama kehamilan dengan BBLR di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui hubungan penyemprotan pestisida secara langsung terhadap kejadian BBLR di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.

2. Mengetahui hubungan penggunaan alat pelindung diri terhadap kejadian BBLR di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.

3. Mengetahui hubungan tempat penyimpanan pestisida terhadap kejadian BBLR di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.

4. Mengetahui hubungan partisipasi ibu hamil dalam pencampuran pestisida secara langsung terhadap kejadian BBLR di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.

5. Mengetahui hubungan keterlibatan ibu hamil di lokasi penyemprotan pestisida terhadap kejadian BBLR di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.


(16)

6. Mengetahui hubungan keterlibatan ibu hamil membersihkan bahan dan alat semprot pestisida terhadap kejadian BBLR di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 1. Bagi masyarakat umum, khususnya wanita petani.

Data atau informasi hasil penelitian ini dapat menjadi sebagai sumbangan informasi bagi wanita petani akan dampak berat badan bayi lahir rendah akibat lama paparan pestisida selama atau sebelum kehamilan. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam pengaturan penyimpanan bahan-bahan pestisida dan pemakaian alat keamanan ketika terpapar dengan pestisida.

2. Bagi tenaga kesehatan

Data atau informasi ini dapat digunakan oleh tenaga kesehatan dalam memberikan penyuluhan kepada wanita petani untuk pengaturan penyimpanan bahan-bahan pestisida dan pemakaian alat keamanan ketika terpapar dengan pestisida.

3. Di bidang akademik/ilmiah

Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan memperkokoh landasan teoritis ilmu kedokteran di bidang kandungan, khususnya tentang hubungan paparan pestisida selama kehamilan terhadap berat badan bayi lahir rendah.

4. Di bidang pengembangan penelitian

Memberikan masukan data bagi peneliti lain jika ingin menggali dan memperdalam lebih jauh topik-topik tentang hubungan paparan pestisida dengan Berat Badan Lahir Rendah ataupun hubungan paparan pestisida dengan penyakit lainnya.


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pestisida

Demi meningkatkan hasil pertanian dengan jumlah yang banyak dan berkualitas maka perlu didukung beberapa sarana pertanian seperti alat-alat pertanian, pupuk dan lain-lain. Seiring penemuan-penemuan terbaru di bidang pertanian maka pertanian konvensional kini digantikan oleh pertanian modern sehingga penggunaan seperti: pupuk buatan, bahan-bahan kimia tambahan, termasuk pestisida meningkat. Menurut Sari et al. (2013) pestisida yang digunakan dapat membantu petani dalam mendapatkan keuntungan yang maksimal. Namun penggunaannnya yang berlebihan dan tidak terkendali seringkali memberikan resiko keracunan pestisida bagi petani. Bahkan menurut Setiyobudi et al. (2013) penggunaan pestisida tanpa mengikuti aturan yang diberikan bukan hanya membahayakan kesehatan petani tetapi bisa merusak lingkungan, dan ekosistem.

Pestisida adalah substansi kimia yang digunakan untuk membunuh ataupun mengontrol serangga, jamur, tikus ataupun tumbuhan dan hewan yang tidak diinginkan lainnya. Pada tahun 2008 pestisida dilaporkan merupakan substansi ke sembilan yang paling banyak menyebabkan keracunan (Robert et al.,

2012). Dari penelitian Sathayanarayana et al. (2010) lebih dari 700 juta pon pestisida digunakan setiap tahun di bidang pertanian di Amerika Serikat dimana dari data penelitian dijumpai peningkatan paparan pestisida pada kelompok petani dan keluarga yang tinggal di daerah sekitar pertanian dibandingkan dengan kelompok yang bukan petani dan tidak tinggal disekitar daerah sekitar pertanian. Selain Amerika Serikat, penelitian lain juga memperlihatkan bahwa penggunaan pestisida di beberapa negara cukup tinggi misalnya penelitian yang dilakukan Liang wang et al. (2012), Brazil mencapai 113.993 ton pada tahun 1997 dan Cina melebihi 300.000 ton pestisida setiap tahunnya.


(18)

2.2 Dampak Paparan Pestisida

Beberapa penelitian membuktikan adanya hubungan antara adanya riwayat pajanan oleh pestisida dengan gangguan fungsi tiroid, anemia, abortus spontan, lahir cacat, dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).

1. Disfungsi Tiroid

Penelitian Nagayama et al. dalam Purba (2009) membuktikan bahwa riwayat paparan pestisida golongan organoklorin pada ibu hamil merupakan faktor risiko untuk terjadinya hipotiroidisme kongenital dan kretinisme.

2. Anemia

Kejadian anemia dapat terjadi pada penderita keracunan organofosfat dan karbamat adalah karena terbentuknya sulfhemoglobin dan methemoglobin di dalam sel darah merah. Sulfhemoglobin terjadi karena kandungan sulfur yang tinggi pada pestisida sehingga menimbulkan ikatan sulfhemoglobin. Sulfhemoglobin merupakan bentuk hemoglobin yang berikatan dengan atom sulfur di dalamnya. Hal ini menyebabkan hemoglobin menjadi tidak normal dan tidak dapat menjalankan fungsinya dalam menghantarkan oksigen. Selain itu juga dapat disebabkan karena terjadi ikatan nitrit dengan Hb sehingga membentuk methemoglobin yang menyebabkan Hb tidak mampu mengikat oksigen. Sulfhemoglobin dan methemoglobin di dalam sel darah merah tidak dapat diubah kembali menjadi hemoglobin normal (Purba, 2009).

3. Abortus Spontan

Dari penelitian Denny (2000) dan Sulistomo (2007) dalam Purba (2009). Risiko abortus spontan telah diteliti pada sejumlah kelompok istri-istri pekerja. Wanita yang bekerja di pertanian mempunyai kemungkinan lebih besar untuk mengalami kejadian abortus spontan dibandingkan wanita yang tidak terpajan 4. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Banyak penelitian yang menunjukkan adanya hubungan erat antara lama paparan pestisida terhadap kejadian BBLR. Keterlibatan ibu hamil dalam kegiatan pertanian, keberadaan pestisida dalam rumah, kelengkapan alat pelindung diri, keberadaan hasil pertanian terhadap BBLR ditemukan berkaitan erat (Sari et al., 2013; Setiyobudi et al., 2013 ). Menurut Kim (2011) pestisida golongan


(19)

organofosfat seperti klorpyrifos, diazinon, and malathion merupakan yang berpengaruh terhadap berat badan bayi lahir.

5. Cacat Lahir

Resiko untuk terjadinya cacat lahir seperti Transposition of The Great Arteries pada wanita yang terpapar oleh pestisida berkaitan dengan paparan pestisida golongan herbisida dan rodentisida (Loffredo et al., 2001).

Selain organofosfat dan organoklrin, The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) melaporkan dari metabolit 44 pestisida yang diujikan pada populasi dengan usia 6-59 tahun di Amerika Serikat, 29 diantaranya terdeteksi ada pada tubuh manusia dengan pestisida jenis organofosfat dan organoklorin tetap paling banyak terdeteksi pada tubuh manusia. Contoh dan klasifikasi pestida lainnya akan disajikan dalam table di bawah ini.

Tabel 2.1. Klasifikasi dan Contoh Pestisida.

Klasifikasi Pestisida Contoh Toksisitas

Organoklorin DDT, Endrin,

Aldrin, Khlordane, Lindane

Toksisitas sangat tinggi

Organofosfat Parathion,

Klorpyrifos, Dichlorvos, Acephate,

Methyl-Parathion, Malathion, Phorate

 Kebanyakan organofosfat memiliki toksisitas tinggi  Melathionmerupakan jenis

organofosfat dengan

toksisitas paling rendah

dibandingkan dengan

organofosfat lainnya

N-Methyl karbamat Aldicarb, Karbaryl, Karbofuran, Pirimicarb, Propoxur

 Aldicarb dan karbaryl memiliki toksisitas yang paling tinggi dibandingkan yang lain

 Golongan karbamat lain

memiliki toksisitas


(20)

Klasifikasi Pestisida Contoh Toksisitas Pyrethrin dan Pyrethroid Permethrin, Cyano-pyrethroid: Deltamethrin, Cypermethrin, Fenvalerat

 Permethrin memiliki

toksisitas yang paling rendah

 Golongan pyrethroid lainnya

memiliki toksisitas

menengah

Neonicotinoid Imidakloprid Memiliki toksisitas yang

lebih rendah dari karbamat Insektisida

N-Phenylpyrazole

Fipronil

Herbisida Fosfonat Glyfosate Toksisitas begantung pada

jenis pelarut organik Herbisida

Klorophenox

2,4-D, 2,4,5-T Toksisitas menengah

Herbisida Dipyridyl Paraquat, Diquat Toksisitas tinggi Long-acting

anticoagulants

Brodifacoum (superwarfarin)

2.3 Pintu Masuk Pestisida ke Tubuh Manusia

Menurut Robert et al. (2012) sumber pintu masuk pestisida ke dalam tubuh manusia yang paling utama berasal dari lingkungan pertanian, makanan, air, halaman sekolah dan rumah.

1. Pintu Masuk Pestisida melalui Makanan.

Makanan merupakan sumber paparan yang paling penting untuk golongan organoklorin dan organofosfat. The US Environmental Protection Agency ( EPA ) adalah organisasi yang mengatur toleransi atau jumlah maksimum yang bisa terkandung dalam makanan maupun pakan ternak. Dari 7.234 makanan yang diteliti didapati hasil di mana 49 persen buah , 29 persen


(21)

sayuran , 26 persen produk biji-bijian , 24 persen ikan dan kerang mengandung pestisida di dalamnya. Namun jumlah pestisida yang ditemukan masih dalam batas yang diijinkan sehingga secara hukum diijinkan.

2. Pintu Masuk Pestisida melalui Pertanian.

Bertempat tinggal di daerah perkebunan memberikan kesempatan yang lebih besar terpapar pestisida dibandingkan dengan yang tidak. Di Amerika Serikat terbukti bahwa level debu pestisida dan metabolit urin meningkat pada anak-anak yang bertempat tinggal di daerah pertanian.

3. Pintu Masuk Pestisida melalui Air Minum.

Pestisida yang sering ditemukan pada kondisi ini yakni herbisida terutama golongan triazin. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh US Geological

Survey’s National Water Quality Assessmen 50 persen sumur dangkal dan 33 persen sumur dalam di daerah pertanian dan pedesaan terkontaminasi oleh pestisida. Pestisida yang paling sering terdeteksi adalah golongan herbisida jenis triazin.

Klasifikasi keparahan paparan pestisida dilihat dari kegiatan yang dilakukan dibagi menjadi empat kategori oleh Saldana et al. (2007) dalam Sathyanarayana et al. (2010) mulai dari yang terendah sampai yang tertinggi adalah:

1. Tidak ada paparan sama sekali.

2. Paparan tidak langsung yaitu orang-orang yang hanya melakukan penanaman , pemangkasan, penyiangan, ataupun pemanenan.

3. Paparan residensial yaitu orang-orang yang menggunakan pestisida untuk kebun rumah sendiri.

4. Paparan agrikultural yaitu orang-orang yang ikut serta dalam pencampuran pestisida, perbaikan sarana yang penyemprotan pestisida ataupun orang-orang yang menerapkan pestisida langsung ke tanaman.


(22)

2.4 Fertilisasi 2.4.1. Anatomi Uterus

Gambar 2.1. Anatomi uterus.

Menurut Sherwood (2007), ovarium dan saluran reproduksi wanita terletak di dalam rongga panggul (pelvis). Saluran reproduksi wanita terdiri dari oviduktus (tuba uterine atau Tuba Fallopii). Adapun fungsi dari bagian-bagian uterus adalah sebagai berikut :

1. Tuba Fallopii berfungsi menjemput ovum pada ovulasi dan berfungsi sebagai tempat pembuahan.

2. Uterus berfungsi dalam mempertahankan janin selama perkembangannya dan mengeluarkannya pada akhir masa kehamilan.

3. Vagina merupakan saluran berotot yang berfungsi menghubungkan uterus ke lingkungan eksternal.

4. Kanalis Servikalis berfungsi sebagai jalur untuk sperma melintasi uterus ke tempat pembuahan Tuba Fallopii dan sewaktu mengalami dilatasi saat melahirkan, kanalis ini berfungsi sebagai jalan untuk keluarnya bayi dari uterus.


(23)

2.4.2 Proses Fertilisasi

Ekor sperma digunakan untuk pergerakan menuju penetrasi akhir ke ovum. Agar terjadi pembuahan, sebuah sperma pertama-tama harus melewati korona radiata dan zona pelusida yang mengelilingi sel telur. Enzim-enzim akrosom, yang terpajan ketika membran akrosom pecah setelah berkontak dengan korona radiata menyebabkan sperma bisa menembus sawar-sawar protektif sel telur. Setelah itu suatu protein yang terdapat di membran plasma sperma yang disebut fertilin nantinya akan berikatan dengan integrin sel telur. Integrin penonjolan membran plasma sel telur yang berfungsi sebagai perekat. Sperma pertama yang mencapai sel telur nantinya akan berfusi dengan membran plasma ovum dan menyebabkan perubahan di sekitar membran yang mengelilingi ovum sehingga tidak dapat di tembus oleh sperma lainnya.

Bagian terpenting dari sperma yang telah berpenetrasi tersebut adalah bagian kepala karena mengandung kode genetik. Kepala sperma perlahan tertarik ke sitoplasma selama proses penetrasi ini. Sperma mengeluarkan nitat oksida setelah sepenuhnya masuk ke dalam sel telur. Nitrat oksida mendorong pelepasan Ca2+ yang tersimpan dalam sel telur. Pelepasan Ca2+ intraseluler tersebut memicu pembelahan meiosis oosit sekunder sehingga kurang lebih satu jam sperma dan sel telur menyatu membentuk zigot. Selain menyumbangkan setengah kromosom, sperma juga menghasilkan enzim-enzim yang esensial bagi perkembangan awal mudigah.

Simpanan glikogen di endometrium hanya cukup untuk memberi makan mudigah selama minggu-minggu pertama. Untuk mempertahankan mudigah yang sedang tumbuh selama hidup diuterus, terbentuklah plasenta

2.4.3 Plasenta

Plasenta adalah suatu organ khusus untuk pertukaran antara darah ibu dan janin. Plasenta berasal dari jaringan trofoblastik dan desidua. Pada hari kedua belas, mudigah sudah terbenam seluruhnya di desisua. Saat ini lapisan trofoblastik sudah mencapai ketebalan dua lapisan dan disebut korion. Karena terus mengeluarkan enzim dan meluas di dalam desidua. Dinding kapiler-kapiler


(24)

desidua mengalami erosi akibat ekspansi korion sehingga rongga-rongga tersebtut terisi oleh darah ibu dan tidak dapat membeku karena adanya antikoagulan yang dihasilkan oleh korion. Terbentuk tonjolan-tonjolan mirip jari dari jaringan korion yang meluas ke dalam genangan darah ibu tersebut. Mudigah yang berkembang dengan segera mengirim kapiler ke tonjolan-tonjolan korion untuk membentuk vilus plasenta. Sebahagian vilus meluas secara sempurna menembus ruang-ruang berisi darah untuk menambatkan plasenta bagian janin ke jaringan endometrium, tetapi sebahagian besar hanya menonjol kedalam genangan darah ibu.

Setiap vilus plasenta mengandung kapiler mudigah(nantinya janin) yang dikelilingi oleh selapis tipis jaringan korion yang memisahkan darah mudigah/janin dari darahibu di ruang antar vilus. Tidak terdapat pencampuran antara darah ibu dan janin, tetapi sawar di antara keduanya sangatlah tipis.

Walau belum berkembang sempurna, plasenta sudah bekerja penuh sejak minggu kelima setelah implantasi. Pada saat ini, jantung mudigah sudah memompa darah ke dalam vilus plasenta serta jaringan mudigah. Selama kehamilan, darah janin terus menerus melintasi vilus plasenta dan sistem sirkulasi janin melalui arteri umbilikalis dan vena umbilikalis, yang terbungkus di dalam korda umbilikalis, pipa penghubung antara janin dan plasenta.

Selama kehidupan intrauterus plasenta melaksanakan fungsi pencernaan, sistem pernapasan, dan ginjal. Keadaan ini bukan berarti janin tersebut tidak memiliki sistem-sistem tersebut, tetapi sistem-sistem tersebut tidak mampu tidak berfungsi di dalam lingkungan uterus. Zat-zat gizi dan O2 berdifusi dari darah ibu

menuju sawar plasenta yang tipis untuk masuk ke dalam darah janin, sedangkan CO2 dan zat-zat sisa secara bersamaan berdifusi dari darah janin ke dalam darah

ibu. Nutrient dan O2 yang dibawa ke janin dari darah ibu diperoleh dari sistem pencernaan dan pernapasan ibu, dan CO2 dan zat sisa yang dipindahkan ke darah

ibu masing-masing dikeluarkan oleh paru dan ginjal ibu. Karena itu, saluran cerna, saluran napas, dan ginjal ibu. Karena itu, saluran cerna, saluran napas dan ginjal ibu juga berfungsi melayani kebutuhan janin itu sendiri.

Sementara itu selama waktu implantasi dan awal perkembangan plasenta, massa sel dalam membentuk rongga amnion berisi cairan di antara korion dan


(25)

bagian massa sel dalam yang di takdirkan menjadi janin. Lapisan epitel yang membungkus rongga amnion disebut kantong amnion, atau amnion. Seiring dengan perkembangan, kantong amnion, membentuk satu kantong kombinasi yang mengelilingi mudigah. Cairan di rongga amnion, cairan amnion memiliki komposisi serupa dengan cairan ekstra seluler (CES) normal, mengelilingi dan menjadi bantalan bagi janin sepanjang kehamilan.

2.5 Berat Badan Lahir Rendah 2.5.1 Definisi

Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah berat badan bayi kurang dari 2500 gram. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) terdiri dari BBLR prematur (usia kehamilan kurang dari 37 minggu) dan BBLR IUGR (Intrauterine Growth Retardation) yaitu bayi cukup bulan tetapi berat kurang untuk usianya (Sari et al.,

2013).

2.5.2 Epidemiologi

BBLR merupakan predictor terpenting bagi mortalitas neonatus di negara berkembang. Terbukti dari data yang diperoleh dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) tahun 2013 memperlihatkan prevalensi bayi dengan BBLR untuk antarprovinsi memang bervariasi, di daerah Sumatera Utara sendiri mencapai 7,2 persen sedangkan untuk Indonesia yakni 10,2 persen. World Health Organization (WHO) mencatat bahwa kasus BBLR tertinggi terdapat di Asia dengan data 27,1 persen dan terendah terdapat di Eropa dengan data 6,4 persen.

2.5.2 Klasifikasi

Menurut Reichman (2005) klasifikasi Berat Badan Bayi Baru Lahir adalah normal, rendah dan sangat rendah. Berikut ini adalah table mengenai klasifikasi berat badan bayi adalah sebagai berikut:


(26)

Tabel 2.2. Klasifikasi Berat Badan Lahir dan Istilahnya.

Istilah Berat Badan Bayi (gram)

Berat badan normal Minimal 2.500

Berat badan rendah Kurang dari 2.500

Berat badan rendah sedang 1.500-2.400 Berat badan sangat rendah Kurang dari 1.500 Berat badan rendah ekstrim Kurang dari 1.000

Prematur Usia gestasi kurang dari dari

37 minggu

Sangat Prematur Usia gestasikurang dari 32

minggu Sumber : Joyce A. Martin et al.

2.5.3 Faktor Resiko

Faktor resiko untuk kejadian BBLR bisa berasal dari ibu, kehamilan, dan janin. Faktor ibu meliputi gizi yang kurang saat di dalam kandungan, umur dibawah 20 tahun, umur dia atas 35 tahun. Faktor kehamilan berasal dari jarak kehamilan yang terlalu dekat, kehamilan ganda, hidroamnion. Sedangkan faktor janin meliputi cacat kongenital dan infeksi dalam rahim (sistriani dalam alya, 2014).

Sedangkan Menurut Reichman (2005) ada beberapa faktor resiko terjadinya BBLR seperti ras dan etnis.Pada penelitian yang dilakukan pada tahun 2000 di Amerika Serikat, 13 persen bayi yang dilahirkan dari ibu dengan ras kulit hitam memiliki berat badan lahir rendah dan hanya 6.5 persen yang dilahirkan dari seorang ibu ras kulit putih yang memiliki berat badan bayi rendah. Dari penelitian Martin et al. (2002) dalam Reichman (2005) wanita Hispanik memiliki rasio 6,4 persen, Kuban 6,5 persen, Puerto Rico 9.3 persen. Adanya perbedaan tersebut bisa dikarenakan budaya, diet, stres dan gaya hidup dalam suatu kelompok.

2.6 Hubungan Paparan Pestisida dengan Berat Badan Lahir Rendah Menurut Liang (2012), jalur masuk pestisida kedalam tubuh terutama berasal dari kontak kulit dan pernafasan. Bahkan menurut Loffredo (2001) dichlorodiphenyltrichloroethane (DDT) lebih mudah masuk kedalam tubuh oleh karena sifatnya yang lipid soluble bahkan lama beredar dalam tubuh karena waktu


(27)

paruhnya panjang dan tidak mudah dihancurkan. Menurut Setiyobudi (2013) mekanisme keracunan pestisida dapat terjadi farmakokinetik dan farmakodinamik.

Secara farmakokinetik inhibitor kolinesterase diabsorbsi secara cepat dan efektif melalui mulut, pernafasan, mata dan kulit. Setelah diabsorbsi sebagian besar dieksresikan dalam urin, hampir seluruhnya dalam bentuk metabolit. Metabolit dan senyawa aslinya di dalam darah dan jaringan tubuh terikat pada protein. Enzim-enzim hidrolitik dan oksidatif terlibat dalam metabolisme senyawa organofosfat dan karbamat. Selang waktu antara absorpsi dengn ekskresi bervariasi. Secara farmakodinamik yaitu Asetilkolin (ACh) adalah penghantar saraf yang berada pada seluruh sistem saraf pusat (SSP), saraf otonom dan saraf somatik. Setelah masuk ke dalam tubuh, pestisida golongan Organofosfat dan Karbamat akan mengikat enzim asetilkolinesterase (AChe) sehinga AChe menjadi inaktif dan terjadi akumulasi asetilkolin. Asetilkolin berikatan dengan reseptor muskarinik dan nikotinik pada sistem saraf pusat dan perifer. Kondisi ini menyebabkan timbulnya gejala keracunan yang berpengaruh pada seluruh tubuh dan berdampak luas.

Sistem saraf pusat dihubungkan dengan hipofisis melalui hipotalamus, ini adalah hubungan yang paling nyata antara sistem saraf pusat dan sistem endokrin. Kedua sistem ini saling berhubungan baik melalui saraf maupun vaskular. Kelenjar tiroid termasuk dalam salah satu sistem endokrin yang merupakan pengendali utama metabolisme tubuh. Kelenjar ini bertugas menghasilkan, menyimpan, dan melepaskan hormon tiroid ke dalam peredaran darah. Hormon tiroid terdiri dari hormon tiroksin (T4) dan tri-iodotironin (T3). Hormon-hormon inilah yang memproduksi energi dari zat gizi dan oksigen sehingga mampu mempengaruhi fungsi seluruh sel, jaringan, dan organ dalam tubuh. Agar jumlah hormon yang dihasilkan tidak berlebih atau kurang, kelenjar tiroid bekerjasama dengan hipotalamus dan kelenjar hipofise yang terletak di otak. Hipotalamus merupakan organ penghasil thyrotropin releasing hormone (TRH) yang merangsang kelenjar hipofise untuk memproduksi thyroid stimulating hormone (TSH). TSH ini yang dialirkan lewat peredaran darah menuju kelenjar tiroid dan menstimulasinya untuk memproduksi dan melepaskan T3 dan T4. Apabila ada


(28)

gangguan pada sistem saraf karena gagalnya enzim kolinesterase memecah asetilkholin maka fungsinya menjadi berjalan tidak sempurna dan akibatnya informasi yang seharusnya sampai pada kelenjar menjadi terganggu dan ini akan mengakibatkan pelepasan hormon-hormon dari kelenjar sasaran menjadi terganggu. Gangguan dalam mekanisme pengaturan ini dapat menyebabkan terjadinya disfungsi tiroid, yaitu hipotiroid dan hipertiroid. Hipotiroid merupakan keadaan dimana kelenjar tiroid tidak menghasilkan cukup banyak hormon tiroid. Sedangkan hipertiroid merupakan kebalikan dari hipotiroid dimana kelenjar tiroid bekerja terlalu aktif sehingga menghasilkan hormon tiroid secara berlebihan. Gangguan tiroid pada ibu hamil bisa karena kekurangan atau kelebihan hormon tiroid. Namun yang paling umum adalah kekurangan hormon tiroid atau hipotiroid.

Kurangnya asupan hormon tiroid dalam tubuh wanita hamil akan turut mengganggu proses tumbuh kembang janin. Padahal di usia dini, hormon tiroid sangat bermanfaat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan. Jika hipotiroid dibiarkan dalam jangka panjang, maka bukan tidak mungkin janin yang dilahirkan akan menjadi generasi yang lambat dalam merespons, mengalami keterbelakangan mental, berat badan lahir rendah, bahkan cacat fisik.

Secara farmakodinamik, Organofosfat menghambat aksi pseudokolinesterase dalam plasma dan kolinesterase dalam sel darah merah dan pada sinapsisnya. Penghambatan kerja enzim terjadi karena Organofosfat melakukan fosforilasi enzim tersebut dalam bentuk komponen yang stabil. Potensiasi aktivitas parasimpatik post-ganglionik, mengakibatkan kontraksi pupil, stimulasi otot saluran cerna, stimulasi saliva dan kelenjar keringat, kontraksi otot bronkial, kontraksi kandung kemih, nodus sinus jantung dan nodus atrio-ventrikular dihambat. Mula-mula stimulasi disusul dengan depresi pada sel sistem saraf pusat (SSP) sehingga menghambat pusat pernafasan dan pusat kejang. Stimulasi dan blok yang bervariasi pada ganglion dapat mengakibatkan tekanan darah naik atau turun serta dilatasi atau miosis pupil. Kematian disebabkan karena kegagalan pernafasan dan blok jantung.


(29)

Pada pestisida golongan organofosfat dengan bahan aktif 2,4- dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D), toksisitas akut pada manusia dapat menyebabkan neurotoksik pada paparan melalui inhalasi dan oral, serta timbulnya kudis dan dermatitis pada kontak melalui kulit. Toksisitas kronik pada manusia belum terlaporkan, namun toksisitas kronik (non kanker) pada hewan uji (Purba, 2009).

2.7 Lama Paparan Pestisida dengan Kejadian Beat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Rekapitulasi Hasil Analisis antara faktor-faktor seperti keterlibatan ibu hamil dalam kegiatan pertanian, keberadaan pestisida dalam rumah, kelengkapan alat pelindung diri, keberadaan hasil pertanian terhadap kejadian BBLR ditemukan berkaitan erat (Sari et al., 2013; Setiyobudi et al., 2013 ). Banyak penelitian yang menunjukkan adanya hubungan erat antara lama paparan pestisida terhadap kejadian BBLR). Namun, hasil yang dilaporkan cukup bervariasi. Selain itu belum jelas dibedakan antara lama paparan pestisida secara terus-menerus, perhari, atau riwayat lama paparan pestisida.

2.8 Prognosis

Menurut Widaryana (2002) berdasarkan penelitian yang dilakukan di Sukabumi angka kematian bayi pada kelompok BBLR 283,6 per kelahiran hidup.


(30)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Variabel independen Variabel Dependen

Variabel Perancu

Gambar 3.1. Kerangka Konsep.

Paparan Pestisida Berat Badan Lahir Rendah

1. Usia Ekstrim

2. BMI dibawah normal 3. Perokok

4. Penyakit kronis selama kehamilan

5. Penyakit Infeksi 6. Ras

7. Etnis

8. Kehamilan Ganda 9. Hidroamnion


(31)

3.2 Definisi Operasional Tabel 3.1. Definisi Operasional

Variabel Cara Ukur Alat Ukur Hasil

Pengukuran

Skala Pengukuran Variabel Independen

Paparan pestisida

Wawancara Jumlah hari terpapar selama kehamilan

1. <7 hari 2.

hari

Nominal

Variabel Dependen

BBLR Mencatat

data rekam medis

Rekam medis

1. < 2500 gram 2.

2500 gram

Nominal

3.2 Hipotesis

Dengan mempertimbangkan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penelitian ini menganut hipotesis satu arah, yaitu :


(32)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik dengan studi case control

dimana proses penelitian dimulai dengan mencari kelompok kasus dan kontrol. Kelompok kasus adalah kelompok yang telah terkena efek atau penyakit tertentu, sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak terkena efek atau penyakit tertentu. Kemudian secara retrospektif ditelusuri faktor resiko yang menjelaskan kelompok kasus terkena efek atau penyakit tertentu sedangkan pada kasus kontrol tidak. (Sastroasmoro, 2008)

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1 Lokasi Penelitian

Untuk pencarian kelompok kasus dan kontrol dilakukan di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo. Adapun pertimbangan memilih daerah Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo sebagai lokasi penelitian adalah karena:

1. Daerah tersebut merupakan daerah pertanian sehingga distribusi penggunaan pestisida cukup bervariasi dan cocok untuk penelitian.

2. Belum pernah dilakukan penelitian untuk menilai lama paparan pestisida terhadap berat badan lahir rendah.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama 7 bulan, mulai bulan Mei 2014 sampai dengan Oktober 2014. Ada pun perincian adalah sebagai berikut:


(33)

Tabel 4.1. Perincian Kegiatan Penelitian

Bulan Kegiatan

Mei-Juni 1. Pencarian kelompok kasus Berat Badan Lahir Rendah di Bidan Kita Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.

Agustus-Oktober

1. Penyebaran kuesioner kepada kelompok kasus. 2. Penyebaran kuesioner kepada kelompok kontrol.

November 1. Pengumpulan data

2. Pencatatan dan Pengolahan data 3. Pengolahan Hasil

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi target untuk kelompok kasus adalah wanita dengan riwayat melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo. Sedangkan untuk kelompok kontrol adalah wanita yang melahirkan bayi dengan berat badan normal.

4.3.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian terbagi dua kelompok yakni kelompok kontrol dan kelompok. Kelompok kasus adalah wanita yang memiliki riwayat melahirkan bayi dengan BBLR di praktek bidan swasta KITA Berastagi. Kelompok kontrol adalah wanita yang melahirkan bayi dengan berat badan normal di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo. Subjek yang diambil dari populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi serta tidak termasuk dalam kriteria eksklusi.

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini adalah:

1. Kriteria Inklusi untuk Kelompok Kasus

a. Wanita yang memiliki riwayat melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah.

b. Bersedia menjadi sampel penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan setelah penjelasan(informed concern).


(34)

a. Wanita yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal.

b. Bersedia menjadi sampel penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan setelah penjelasan(informed concern).

3. Kriteria Ekslusi untuk Kelompok Kasus dan Kelompok Kontrol a. Usia di atas 35 tahun dan di bawah 20 tahun.

b. Perokok

c. Penyakit infeksi selama kehamilan d. Penyakit kronis selama kehamilan. e. Kehamilan ganda atau kembar

Pada penelitian ini, ditetapkan nilai α sebesar 0,05 (tingkat kepercayaan 95%) sehingga untuk uji hipotesis dua arah diperoleh nilai sebesar sebesar 1,960. Nilai β yang digunakan adalah 0,2 atau dengan kata lain besarnya kekuatan (power) dalam penelitian ini adalah 80%, sehingga diperoleh nilai sebesar adalah 0,842, nilai dari pustaka adalah 0,117, odds ratio (OR) sebesar 5,85 sehingga nilai adalah 0,44.

{ √ √ }

Dimana

= nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu – = Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada β tertentu P = Rata-rata dan

= Perkiraan proporsi paparan pada populasi1 (outcome +) = Perkiraan proporsi paparan pada populasi1 (outcome -)

= Perkiraan selisih proporsi yang diteliti

Berdasarkan rumus diatas, besarnya yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 18. Pada penelitian ini sampel minimal yang diambil berjumlah 18 orang untuk kelompok kasus dan 18 orang untuk kelompok kontrol. Dengan demikian besar sampel minimal yang diperlukan adalah 36.


(35)

4.4 Metode Pengumpulan data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer, dan data sekunder. Data primer yaitu data yang didapat langsung dari masing-masing sampel penelitian, meliputi lama terpapar pestisida dan berat badan lahir rendah. Sedangkan data sekunder yaitu data yang didapat dari Rumah Sakit Umum Kabanjahe dan Klinik Kebidanan Kita mengenai kasus Berat Badan Lahir Rendah. Pengumpulan data primer diperoleh dari sampel penelitian melalui metode wawancara dengan instrumen kuesioner sedangkan data sekunder diperoleh dari pencatatan rekam medis rumah sakit dan kebidanan.

Sebelum mengisi kuesioner, sampel yang memenuhi kriteria dijelaskan mengenai informed consent. Setelah menyetujui informed consent, unsur-unsur kriteria akan ditanyakan kepada sampel. Sampel yang memenuhi kriteria, dan bersedia untuk menjadi responden akan diwawancarai sesuai pertanyaan yang tertera di kuesioner.

4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data 4.5.1 Metode Pengolahan Data

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan. Tahapan pengolahan data meliputi editing, coding, entry, cleaning, dan saving. Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data. Apabila data belum lengkap ataupun ada kesalahan data dilengkapi menanyakan kembali kesediaan responden untuk melengkapi data.

Coding berarti mengoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer. Setelah itu, data akan dimasukkan (entry) ke program Statistic Package for Social Science (SPSS).

Pada tahapan selanjutnya, cleaning, semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer diperiksa kembali guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data. Data yang telah benar-benar tepat akan disimpan (saving) dan siap dianalisis


(36)

4.5.2 Metode Analisis Data 1. Analisis univariat

Analisis data univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari seluruh variabel penelitian. Penyajian akan didistribusikan dalam bentuk tekstual dan tabel.

2. Analisis bivariat

Analisis data bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen dan variabel independen. Untuk analisis apakah ada pengaruh variabel atribut terhadap Berat Badan Bayi Baru Lahir Rendah akan dilakukan dengan menggunakan Uji chi square.


(37)

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Berdasarkan luas geografisnya, Berastagi memiliki luas 3.050 hektar. Menurut Badan Pusat Statistik pada tahun 2013, Kecamatan Berastagi memiliki penduduk sebanyak 44.091 jiwa. Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Berastagi adalah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tigapanah/Dolat Rakyat 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kabanjahe

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Simpang Empat/ Kecamatan Merdeka

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini berjumlah 53 orang dimana 21 orang kelompok kasus dan 21 orang kelompok kontrol dan 11 orang dieksklusikan karena tidak memenuhi kriteria sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 42 orang.

Distribusi responden meliputi keragaman karakteristik umur, suku, kebiasaan merokok, usia saat melahirkan, apakah responden melahirkan bayi kembar, apakah responden memiliki penyakit kronis, ataupun infeksi saat kehamilan disajikan secara rinci pada tabel 5.1.

Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik responden dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Umur Responden

Berdasarkan karakteristik umur responden yang didapatkan melalui pengisian kuesioner dan wawancara, Umur responden di dalam penelitian ini


(38)

berkisar antara 15-45 tahun. Pengelompokkan umur menjadi 6 kategori menunjukkan responden dengan jumlah terbanyak adalah responden berusia 31-35 tahun yaitu sebanyak 17 orang (36,36 %) sedangkan jumlah paling sedikit adalah responden berusia di atas 40 tahun sebanyak 1 orang (1,89%). Kelompok kasus yang berumur 15-20 tahun terdapat sebanyak 3 orang (14,29%), umur 21-25 tahun terdapat sebanyak 5 orang (23,81%), umur 26-30 tahun terdapat sebanyak 6 orang (28,57%), dan umur 31-35 tahun terdapat sebanyak 6 orang (28,57%), umur 36-40 sebanyak 1 orang (4,76%) dan tidak ada yang di atas 40 tahun. Sedangkan untuk kelompok kontrol yang berumur 15-20 tahun terdapat sebanyak 1 orang (4,76%), umur 21-25 tahun terdapat sebanyak 4 orang (19,5%), umur 26-30 tahun terdapat sebanyak 8 orang (38,10%), dan umur 31-35 tahun terdapat sebanyak 7 orang (33,33%), umur 36-40 tahun terdapat sebanyak 1 orang (4,76%) dan tidak ada yang berada di atas umur 40 tahun.

2. Suku

Distribusi kelompok suku menunjukkan mayoritas suku responden adalah Suku Jawa yaitu 23 responden (43,44%). Distribusi kelompok suku lain terdapat sebanyak 21 responden (39,62%) Suku Karo , Suku Pakpahan, Batak Maindailing dan Melayu masing-masing 2 responden (3,77%) dan untuk Suku Sunda, Padang, Batak Toba masing-masing terdapat 1 responden (1,89%) .

3. Kriteria Eksklusi

Pertanyaan mengenai ada tidaknya faktor kebiasaan merokok, melahirkan bayi kembar, melahirkan di atas umur 35 tahun atau di bawah usia 19 tahun, menderita penyakit kronis, mengalami infeksi saat kehamilan turut disertakan di dalam kuesioner. Pertanyaan tersebut turut disertakan dalam kuesioner dengan tujuan responden yang memiliki salah satu atau lebih dari faktor resiko di atas dikeluarkan dari penelitian. Kriteria eksklusi paling banyak dari faktor resiko di atas yakni penyakit infeksi selama kehamilan. Sebelas responden (20,75 %) mengaku memiliki riwayat penyakit infeksi pada masa kehamilan. Responden yang memiliki faktor resiko melahirkan di usia


(39)

ekstrim ada sebanyak 2 responden (3,77%). Responden yang memiliki faktor resiko merokok ada sebanyak 1 orang ( 1,89 %). Tidak ada responden yang memiliki faktor resiko berupa penyakit kronis dan kehamilan ganda atau kembar pada penelitian ini. Beberapa responden memiliki faktor resiko lebih dari satu dalam penelitian ini.


(40)

Eksklusi

Umur f(orang) % f(orang) % f(orang) % f(orang) %

15-20 tahun 3 14,29 1 4,76 1 9,09 5 9,43

21-25 tahun 5 23,81 4 19,05 3 27,27 12 22,64

26-30 tahun 6 28,57 8 38,10 1 9,09 15 28,30

31-35 tahun 6 28,57 7 33,33 4 36,36 17 32,08

36-40 tahun 1 4,76 1 4,76 1 9,09 3 5,66

>40 tahun 0 0 0 0 1 9,09 1 1,89

Total 21 100 21 100 11 100 53 100

Suku f(orang) % f(orang) % f(orang) %

Batak Karo 9 42,86 9 42,86 3 27,27 21 39,62

Pakpahan 0 0 2 9,52 0 0 2 3,77

Jawa 8 38,10 8 38,10 7 63,64 23 43,44

Sunda 1 4,76 0 0 0 0 1 1,89

Melayu 1 4,76 1 4,76 0 0 2 3,77

Batak Maindailing 0 0 1 4,76 1 9,09 2 3,77

Padang 1 4,76 0 0 0 0 1 1,89

Batak Toba 1 4,76 0 0 0 0 1 1,89

Total 21 100 21 100 53 100


(41)

Kembar

Ya 0 0 0 0 0 0 0 0

Tidak 21 100 21 100 11 100 53 100

Total 21 100 21 100 11 53 100

Menderita Penyakit Kronis

f(orang) % f(orang) % f(orang) % f(orang) %

Ya 0 0 0 0 0 0 0 0

Tidak 21 100 21 100 11 100 53 100

Total 21 100 21 100 11 53 100

Mengalami Infeksi saat Kehamilan

f(orang) % f(orang) % f(orang) % f(orang) %

Ya 0 0 0 0 11 100 11 20.75

Tidak 21 100 21 100 0 0 42 79.25

Total 21 100 21 100 53 100

Melahirkan Pada Usia <19 Tahun atau >35 Tahun

f(orang) % f(orang) % f(orang) % f(orang) %

Ya 0 0 0 0 2 18,18 2 3,77

Tidak 21 100 21 100 9 81,82 51 96,23


(42)

5.1.3 Paparan Pestisida

Paparan pestisida sebagai variabel independen dalam penelitian ini dijabarkan menjadi beberapa kategori yaitu keterlibatan ibu dalam penyemprotan pestisida, ada tidaknya penggunaan alat pelindung diri saat terpapar pestisida, lokasi penyimpanan alat & bahan pestisida, keterlibatan ibu dalam pencampuran pestisida, keterlibatan ibu di lokasi penyemprotan pestisida, dan keterlibatan ibu dalam membersihkan bahan dan alat semprot pestisida. Beberapa teori memperlihatkan bahwa paparan pestisida berpengaruh terhadap berat badan lahir bayi. Tetapi beberapa teori menyatakan tidak ada hubungan antara paparan pestisida dengan berat badan lahir bayi. Dari kuesioner yang telah disebarkan kepada 53 responden maka didapati 42 sampel sesuai dengan judul penelitiaan ini. Gambaran mengenai paparan pestisida terhadap kelompok kasus dan kontrol disajikan dalam tabel 5.2

1. Keterlibatan Ibu Hamil dalam Penyemprotan Pestisida

Tabel 5.2. memperlihatkan bahwa keterlibatan ibu di lokasi penyemprotan pestisida pada 21 orang untuk kelompok kasus dan 21 orang untuk kelompok kontrol dalam penelitian ini memperlihatkan persentase yang berbeda. Kelompok kasus yang terlibat penyemprotan pestisida secara langsung pada masa kehamilan sebanyak 8 orang (38,1%) sedangkan yang tidak terlibat sebanyak 13 orang (61,9%). Kelompok kontrol yang terlibat di lokasi penyemprotan pestisida pada masa kehamilan sebanyak 3 orang (14,3%) dan yang tidak terlibat sebanyak 18 orang (85,7%).

2. Penggunaan Alat Pelindung Diri saat Terpapar Pestisida pada Masa Kehamilan.

Dari hasil wawancara dan pengisian kuesioner tidak ada satu responden pun yang menggunakan alat pelindung diri saat melakukan aktivitas yang berhubungan dengan pestisida. Kategori terpapar pestisida dalam penelitian ini yakni semua sampel yang tidak menggunakan alat pelindung diri namun memiliki riwayat kontak dengan pestisida. Sebaliknya sampel yang tidak memiliki riwayat kontak dengan pestisida dikategorikan ke dalam tidak terpapar. Kelompok kasus dan kontrol yang tidak menggunakan alat pelindung diri atau dengan kata lain


(43)

terpapar pestisida masing-masing sebanyak 7 orang (33,3%) sedangkan yang tidak terpapar pestisida masing-masing sebanyak 14 orang (33,3%).

3. Lokasi Penyimpanan Alat & Bahan Pestisida

Kelompok kasus dan kontrol yang menyimpan alat dan bahan pestisida di rumah pada masa kehamilan masing-masing sebanyak 6 orang (23,8%) sedangkan yang menyimpan di tempat lain seperti gudang, ladang dan lain-lain masing-masing sebanyak 15 orang (76,2%). Kategori sampel yang terpapar pestisida untuk kriteria ini adalah sampel yang melakukan penyimpanan alat dan bahan pestisida dalam rumah sedangkan sampel yang melakukan penyimpanan di tempat lain dikategorikan sebagai sampel yang tidak terpapar pestisida.

4. Keterlibatan Ibu Hamil dalam Pencampuran Pestisida.

Kelompok kasus yang terlibat dalam mencampurkan pestisida pada masa kehamilan sebanyak 4 orang (19%) sedangkan yang tidak terlibat sebanyak 17 orang (81%). Kelompok kontrol yang terlibat dalam mencampurkan pestisida pada masa kehamilan sebanyak 2 orang (9,5%) dan yang tidak terlibat sebanyak 19 orang (90,5%).

5. Keterlibatan Ibu Hamil di Lokasi Penyemprotan Pestisida.

Kelompokkasus yang terlibat di lokasi penyemprotan pestisida pada masa kehamilan sebanyak 5 orang (23,8%) sedangkan yang tidak terlibat sebanyak 16 orang (76,2%). Kelompok kontrol yang terlibat di lokasi penyemprotan pestisida pada masa kehamilan sebanyak 1 orang (4,8%) dan yang tidak terlibat sebanyak 20 orang (95,2%).

6. Keterlibatan Ibu Hamil dalam Membersihkan Bahan dan Alat Semprot Pestisida.

Kelompok kasus yang terlibat membersihkan bahan dan alat semprot pestisida pada masa kehamilan sebanyak 4 orang (19%) sedangkan yang tidak terlibat sebanyak 17 orang (81%). Kelompok kontrol yang terlibat di lokasi penyemprotan pestisida pada masa kehamilan sebanyak 2 orang (9,5%) dan yang tidak terlibat sebanyak 19 orang (90,5%).


(44)

5.1.4 Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Pada saat wawancara, untuk responden kelompok kontrol dipersilahkan untuk mengisi berat badan bayi saat lahir, sedangkan untuk kelompok kasus, informasi mengenai berat badan lahir bayi tertera pada data rekam medis Rumah Bersalin Bidan Kita Berastagi.


(45)

Tabel 5.2 Paparan Pestisida terhadap Kelompok Kasus dan Kontrol Paparan Pestisida Kelompok

Kasus

Kelompok Kontrol

Jumlah Keterlibatan Ibu Hamil

dalam Penyemprotan

Pestisida f(orang) % f(orang) % f(orang) %

Ya 8 38,1 3 14,3 11 26,2

Tidak 13 61,9 18 85,7 31 73,8

Total 21 100 21 100 42 100

Penggunaan Alat

Pelindung Diri f(orang) % f(orang) % f(orang) %

Ya 7 33,3 7 33,3 14 33,3

Tidak 14 66,7 14 66,7 28 66,7

Total 21 100 21 100 42 100

Lokasi Penyimpanan Alat

& Bahan Pestisida f(orang) % f(orang) % f(orang) %

Rumah 5 23.8 5 23,8 10 23,8

Bukan rumah 16 76.2 16 76,2 32 76,2

Total 21 100 21 100 42 100

Keterlibatan Ibu Hamil dalam Pencampuran

Pestisida f(orang) % f(orang) % f(orang) %

Ya 4 19 2 9,5 6 14,29

Tidak 17 81 19 90,5 36 85,71

Total 21 100 21 100 42 100

Keterlibatan Ibu Hamil di Lokasi Penyemprotan

Pestisida f(orang) % f(orang) % f(orang) %

Ya 5 23,8 1 4,8 6 14,3

Tidak 16 76,2 20 95,2 36 85,7

Total 21 100 21 100 42 100

Keterlibatan Ibu Hamil dalam Membersihkan Bahan dan Alat Semprot

Pestisida f(orang) % f(orang) % f(orang) %

Ya 4 19 2 9,5 6 14,29

Tidak 17 81 19 90,5 36 85,71


(46)

5.1.5 Hasil Analisis Data

Hipotesis mengenai hubungan paparan pestisida selama kehamilan terhadap kejadian berat badan lahir rendah diujji dengan menggunakan bantuan computer program SPSS for Windows versi 17,0. Hipotesis diuji secara bersama-sama antara variabel independen dan dependen. Dari hasil wawancara dan pengisian kuesioner diperoleh 42 sampel. Data ini nantinya akan dianalisis dengan menggunakan uji hipotesis Chi Square.

1. Hubungan Keterlibatan Ibu Hamil dalam Penyemprotan Pestisida terhadap Kejadian BBLR di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.

Menurut Sastroasmoro (2011),uji hipotesis yang digunakan jika kedua variabel baik independen dan variabel berupa nominal nominal yakni uji Chi Square dan uji Fisher. Uji Fisher hanya digunakan untuk total sampel yang kurang dari 20. Untuk jumlah sampel di atas 40 di gunakan uji hipotesis Chi Square. Tabel mengenai hubungan keterlibatan ibu hamil dalam penyemprotan pestisida terhadap kejadian BBLR akan disajikan pada tabel di bawaah ini:

Tabel 5.3 Hubungan Keterlibatan Ibu Hamil dalam Penyemprotan Pestisida terhadap Kejadian BBLR di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.

Karakteristik Keterlibatan Ibu Hamil dalam Penyemprotan Pestisida

Odds Ratio

(CI 0,819-16,656)

Nilai Signifikansi Terlibat Tidak Terlibat

f(orang) % f(orang) % Kelompok

Kasus

8 38,1 13 61,9 3,692 0,079

Kelompok Kontrol


(47)

Dari hasil uji Chi Square didapatkan hasil yang tidak bermakna antara keterlibatan ibu hamil dalam penyemprotan pestisida secara langsung dengan kejadian BBLR. Dari uji Chi Square diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,079. Karena dari perhitungan uji statistik didapati nilai Chi Square lebih besar dari 0,05 maka secara statistic tidak ada hubungan antara keterlibatan ibu hamil dalam penyemprotan pestisida secara langsung terhadap kejadian BBLR di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo. Nilai Odds Ratio (OR) sebesar 3,692 sebagai faktor resiko juga tidak signifikan karena Confidence Interval (CI) berada pada rentang 0,819-16,656.

2. Hubungan Penggunaan Alat Pelindung Diri saat Terpapar Pestisida terhadap Kejadian BBLR di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.

Tabel mengenai hubungan penggunaan alat pelindung diri saat terpapar pestisida terhadap kejadian BBLR akan disajikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.4 Hubungan Penggunaan Alat Pelindung Diri saat Terpapar Pestisida terhadap Kejadian BBLR di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.

Karakteristik Penggunaan Alat Pelindung Diri Odds Ratio (CI

0,277-3,608)

Nilai Signifikansi

Tidak Ya

f(orang) % f(orang) %

Kelompok Kasus

7 33,3 14 66,7 1 1

Kelompok Kontrol

7 33,3 14 66,7

Dari hasil uji Chi Square didapatkan hasil yang tidak bermakna antara penggunaan alat pelindung diri dengan kejadian BBLR. Dari uji Chi Square

diperoleh nilai signifikansi sebesar 1. Karena dari perhitungan uji statistik didapati nilai Chi Square lebih besar dari 0,05 maka secara statistik tidak ada hubungan antara penggunaan alat pelindung diri saat terpapar pestisida terhadap kejadian


(48)

BBLR di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo. Nilai OR sebesar 1 secara statistik bukan merupakan faktor protektif ataupun faktor resiko. Tetapi nilai ini juga tidak signifikan karena CI berada pada rentang 0,277-3,608.

3. Hubungan Lokasi Penyimpanan Alat dan Bahan Pestisida Pestisida terhadap Kejadian BBLR di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.

Hubungan lokasi penyimpanan alat & bahan pestisida pestisida terhadap kejadian BBLR akan disajikan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 5.5 Hubungan Lokasi Penyimpanan Alat dan Bahan Pestisida Pestisida Terhadap Kejadian BBLR di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.

Karakteristik Lokasi Penyimpanan Alat dan Bahan Pestisida

Odds Ratio

(CI 0242-4,138)

Nilai Signifikansi

Rumah Bukan Rumah

f(orang) % f(orang) % Kelompok

Kasus

6 23,8 15 76,2 1 1

Kelompok Kontrol

6 23,8 15 76,2

Dari hasil uji Chi Square didapatkan hasil yang tidak bermakna antara lokasi penyimpanan alat dan bahan pestisida dengan kejadian BBLR. Dari uji Chi Square diperoleh nilai signifikansi sebesar 1. Karena dari perhitungan uji statistik didapati nilai Chi Square lebih besar dari 0,05 maka tidak ada hubungan antara lokasi penyimpanan alat dan bahan pestisida terhadap BBLR di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo. Nilai OR sebesar 1 secara statistik bukan merupakan faktor protektif ataupun faktor resiko. Tetapi nilai ini juga tidak signifikan karena CI berada pada rentang 0242-4,138.


(49)

4. Hubungan Keterlibatan Ibu Hamil dalam Pencampuran Pestisida terhadap Kejadian BBLR di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.

Hubungan keterlibatan ibu hamil dalam pencampuran pestisida terhadap kejadian BBLR akan di sajikan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 5.6 Hubungan Keterlibatan Ibu Hamil dalam Pencampuran Pestisida terhadap Kejadian BBLR di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.

Karakteristik Keterlibatan Ibu Hamil dalam Pencampuran Pestisida

Odds Ratio

(CI 0,362-13,784)

Nilai Signifikansi Terlibat Tidak Terlibat

f(orang) % f(orang) %

Kelompok Kasus

4 19 17 81 2,235 0,378

Kelompok Kontrol

2 9,5 19 90,5

Dari hasil uji Chi square didapatkan hasil yang tidak bermakna antara keterlibatan ibu dalam pencampuran pestisida terhadap kejadian BBLR. Dari uji

Chi Square diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,378. Karena dari perhitungan uji statistik didapati nilai Chi Square lebih besar dari 0,05 maka tidak ada hubungan antara keterlibatan ibu dalam pencampuran pestisida terhadap kejadian BBLR di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo. Nilai OR sebesar 2,235 sebagai faktor protektif juga tidak signifikan karena CI berada pada rentang 0,362-13,784.


(50)

5. Hubungan Keterlibatan Ibu Hamil di Lokasi Penyemprotan Pestisida terhadap Kejadian BBLR di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.

Hubungan keterlibatan ibu hamil di lokasi penyemprotan pestisida terhadap kejadian BBLR disajikan di dalam tabel di bawah ini:

Tabel 5.7 Hubungan Keterlibatan Ibu Hamil di Lokasi Penyemprotan Pestisida Kejadian BBLR di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo

Karakteristik Keterlibatan Ibu Hamil di Lokasi Penyemprotan Pestisida

Odds Ratio

(CI 0,662-59,027)

Nilai Signifikansi Terlibat Tidak Terlibat

f(orang) % f(orang) %

Kelompok Kasus

5 23,8 1 4,8 6,250 0,078

Kelompok Kontrol

16 76,2 20 95,2

Dari hasil uji Chi Square didapatkan hasil yang tidak bermakna antara keterlibatan ibu hamil dalam di lokasi penyemprotan pestisida dengan kejadian BBLR. Dari uji Chi Square diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,078. Karena dari perhitungan uji statistik didapati nilai Chi Square lebih besar dari 0,05. Maka secara statistik tidak ada hubungan antara keterlibatan ibu hamil di lokasi penyemprotan pestisida terhadap kejadian BBLR di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo. Nilai OR sebesar 6,250 sebagai faktor protektif juga tidak signifikan karena nilai CI berada pada rentang 0,662-59,027.

6. Keterlibatan Ibu Hamil dalam Membersihkan Bahan dan Alat Semprot Pestisida terhadap Kejadian BBLR di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.


(51)

Hubungan keterlibatan ibu hamil membersihkan bahan dan alat semprot pestisida terhadap kejadian BBLR disajikan di dalam tabel di bawah ini:

Tabel 5.8 Hubungan Keterlibatan Ibu Hamil dalam Membersihkan Bahan dan Alat Semprot Pestisida terhadap Kejadian BBLR di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo

Karakteristik Keterlibatan Ibu Hamil dalam Membersihkan Bahan dan Alat

Semprot Pestisida

Odds Ratio

(CI 0,362-13,784)

Nilai Signifikansi

Terlibat Tidak Terlibat

f(orang) % f(orang) %

Kelompok Kasus

4 19 2 9,5 2,235 0,378

Kelompok Kontrol

17 81 19 90,5

Dari hasil uji Chi Square didapatkan hasil yang tidak bermakna antara keterlibatan ibu hamil dalam membersihkan bahan dan alat semprot pestisida dengan kejadian BBLR. Dari uji Chi Square diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,378. Karena dari perhitungan uji statistik didapati nilai Chi Square lebih besar dari 0,05. Maka secara statistik tidak ada hubungan antara keterlibatan ibu hamil dalam membersihkan bahan dan alat semprot pestisida terhadap kejadian BBLR di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo. Nilai OR sebesar 2,235 sebagai faktor protektif juga tidak signifikan karena nilai CI berada pada rentang 0,362-13,784.


(52)

5.2 Pembahasan

Penelitian Sathyanarayana et al. (2010) dan Dąbrowski et al., (2003) menemukan tidak ada hubungan antara paparan pestisida dengan kejadian BBLR. Pernyataan ini dipertegas oleh penelitian Liang et al.(2012) dimana juga menemukan hubungan non signifikan antara paparan pestisida dengan kejadian BBLR.

Ketika pestisida masuk kedalam tubuh maka zat ini akan mengikat enzim asetilkolinesterase. Karena enzim ini menjadi inaktif maka penumpukan asetilkolin menumpuk dalam tubuh dan menjadi toksik terhadap tubuh(Bambang et al.,2013). Namun ketiadaan hubungan antara paparan pestisida dengan BBLR disebabkan oleh waktu paruh ikatan antara enzim dan zat pestisida ini sangat singkat sehingga efek toksisitas pada manusia tidak timbul dalam dosis pestisida yang masih sedikit dalam tubuh. Selain itu waktu paruh yang singkat ini menyebabkan sulitnya dipelajari efek toksisitas pestisida dalam tubuh manusia Sathyanarayana et al. (2010). Sedangkan menurut Dąbrowski et al., (2003) hanya jenis pestisida karbamil yang menyebabkan BBLR.

Tidak adanya hubungan antara paparan pestisida terhadap BBLR bisa juga dikarenakn sistem pertahanan. Tubuh memiliki pertahanan internal dan eksternal. Keduanya memiliki mekanisme yang berbeda. Pertahanan internal diperankan oleh sistem imun. Sistem imun merupakan pertahanan tubuh untuk mengenal, menghancurkan ataupun menetralkan benda yang dianggap asing oleh tubuh misalnya mempertahankan tubuh dari invasi mikrooorganisme pathogen seperti virus, bakteri ataupun jamur. Selain itu sistem imun juga berperan menghancurkan sel-sel tubuh yang mengalami mutasi atau sel-sel tubuh yang abnormal sebagai suatu pertahanan utama terhadap kanker (Sherwood,2014)

Menurut carneiro (2002) pertahanan eksternal yang paling utama adalah kulit. Dikatakan sebagai pertahanan eksternal karena terpajan secara langsung terhadap lingkungan eksternal jaringan tubuh. Kulit bukan hanya berperan sebagai sawar mekanis tetapi berperan dalam mencegah invasi mikroorganisme,


(1)

39

5.2 Pembahasan

Penelitian Sathyanarayana et al. (2010) dan Dąbrowski et al., (2003) menemukan tidak ada hubungan antara paparan pestisida dengan kejadian BBLR. Pernyataan ini dipertegas oleh penelitian Liang et al.(2012) dimana juga menemukan hubungan non signifikan antara paparan pestisida dengan kejadian BBLR.

Ketika pestisida masuk kedalam tubuh maka zat ini akan mengikat enzim asetilkolinesterase. Karena enzim ini menjadi inaktif maka penumpukan asetilkolin menumpuk dalam tubuh dan menjadi toksik terhadap tubuh(Bambang et al.,2013). Namun ketiadaan hubungan antara paparan pestisida dengan BBLR disebabkan oleh waktu paruh ikatan antara enzim dan zat pestisida ini sangat singkat sehingga efek toksisitas pada manusia tidak timbul dalam dosis pestisida yang masih sedikit dalam tubuh. Selain itu waktu paruh yang singkat ini menyebabkan sulitnya dipelajari efek toksisitas pestisida dalam tubuh manusia Sathyanarayana et al. (2010). Sedangkan menurut Dąbrowski et al., (2003) hanya jenis pestisida karbamil yang menyebabkan BBLR.

Tidak adanya hubungan antara paparan pestisida terhadap BBLR bisa juga dikarenakn sistem pertahanan. Tubuh memiliki pertahanan internal dan eksternal. Keduanya memiliki mekanisme yang berbeda. Pertahanan internal diperankan oleh sistem imun. Sistem imun merupakan pertahanan tubuh untuk mengenal, menghancurkan ataupun menetralkan benda yang dianggap asing oleh tubuh misalnya mempertahankan tubuh dari invasi mikrooorganisme pathogen seperti virus, bakteri ataupun jamur. Selain itu sistem imun juga berperan menghancurkan sel-sel tubuh yang mengalami mutasi atau sel-sel tubuh yang abnormal sebagai suatu pertahanan utama terhadap kanker (Sherwood,2014)

Menurut carneiro (2002) pertahanan eksternal yang paling utama adalah kulit. Dikatakan sebagai pertahanan eksternal karena terpajan secara langsung terhadap lingkungan eksternal jaringan tubuh. Kulit bukan hanya berperan sebagai sawar mekanis tetapi berperan dalam mencegah invasi mikroorganisme,


(2)

bahan-bahan kimia maupun yang bersifat toksik bagi tubuh. Kulit terdiri atas dermis dan epidermis. Epidermis terdiri atas epitel berlapis gepeng dan dermis terdiri dari jaringan ikat yang melekatkan epidermis dengan jaringan subkutan. Epidermis memiliki 5 lapisan yaitu stratum basalis, stratum spinosum, stratum granulosum, stratum lusidum, dan stratum korneum. Stratum basalis terletak di perbatasan epidermis dan dermis. Stratum basalis memiliki aktivitas mitosis yang sangat tinggi dan bertanggung jawab atas pembaruan sel-sel epidermis. Stratumspinosum memiliki berkas keratin atau tonofilamen yang berfungsi mempertahankan kohesi antar sel dan melawan efek abrasi. Oleh karena itu pada daerah-daerah yang terkena gesekan dan tekanan secara terus menerus seperti teapak kaki memiliki stratum spinosum yang lebih tebal dan tonofilmen yang lebih banyak. Stratum granulosum memiliki granul lamella yang nantinya akan mengeluarkan sekretnya yang berfungsi sebagai sawar terhadap masuknya benda asing.Stratum lusidum terutama tediri atas filament keratin padat. Stratum korneum dipenuhi oleh skleroprotein filamentosa birefringen yang akan berubah menjadi sel tanduk setelah mengalami keratinisasi.

Menurut Sherwood(2011), lapisan epidermis tidak memiliki vaskularisasi. Lapisan ini memperoleh nutrisi dari vaskularisasi lapisan dermis yang ada di bawahnya. Lapisan dermis bagian dalam yang terus hidup dan membelah untuk menghasilkan sel-sel yang baru akan menyebabkan sel-sel lama semakin terdorong keluar atau dengan kata lain semakin jauh dari vaskularisasi. Selain semakin jauh dari vaskularisasi, kenyataan bahwa lapisan terluar dari lapisan epidermis ini terpapar langsung dengan lingkungan eksternal menyebabkan

lapisan ini mengalami “wear and tear”. Ketiadaan vaskularisasi dan mengalami abrasi dengan lingkungan eksternal menyebabkan sel-sel epidermis terluar ini mati dan nantinya akan digantikan oleh sel-sel yang baru oleh stratum basalis.

Ketika lapisan terluar ini mati maka skleroprotein filamentosa birefringen yang terdapat dilapisan stratum korneum akan mengalami keratinisasi menjadi sel tanduk yang mengandung keratin. Keratin bersifat protektif kuat yang kedap air,


(3)

41

stratum korneum bervariasi disetiap bagian tubuh. Lapisan yang paling tebal berada di daerah yang mengalami tekanan yang paling besar seperti telapak kaki. Pertahanan eksternal lainnya yaitu adanya usaha tubuh untuk meghambat bahan karsinogenik atau toksik yang berkontak dengan permukaan tubuh bahkan memodifikasinya menjadi senyawa yang tidak berbahaya. Selain itu mekanisme tubuh lain adanya pertahanan sistem pencernaan bagian atas dimana bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh pada bagian ini akan mengaktifkan chemoreseptor triger zone disamping pusat muntah yang akan memicu reflek muntah untuk mengeluarkan bahan-bahan berbahaya ini Sherwood(2011).


(4)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat diambil kesimpulan mengenai hubungan paparan pestisida dengan kejadian berat badan lahir rendah sebagai berikut:

1. Secara statistik tidak terdapat hubungan penyemprotan pestisida secara langsung terhadap kejadian BBLR.

2. Secara statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan alat pelindung diri terhadap kejadian BBLR.

3. Secara statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tempat penyimpanan pestisida terhadap kejadian BBLR.

4. Secara statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara partisipasi ibu mencampurkan pestisida terhadap kejadian BBLR.

5. Secara statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara keterlibatan ibu di lokasi penyemprotan pestisida terhadap kejadian BBLR.

6. Secara statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara keterlibatan ibu membersihkan bahan dan alat semprot pestisida terhadap kejadian BBLR.

6.2 Saran

Untuk peneliti selanjutnya agar meneliti hubungan antara paparan pestisida dengan kejadian berat badan lahir rendah dilakukan dengan metode penelitian yang sama tetapi dengan jumlah sampel yang lebih banyak.


(5)

43

DAFTAR PUSTAKA

Alya, Dian.2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh Tahun 2013. Banda Aceh : STIKES Ubudiyah.

Dabrowski, S., Wojciech, H., King, P., Teresa, M.D., Wojciech, S. 2003.Pesticide Exposure and Birthweight: An Epidemiological Study in Central Poland. International Journal of Occupational Medicine and Environmental Health 16(1): 31—39 [Accessed 28 April 2014].

Hossain, Nazli et al. 2009. Environmental factors implicated in the causation of adverse pregnancy outcome. Available From:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2795358/ [Accessed 28 April 2014].

Kim, G.H., Karen, H., Raul, A.S., Nina, T.H., Asa, B., Dana, B.B., Brenda, E. 2011.Association of Organophosphate Pesticide Exposure and Paraoxonase with Birth Outcome in Mexican-American Women. Public Library Of Science 8(6): 1-10 available From:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3164135/ [Accessed 28 April 2014].

Liang, W., Tiejian, W., Xuefeng, L., James, L.A., Arsham, A., Maosun, F., Jun, L. 2012. Pesticide exposure during pregnancyand low birth weight. WHO South-East Asia Journal of Public Health 2012;1(3):232-238 available From:http://www.searo.who.int/publications/journals/seajph/whoseajphv1i3 p232.pdf [Accessed 28 April 2014].

Loffredo, C.A., Ellen, K., Silbergeld., Charlotte, F.,Jianyi, Z. 2001. Association of Transposition of the Great Arteries in Infants with Maternal Exposures to Herbicides and Rodenticides. American Journal of Epidemiology 5(105). 514-520 avaiable from :http://aje.oxfordjournals.org/content/153/6/529.long [Accessed 28 April 2014].

Purba, Imelda, Gernauli.2009. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kadar Kolinesterase pada Perempuan Usia Subur di Daerah

Pertanian.Semarang: Universitas Dipenogoro

Reicman, N.E., 2005.Low Birth Weight and School Readiness. Spring 2005 1(15): 91-116 available from


(6)

http://futureofchildren.org/publications/journals/article/index.xml?journalid =38&articleid=118&sectionid=775 [Accessed 28 April 2014].

Roberts, J.R., Catherine, J. K. 2012. Pediatrics.America. Official Journal of The American Academy of Pediatrics 2012 6(130). available From

http://pediatrics.aappublications.org/content/130/6/e1765.long [Accessed 28 April 2014].

Sari, Noni, Kartika, dkk. 2013. Hubungan Riwayat pajanan Pestisida pada Ibu Hamil dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Wanasari Kabupateb Brebes. Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Diponogoro. [Accessed 28 April 2014].

Sathyanarayana, sheela et al.2010.Maternal Pesticide Use and Birth Weight in the Agricultural Health Study. Available from

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2905891/ [Accessed 28 April 2014].

Setiyobudi, Bambang dkk. 2013. Hubungan Paparan Pestisida pada Masa Kehamilan dengan Kejadian Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. [Accessed 28 April 2014]. Sherwood, Lauralee.2009. Fisiologi manusia. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran

EGC

Sobotta.2007. Sobotta Anatomie ds Menschen Der Komplete Atlas in Einem Band.Munchen: Elsevier GmbH

Widaryana, Made, Dewa, I.2002. Studi Faktor Risiko Penggunaan Kayu Bakar terhadap Kejadian bayi Berat Lahir Rendah. Universitas Dipenogoro, Semarang

World Health Organization (WHO).2011. Guidelines on Optimal feeding of low birthweight infants in low-and middle-income countries 2011

Xiaobin,Wang, et al. 1997. Association between Air Pollution and Low Birth Weight: A Community based study.[Accessed 28 April 2014].