Metode dan Analisis Data

20 Keikutsertaan di sini bukan dalam masalah yang dibicarakan, melainkan memperhatikan bahasa yang digunakan oleh mitra wicara. Teknik selanjutnya adalah teknik catat, yaitu mencatat semua data yang diproleh dari sumber data ke dalam kartu data. Data-data yang telah di proleh kemudian diklasifikasikan dalam bentuk kata dan dalam kategori katanya. Pengklasifikasian bentuk kata ini adalah untuk memudahkan dalam menganalisis data tersebut.

3.3 Metode dan Analisis Data

Metode yang digunakan pada tahap analisis data dalam penelitian ini adalah metode agih Sudaryanto,1993: 13-15. Metode agih adalah metode yang memadankan sesuatu dengan objek yang berasal dari bahasa itu sendiri. Teknik dasarnya adalah teknik bagi unsur langsung yaitu membagi satuan lingual datanya menjadi beberpa unsur berdasarkan intuisi kebahasaan. Selanjutnya, teknik yang digunakan adalah teknik ganti, yaitu mengganti konteks yang mendukung data itu dengan konteks yang berbeda dari data tersebut Sudaryanto,1993:336. Misalnya kalimat: Hari Uwes Panas Jemuri Kainmu Hari Sudah Panas Jemurilah Kainmu, dibagi menjadi empat bagian, yaitu; HariUwes PanasJemuriKainmu. Dengan demikian dapatlah ditentukan kata yang akan dianalisis. Polisemi pada kalimat tersebut adalah Kata Panas ‘Panas’, selanjutnya teknik yang digunakan adalah teknik ganti, yaitu mengganti konteks yang mendukung data itu dengan konteks yang berbeda dari data tersebut Sudaryanto, 1993 : 36 Universitas Sumatera Utara 21 Misalnya: 1 a ‘ Hari Uwes Panas Jemuri Kainmu ‘ Sudah Panas Hari Jemurlah Kainmu’ ‘ Hari Sudah Panas Jemurlah Kainmu’ b ‘ Uwes Panas Anake Karena Keneng Hujan’. ‘ Sudah Panas Anaknya Karena Kena Hujan ‘ ‘ Anaknya Sakit, Karena Kena Hujan’. Dari contoh di atas, pada kalimat tersebut kata panas, merujuk pada contoh 1a merupakan kata dasar yang memiliki makna dasar yaitu, ‘ Panas ‘. Pada kalimat berikutnya merujuk pada contoh 1b kata ‘Panas’ merupakan kata yang memiliki makna baru, yang konteksnya pada kalimat merujuk kepada orang. Maka makna pada kata itu berubah menjadi ‘ Demam atau Sakit ‘. Namun, karena adanya keterkaitan makna antara ‘ Panas ‘ dan ‘ Demam atau Sakit ‘. Maka, kata panas itu digolongkan ke dalam polisemi yang berkategori kata Adjektiva, kata sifat . Dalam bahasa Jawa Ngoko kata yang berpolisemi atau bermakna ganda sangatlah banyak. Sebab sebuah kata itu dapat digunakan dalam beberapa konteks, yang dapat menimbulkan beberapa makna atau lebih dari satu makna pada sebuah kata. Universitas Sumatera Utara 22

BAB IV PEMBAHASAN

POLISEMI DALAM BAHASA JAWA NGOKO Polisemi merupakan gejala atau pemakaian sebuah bentuk kata, frase atau kalimat yang memiliki lebih dari satu makna Sibarani,2003:52. dalam polisemi, makna ganda itu pada umumnya masih mempunyai hubungan atau kaitan makna satu sama lain, sebuah kata memiliki makna ganda dalam polisemi karena kata itu dimasukan dalam pemakaian kalimat, sebelum sebuah kata dimasukan ke dalam konteks, baik konteks tekstual maupun konteks situasional sebuah kata itu hanya memiliki satu makna dan baru memiliki lebih dari satu makna setelah digunakan dalam konteks kalimat.

4.1 Bentuk Kata Polisemi Bahasa Jawa Ngoko