Penyebab Perubahan Makna Polisemi Penyebab Polisemi

14 pertukaran tanggapan indra, 6 perbedaan tanggapan pemakaian, 7 adanya penyingkatan, 8 proses gramatikal, dan 9 pengembangan istilah chaer,1995:131-140. Kata-kata dalam bahasa Indonesia dapat mengalami perubahan makna, di antaranya: berupa perluasan, penyempitan, penghalusan, dan pengasaran makna. 1 perluasan makna adalah perubahan makna kata dari yang lebih khusussempit ke makna yang lebih umumluas. Jadi, cakupan makna barusekarang lebih luas daripada makna semula. 2 penyempitan makna adalah perubahan makna kata dari yang lebih umumluas menjadi makna yang lebih khusussempit. 3 makna suatu kata kadang dirasakan kurang pantashalus, kemudian timbullah bentuk kata dngan makna yang halus untuk menggantikan kata tersebut. Proses ini disebut penghallusan makna. Kebalikan dari penghalusan makna adalah pengasaran makna. Orang yang marah cenderung menggunakan kata-kata yang maknanya lebih kasarrendah daripada kata yang bermakna halustinggi. 4 pengasaran makna, yaitu mengganti kata yang bermakna halus tinggi dengan kata yang bermakna kasarrendah.

2.2.4.1 Penyebab Perubahan Makna Polisemi

Berdasarkan pemakaianya, bahasa mengalami perkembangan,pergeseran, atau perubahan makna yang terjadi secara 1 meluas, yakni bila suatu bentuk kebahasaan mengalami berbagai penambahan makna yang keseluruhannya digunakan secara umum, misalnya: kata menarik yang semula berkaitan dengan tali, maknanya meluas sehingga diartikan cantik, cakap, simpatik, menyenangkan, baik, maupun menjadikan anggota. 2 menyempit, yakni apabila makna suatu kata semakin memiliki spesifikasi ataupun spesialisasi, misalnya kata guru pada mulanya diartikan pembimbing rohani, pengajar silat, sehingga dikenal pula kata perguruan akhirnya memiliki pengertian khusus pengajar di sekolah sebagai salah satu bidang profesi. Makna kata Universitas Sumatera Utara 15 juga dapat mengalami pergeseran atau perubahan akibat adanya sikap dan penilaian tertentu masyarakat pemakaiannya. Dalam hal ini makna dapat mengalami 1 peyorasi yakni apabila makna suatu kata akhirnya dianggap memiliki nilai rendah atau memiliki konotasi negatif. Misalnya kata ngamar semula mengandung makna berada di kamar, tetapi akhirnya dapat mengandung pengertian negatif sehingga pemakaiannya pun berusaha dihindari. 2 ameliorasi, yakni bila suatu kata memiliki makna yang mamiliki nilai maupun konotasi lebih baik dari makna sebelumnya. Kata yang mengalami ameliorasi. Misalnya, kata gambaran yang semula hanya mengandung makna hasil kegiatan menggambar dengan masuknya kata abstraksi kata gambaran dapat mengandung pengertian pembayangan secara imajinatif, kata wanita yang lebih dekat dengan bentuk betina akhirnya memiliki nilai lebih baik daripada perempuan,Aminuddin,2001:130

2.2.4.2 Penyebab Polisemi

Dalam pemakaian bahasa, polisemi itu timbul disebabkan oleh beberapa bagian berikut: 1. 1. Perluasan Pemakaian Perluasan pemakain sebuah kata pada mulanya digunakan untuk satu kontekstual tertentu, tetapi kata itu kemudian mengalami perluasan pemakaian pada konteks lain. misalnya: kata jatuh yang memiliki makna konseptual ‘meluncur ke bawah dengan cepat’ yang kemudian mengalami perluasan pemakaian seperti: 1 jatuh cinta yang bermakna ‘menaruh hati kepada’, 2 jatuh harga ‘turun harga’ 3 jatuh dalam waktu ujian ‘gagal dalam ujian’. Universitas Sumatera Utara 16 2. Pemakaian Khas pada Suatu Lingkungan Masyarakat Arti yang berbeda dari sebuah kata timbul karena dipakai oleh lingkungan masyarakat yang berbeda. Perbedaannya dengan faktor yang pertama adalah faktor kedua itu ditekankan pada lingkungan masyarakat pemakainya, sedangkan faktor pertama ditekankan pada bidang pemakaian. misalnya, kata operasi pada bidang kedokteran yang bermakna ‘pekerjaan membedah bagian tubuh untuk menyelamatkan nyawa’ pada bidang meliter kata operasi bermakna ‘kegiatan untuk melumpuhkan musuh atau memberantas kejahatan’ sedangkan bagi departemen tenaga kerja kata operasi bermakna ‘salah satu kegiatan yang akan atau sedang dilaksanakan’. 3. Pemakaian Kiasan Faktor yang ketiga, yang menyebabkan polisemi adalah pemakaian kata untuk makna kiasan. Sebuah kata digunakan dengan makna kiasan karena pemakaian bahasa ingin membandingkan, mengibaratkan, atau memisahkan suatu kejadian tertentu dengan kejadian lain. mislnya: kata bunga yang arti konseptualnya ‘bagian tumbuhan yang bakal buah warnanya indah dan beragam. namun, bentuk kata tersebut dijadikan sebagai kiasan sepeti pada kata: 1 bunga bibir ‘kata-kata manis’ 2 bunga hati ‘orang yang sangat disayangi’ 3 bunga uang ‘keuntungan dari meminjam dan menabung uang’ 4 bunga kehidupan ‘kesenangan hidup’. 4. Pemberdayaan Bahasa Faktor lain yang menyebabkan polisemi adalah pemberdayaan sebuah kata pada beberapa konteks berdasarkan pada makna dasarnya atau tetap berhubungan makna dengan Universitas Sumatera Utara 17 konseptualnya. Terbatasnya kata untuk mengungkapkan banyak hal mengakibatkansebuah kata perlu digunakan untuk beberapa konteks sehingga pada gilirannya mengakibatkan kata itu memiliki banyak makna. Pada hakikatnya, polisemi atau sebuah kata yang mempunyai makna ganda memberikan peluang bagi pemakai bahasa untuk berbahasa secara lebih kaya, lebih cermat, lebih bervariasi dengan tidak menimbulkan hambatan-habatan dalam berkomunikasi. Juga mendukung keperluan berbahasa karena pertimbangan-pertimbangan sosio-kultur tertentu. 2.3.Tinjauan Pustaka Berdasarkan studi pustaka yang dilakukan, ada sejumlah sumber yang relevan untuk dikaji dalam penelitian ini yakni, sebagai berikut: Bandana 2002 yang berjudul Polisemi Dalam Bahasa Bali, Banada menyimpulkan bahwa polisemi dalam bahasa Bali dapat ditinjau dari bentuknya, kategori katanya dan perubahan maknanya. Fahri Lubis 2004, dalam skripsinya yang berjudul Polisemi Dalam Bahasa Mandailing, menganalisis tentang bentuk kata polisemi, kategori kata polisemi serta perubahan makna polisemi. Dalam penelitiannya, dia menyimpulkan bahwa polisemi dalam bahasa Mandailing berdasarkan bentuknya kata dasar dan polisemi berbentuk kata kompleks. Berdasarkan katagori kata polisemi dalam bahasa Mandailing ada empat yaitu: polisemi Verba, polisemi Nomina, polisemi Adjektiva. Berdasarkan perubahan makna, polisemi dalam bahasa Mandailing ada dua yaitu perluasan makna dan pembelahan makna. Dari uraian di atas, jelas bahwa polisemi dalam bahasa Jawa Ngoko belum pernah diteliti. Mengingat banyaknya masalah yang akan diuraikan, antara lain: bentuk kata polisemi, kategori Universitas Sumatera Utara 18 bentuk polisemi, dan penyebab perubahan makna polisem, dengan mengacu pada penelitian sebelumnya diharapkan penelitian polisemi dalam bahasa Jawa Ngoko dapat terjawab. Naibaho 2008, dalam skripsinya yang berjudul Analisis Pemakaian Polisemi pada Harian Medan Bisnis Edisi Agustus 2007, menganalisis tentang polisemi yang terdapat dalam Harian Medan Bisnis Edisi Agustus 2007, dan jenis kata polisemi dalam Harian Medan Bisnis Edisi Agustus 2007. dalam penelitiannya dia menyimpulkan bahwa dalam Harian Medan Bisnia Edisi Agustus 2007 terdapat tiga kelas kata polisemi yakni polisemi Verba kata kerja sebanyak 60,57, polisemi Nomina kata benda sebanyak 35,21, polisemi Adjektiva kata sifatsebanyak 4,22. Rinawaty 1990, dalam skripsinya yang berjudul Tinjauan Pemakaian Polisemi pada Harian Suara Pembaharuan, dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa polisemi dalam harian suara pembaharuan lebih cenderung menggunakan kelas kata kerja serta tidak menimbulkan interpretasi yang berbeda karena telah digunakan pada kalimat yang tepat, sehingga informasi yang disampaikan dapat dipahami. Universitas Sumatera Utara 19 BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan sampel