114
AKPRIND dan telah mengenal baik pengelola dari Institut Sains dan Teknologi AKPRIND. Data e-learning sekolah seharusnya berada di
sekolah atau diperbolehkan berada di luar sekolah asalkan tetap dalam lingkup kewenangan pendidikan, misalnya berada di Dinas Pendidikan
Kota setempat untuk menjamin kerahasiaan data. Internet Service Provider ISP yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan akses internet pengguna e-learning adalah speedy, server jardiknas dan server jogjamedianet. Server jogja media net mengalami
kerusakan dan hingga saat ini belum diperbaiki oleh pihak sekolah sehingga mengurangi kesiapan internet di SMP N 5 Yogyakarta dalam
memenuhi kebutuhan internet sekolah.
b. Software
Software yang digunakan SMP N 5 Yoyakarta berupa moodle Modular Object-Oriented Dynamic Learning Environment yaitu
software Learning Management System yang bersifat open source, artinya memperbolehkan siapa saja menyalin, mendistribusikan,
mengedit, mendistribusikan ulang asalkan tetap mencantumkan referensi dan tetap menggunakan platform open source.
Software moodle yang digunakan adalah moodle versi 1.69 karena e-learning SMP N 5 Yogyakarta mulai dibuat pada awal tahun
2009 sehingga masih menggunakan versi moodle yang lama. Platform moodle dapat dilihat pada tampilan e-learning SMP N 5 Yogyakarta
berikut ini:
115
Gambar 14. Tampilan software moodle pada e-learning SMP N 5 Yogyakarta
Pemilihan software moodle bertujuan untuk mempermudah para guru dalam mengaplikasikan e-learning, meskipun begitu para guru
program RSBI masih tetap mengalami kesulitan tentang implementasi software ini dalam pembelajaran. Para guru mampu menyajikan materi
dalam e-learning tetapi masih kebingungan bagaimana seharusnya menggunakan e-learning ini dalam proses pembelajaran. Pengelola
e-learning belum dapat mengembangkan software ini karena pembuatan e-learning ditangani oleh Institut Sains dan Teknologi
AKPRIND. Tim pengelola e-learning di SMP N 5 Yogyakarta hanya bertugas mengelola yang sudah ada dari Institut Sains dan Teknologi
AKPRIND.
116
Software moodle memuat aplikasi-aplikasi yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan suatu pembelajaran, antara lain aplikasi
penyajian materi, forum diskusi, chatting, calendar, dan quiz atau penugasan. Tampilan utama software moodle menyajikan halaman
yang memuat berita-berita terkait e-learning, kursus yang tersedia dalam e-learning sesuai domain mata pelajaran masing-masing,
calendar, chatting, event dan login. Software moodle membagi penyajian mata pelajaran ke dalam
domain-domain yang memorinya diatur oleh administrator sesuai kebutuhan pembelajaran. Domain mata pelajaran memuat materi ajar,
quiz, daftar peserta e-learning, dan penilaian tugas peserta didik. Materi disajikan dalam berbagai format antara lain microsoft word,
microsoft power point, dan bentuk-bentuk dokumen lain dengan tetap memperhatikan memori yang tersedia dalam domain. Quiz disajikan
dalam bentuk pilihan ganda dan essay yang dilengkapi dengan sistem penilaian. Artinya, ketika peserta didik mengerjakan quiz dalam
e-learning maka peserta didik dapat melihat skor yang diperoleh dari hasil mengerjakan quiz. Moodle mengatur aplikasi quiz agar dapat
diakses peserta didik lebih dari satu kali supaya mereka memperoleh kesempatan memperbaiki skor yang diperoleh jika merasa kurang puas
dengan skor yang diperoleh sebelumnya. Aplikasi chatting hanya dapat digunakan apabila guru dan peserta didik atau peserta didik
dengan peserta didik lain sedang online dalam waktu yang bersamaan.
117
Sistem pendaftaran anggota baru pada software e-learning ini adalah mengisi formulir pendaftaran anggota baru yang telah tersedia
dalam fitur moodle. Kemudian sistem moodle akan mengkonfirmasi keaggotaan pengguna dengan mengirimkan email balasan ke dalam
account email pengguna. Setelah pengguna menerima email balasan dari sistem moodle artinya pengguna telah terdaftar sebagai anggota
e-learning dan dapat mengakses e-learning dengan menuliskan user name dan password. Guru dan peserta didik yang telah terdaftar
sebagai pengguna e-learning akan memiliki account pribadi. Account ini terdiri dari user name dan password yang digunakan untuk
loginmasuk ke dalam e-learning. Setelah login, peserta didik dan guru dapat mengakses materi yang diinginkan.
c. Brainware
Pada aspek brainware atau staf pengelola e-learning, di tingkat SMP N 5 Yogyakarta memiliki tim pengelola e-learning yang terdiri
dari Unit Penjaminan Mutu UPM, admin, teknisi dan guru TIK yang bekerjasama mengelola e-learning. Tim pengelola bertugas merancang
penyelenggaraan e-learning di sekolah dan melayani kebutuhan para pengguna e-learning. Tim pengelola e-learning sekolah ini
bekerjasama dengan Institut Sains dan Teknologi AKPRIND sebagai pencipta e-learning SMP N 5 Yogyakarta.
118
Admin adalah orang yang sering berinteraksi dengan pengguna. Tugas admin adalah mengkonfirmasi keanggotaan baru, membagi
domain untuk tiap mata pelajaran, mengupdate informasi e-learning dan membantu kesulitan-kesulitan yang dihadapi pengguna e-learning
baik guru maupun peserta didik. Teknisi bertugas menangani perawatan dan perbaikan hardware agar siap digunakan oleh guru dan
peserta didik. Teknisi bekerja sama dengan admin dalam mengurus jaringan internet di sekolah. Guru TIK dan anggota UPM bertugas
merancang dan memantau penyelenggaraan e-learning oleh para guru untuk mengetahui sejauh mana tingkat ketercapaian penggunaan
e-learning di kalangan guru. Setelah mengetahui hasil ketercapaian penggunaan e-learning, maka UPM akan mengetahui guru yang sudah
menguasai aplikasi e-learning dan guru yang belum menguasai e-learning untuk selanjutnya diberikan pelatihan lebih lanjut.
Kekurangan dari tim pengelola e-learning di SMP N 5 Yogyakarta adalah belum adanya para ahli di bidang pembelajaran
digital, misalnya instructional designer dan grapic designer yang menangani penyajian bahan ajar agar menarik bagi peserta didik.
Selama ini tim pengelola terdiri dari para guru yang dianggap berkompeten tentang e-learning. Penerapan e-learning di SMP N 5
Yogyakarta baru dimulai sekitar akhir tahun 2009, maka para guru masih menyesuaikan diri dengan keberadaan e-learning dan belum
memperhatikan secara detail tentang penyajian bahan ajar yang
119
menarik bagi peserta didik. Selain itu, belum ada pelatihan khusus bagi admin, karena pelatihan bagi admin dilaksanakan bersamaan dengan
pelatihan bagi guru dengan materi yang sama sehingga pengetahuan admin tentang aplikasi e-learning pun minim, padahal peran admin
dan guru dalam e-learning berbeda. Secara
umum kesiapan
infrastruktur e-learning
untuk pemanfaatan e-learning pada program RSBI di SMP N 5 Yogyakarta
perlu pembenahan dalam hal ketersediaan jaringan internet di sekolah agar mampu memenuhi kebutuhan akses internet guru dan peserta
didik di SMP N 5 Yogyakarta. Penggunaan software sebaiknya menggunakan moodle yang terbaru agar sesuai dengan perkembangan
teknologi. Pemberdayaan bagi admin, teknisi dan anggota tim juga perlu ditingkatkan lagi untuk mencetak tim pengelola e-learning yang
handal agar dapat menghasilkan e-learning yang menarik. Semua itu akan tercapai jika para personel sekolah dan tim pengelola e-learning
memiliki komitmen yang tinggi terhadap kesuksesan penyelenggaraan e-learning di SMP N 5 Yogyakarta.
5. Penyelenggaraan E-learning Pada Proses Pembelajaran Program
RSBI di SMP N 5 Yogyakarta d.
Model penyelenggaraan e-learning
Penyelenggaraan e-learning pada proses pembelajaran program RSBI di SMP N 5 Yogyakarta menggunakan model asynchronous
e-learning, artinya guru dan peserta didik online di waktu dan tempat yang berbeda secara tidak bersamaan. Hal ini terjadi karena
120
keterbatasan waktu dan teknologi yang dimiliki para guru maupun peserta didik.
Faktanya, tidak semua guru dan peserta didik program RSBI memiliki kelengkapan teknologi untuk akses e-learning di rumah
masing-masing. Setiap guru dan peserta didik berasal dari latar belakang ekonomi yang berbeda sehingga kemampuan untuk memiliki
teknologi yang canggih juga berbeda. Sekolah tidak dapat menerapkan peraturan yang mengharuskan semua guru dan peserta didik program
RSBI untuk memiliki teknologi canggih demi menyelenggarakan e-learning. Selama ini sekolah berupaya menyediakan fasilitas akses
e-learning di sekolah, meskipun penyelenggaraan e-learning di SMP N 5 Yogyakarta lebih banyak dilaksanakan di luar pembelajaran tatap
muka. Pihak sekolah juga telah memberikan pinjaman lunak bagi guru yang ingin memiliki laptop pribadi, namun pihak sekolah juga menilai
terlebih dahulu apakah guru yang bersangkutan memang layak diberikan pinjaman atau tidak dilihat dari motivasi dan kemauannya
mengembangkan penguasaan terhadap Iptek. Pihak sekolah akan mendukung dan memberikan fasilitas bagi para guru yang mempunyai
komitmen tinggi untuk mengembangkan profesinya terkait pelaksanaan proses pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi bagi
program RSBI.
121
SMP N 5 Yogyakarta juga tidak mewajibkan peserta didiknya untuk mengakses e-learning apabila hal tersebut memberatkan peserta
didik. Bagi peserta didik yang memiliki komputer yang dilengkapi dengan jaringan internet, maka mereka dapat mengakses e-learning dari
rumah. Berbeda dengan peserta didik yang tidak memiliki komputer atau memiliki komputer tetapi tidak dilengkapi dengan jaringan
internet, maka mereka tidak dapat mengakses e-learning dari rumah. Peserta didik harus pergi ke warung internet untuk mengakses
e-learning dan tentunya hal ini memberatkan peserta didik. Mayoritas guru dan peserta didik program RSBI menggunakan
metode asynchronous e-learning pembelajaran e-learning yang tidak mengharuskan guru dan peserta didik online secara bersamaan dalam
proses pembelajaran agar peserta didik dapat mempelajari materi pelajaran di luar kelas sebagai bahan tambahan untuk meningkatkan
pemahaman terhadap mata pelajaran. Oleh karena itu, guru memanfaatkan aplikasi yang ada pada e-learning untuk memperkaya
metode penyajian materi kepada peserta didik seperti diskusi, quiz, teka-teki, penugasan dan sebagainya dalam berbagai format yang
mudah dipahami peserta didik. Guru program RSBI berusaha menyajikan materi secara menarik
agar peserta didik termotivasi mengakses e-learning, namun hal yang menyebabkan peserta didik program RSBI enggan mengakses
e-learning yaitu tampilan e-learning yang monoton, warnanya tidak
122
menarik, dan isinya jarang diupdate sehingga menurunkan minat peserta didik untuk mengaksesnya. Peserta didik program RSBI
menginginkan tampilan e-learning yang ceria dan komunikatif sesuai dengan karakteristik anak usia pendidikan SMP, bukan sekedar
e-learning yang menampilkan materi tanpa dilengkapi dengan hasil kreativitas pengelola e-learning baik dalam hal tampilan maupun
isinya. Proses pembelajaran program RSBI di SMP N 5 Yogyakarta
tetap lebih banyak face to face meeting dengan tambahan pembelajaran melaui e-learning, namun proses pembelajaran berbasis e-learning
bukan alternatif pengganti proses pembelajaran klasikal secara holistik. Kombinasi antara pembelajaran klasikal dan e-learning diharapkan
mampu menghasilkan sinergi yang produktif. Proses pembelajaran secara fisik di bangku sekolah akan tetap menjadi value dari human
interaction, sedangkan e-learning akan memberikan akses pada knowledge resource yang sangat kaya dari internet.
e. Waktu penyelenggaraan e-learning
Waktu penyelenggaraan e-learning di SMP N 5 Yogyakarta adalah di luar jam pelajaran tatap muka. Peserta didik bebas mengakses
e-learning dari mana pun dan kapan pun mereka inginkan karena materi tersedia secara online selama 24 jam. Dalam satistik pengguna
e-learning akan tercatat kapan waktu terakhir peserta didik mengakses materi e-learning, sehingga keaktifan dan aktivitas tiap peserta didik
123
dapat diketahui oleh guru mata pelajaran. Berdasarkan data e-learning sekolah, jumlah pengguna e-learning di SMP N 5 Yogyakarta baik dari
kalangan guru maupun kalangan peserta didik adalah 422 orang. Belum ada pemisahan jumlah pengguna e-learning dari kalangan guru dan
peserta didik. Peserta didik biasanya akan rajin mengakses e-learning ketika
mendekati saat-saat ujian untuk memperoleh soal-soal latihan yang disediakan guru sebagai bahan persiapan menghadapi ujian. Soal-soal
latihan ini berguna untuk mengukur pemahaman peserta didik terhadap materi yang sudah diajarkan oleh guru. E-learning juga akan diakses
ketika guru mata pelajaran memberikan tugas kepada peserta didik dalam e-learning. Apabila tidak mengakses e-learning, maka peserta
didik tidak akan memperoleh nilai dari guru mata pelajaran tersebut dan berdampak pula pada prestasi mereka.
Salah satu guru juga menerapkan batasan waktu akses materi pelajaran dalam e-learning, sehingga peserta didik tidak dapat
mengakses materi kapan pun di luar waktu yang telah ditentukan. Guru yang menerapkan sistem ini beralasan agar materi dapat diperbaharui
untuk pembelajaran selanjutnya. Hal ini tidak sejalan dengan tujuan penyelenggaraan e-learning yang seharusnya memberikan kemudahan
bagi peserta didik untuk mengakses sumber belajar kapan pun dan di mana pun tanpa adanya batasan waktu akses.