bersama – sama berpengaruh secara nyata terhadap penanaman modal asing di Indonesia. Sedangkan secara parsial uji t t hitung X
1
5,783 t
tabel 2,228 dan t hitung X
4
–6,957 t tabel –2,228 maka variabel ini
berpengaruh secara nyata terhadap penanaman modal asing di Indonesia sedangkan t hitung X
2
1,551 t tabel 2,228 maka variabel ini tidak
berpengaruh secara nyata terhadap penanaman modal asing di Indonesia.
g. Taufan 2006 “Analisis Beberapa Faktor yang Mempengaruhi
Penanaman Modal Asing di Jawa Timur” dapat ditarik kesimpulan bahwa dari hasil pengujian secara simultan diperoleh hasil F hitung sebesar
11,472 F tabel sebesar 3,48 berarti variabel X
1
, X
2
, X
3
, dan X
4
secara simultan berpengaruh nyata terhadap variabel Y. sehingga hipotesis yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat telah terbukti. Berdasarkan uji hipotesis secara parsial diperoleh t
hitung variabel tenaga kerja X
1
dapat memberikan kontribusi pengaruh nyata terhadap variabel terikat Y dengan nilai t hitung sebesar 2,429
t tabel sebesar 2,228. untuk variabel kurs valuta asing X
2
dapat memberikan kontribusi pengaruh yang nyata terhadap variabel terikat Y
dengan nilai t hitung sebesar –5,439 t tabel sebesar –2,228. Untuk
variabel bunga internasional X
3
dapat memberikan kontribusi pengaruh yang nyata terhadap variabel terikat Y dengan nilai t hitung sebesar
2,414 t tabel sebesar 2,228. Untuk variabel PDRB X
4
dapat memberikan kontribusi nyata terhadap variabel Y dengan nilai t hitung
sebesar 3,043 t tabel sebesar 2,228. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah
tenaga kerja, kurs valuta asing, suku bunga internasional, dan Produk Domestik Regional Bruto PDRB mempengaruhi penanaman modal
asing.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Investasi
2.2.2 Pengertian Investasi
Pengertian investasi menurut Nopirin 2000 : 134 investasi adalah
perubahan capital stock, maka teori tentang investasi haruslah dimulai dengan konsep jumlah Stock capital yang diinginkan Desiret Capital
Stock.
Sedangkan menurut Dorbucsch dan Fischer 1991 : 268 investasi adalah
pengeluaran yang ditujukan untuk meningkatkan maupun mempertahankan stok barang-barang modal.
Pengertian investasi adalah pengeluaran atau pembelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal
dan perlengkapan-perlengkapan produksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian.
Dalam prakteknya, dalam usaha untuk mencatat nilai penanaman modal yang diperlukan dalam satu tahun tertentu yang digolongkan
sebagai investasi pembentukan modal atau penanaman modal meliputi pengeluaran atau pembelanjaan berikut :
a. Pembelanjaan berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan
peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan.
b. Pembelanjaan untuk membangun rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan-bangunan lainnya.
c. Pertumbuhan nilai stok barang-barang yang belum terjual bahan mentah dan barang yang masih dalam proses produksi pada akhir
tahun perhitungan Pendapatan Nasional. Sukirno, 2002 : 107
Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa
mendatang. Umumnya investasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : 1. Financial Assets, dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat
deposito, commercial paper, Surat Berharga Pasar Uang SBPU, dan lainnya atau dilakukan di pasar modal misalnya berupa saham, obligasi,
opsi, dan lainnya.
2. Real Asset, diwujudkan dalam bentuk pembelian asset produktif,
penelitian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan,
dan lainnya. Halim, 2003 : 2
Pengertian investasi dari kedua pendapat tersebut kiranya dapat disimpulkan bahwa investasi atau penanaman modal itu merupakan
penanaman modal atau penggunaan uang bagi peningkatan kapasitas system produksi atau peningkatan asset dengan harapan modal yang
ditanamkan akan memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya di masa mendatang.
2.2.2.1 Teori Investasi
Masalah investasi baik penentuan jumlah maupun kesempatan untuk melakukan investasi oleh Keynes didasarkan atas konsep Marginal
Efficiency of Investment MEI yaitu bahwa investasi itu akan dijalankan oleh seseorang pengusaha bilamana MEI masih lebih tinggi dari pada
tingkat bunga interest. Secara garis besar, MEI ini digambarkan sebagai suatu schedule yang menurun. Schedule ini menggambarkan jumlah
investasi yang terlaksana pada setiap tingkat bunga.
Gambar 1 : Marginal Efficiency of Investment 3
Tingkat Pengembalian
Sumber :
Sukirno Sadono, 1995, Pengantar Ekonomi Makro Ekonomi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 112
Sumbu tegak menunjukkan tingkat pengembalian modal dan sumbu data menunjukkan jumlah investasi yang akan dilakukan. Pada
kurva Marginal Efficiency of Investment MEI ditunjukkan tiga buah titik : A, B dan C menggambarkan bahwa tingkat pengembalian modal adalah
R dan investasi adalah I
. Ini berarti titik A menggambarkan bahwa dalam perekonomian terdapat kegiatan investasi yang akan menghasilkan
tingkat pengembalian modal sebanyak R atau lebih tinggi, dan untuk
mewujudkan investasi tersebut modal yang diperlukan adalah sebanyak I .
Titik B dan C juga memberikan gambaran yang sama. Titik B menggambarkan wujudnya kesempatan untuk menginvestasi dengan
tingkat pengembalian modal R
1
atau lebih, dan mod al yang diperlukan adalah I
1
. Dan titik C menggambarkan, untuk mewujudkan usaha yang menghasilkan tingkat modal sebanyak atau lebih, diperlukan modal
sebanyak I
2
.
2.2.1.2 Macam-macam Investasi
Investasi menurut macamnya dibagi menjadi delapan macam yang terkelompok menjadi empat kelompok, sehingga masing-masing berisi
dua. Yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah bahwa suatu produk barang investasi mungkin sekali memiliki atau menempati lebih dari satu
macam. Di bawah ini uraian pembagian macam-macam investasi : 1.
Autonamous Investment dan Induced Investment Autonomous Investment Investasi Otonom adalah investasi yang
besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan, misalnya : teknologi, kebijaksanaan pemerintah, harapan para pengusaha, dan
sebagainya. Induced Investment Investasi Terimbas adalah investasi yang dipengaruhi oleh tingkat pendapatan. Tingkat
pendapatan mempengaruhi tingkat investasi terimbas dalam hubungan searah atau positif.
Gambar 2 : Fungsi Investasi Otonom dan Investasi Terimbas
Pendapatan Pendapatan
Investasi
Y Investasi
I
Sumber : Rosyidi, Suherman, 1996, Pengantar Teori Ekonomi , Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal 170.
2. Publik Investment dan Private Investment
Public Investment adalah investasi yang digunakan oleh pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tingkat satu,
tingkat dua, kecamatan, maupun desa. Sedangkan Private Investment adalah kebalikannya yaitu investasi yang dilakukan oleh
swasta. 3.
Domestic Investment dan Foreign Investment Domestic Investment adalah penanaman modal dalam Negeri
sedangkan Foreign Investment adalah penanaman modal asing.
Sebuah Negara yang memiliki banyak sekali faktor produksi alam Natural Resources dan Sumber Daya Manusia SDM namun
tidak memiliki cukup modal Capital sebagai faktor produksi sumber-sumber di dalam Negeri yang belum termanfaatkan
sepenuhnya bias digali sehingga tidak mubazir. 4.
Groos Investment dan Net Investment Gross Investment adalah total seluruh investasi yang diadakan atau
dilaksanakan pada suatu ketika, dengan kata lain bahwa seluruh investasi yang dilakukan di suatu Negara atau di daerah pada
periode tertentu. Sedangkan Net Investment adalah selisih antara
investasi bruto dengan penyusutan. Rosyidi, 1996 : 168 – 173
2.2.1.3 Faktor-Faktor yang Menentukan Investasi
Apabila seorang pemilik modal atau para pengusaha menggunakan uangnya membeli barang-barang modal, maka pembelanjaan itu
dinamakan investasi. Akan tetapi berhasil tidaknya pemilik modal dalam menjalankan usahanya dalam kenyataan akan dipengaruhi oleh beberapa
factor yang dapat menentukan, yaitu : a. Perubahan Fungsi Produksi
Perubahan fungsi produksi dapat terjadi karena perubahan teknologi. Perubahan teknologi akan mempengaruhi permintaan investasi. Jika
teknologi tersebut mengubah komposisi barang-barang capital yang diinginkan memproduksi output tersebut.
b. Perubahan Harga Relatif Perubahan harga relative menyangkut perubahan upah relative atau
bentuk-bentuk lain pemberian upah untuk berbagai macam tenaga kerja, perubahan harga relatif, misalnya listrik atau gas. Perubahan
harga riil rasio-rasio lain untuk barang-barang dan jasa saat ini dengan harga yang diharapkan dimasa depan.
c. Peranan Tingkat Bunga Dengan mengetahui arah perubahan tingkat bunga, dampak yang lebih
besar pada kategori investasi dengan menyangkut kekayaan Asset tahan lama dapat diharapkan. Perubahan tingkat bunga terhadap
investasi persediaan mungkin lebih kecil jika dibandingkan dengan dampak terhadap investasi pada peralatan pabrik. Dengan diketahuinya
perubahan tingkat suku bunga jangka pendek, akan stabil dan relevan terhadap investasi tetapnya.
d. Resiko Sebagaimana diketahui para pembuat keputusan tidak hanya
memperlihatkan harapan matematika dari hasil yang harapkan tetapi juga masalah maksimalisasi beberapa fungsi utilitas sehingga dalam
komponen biaya pasti terkandung unsur resiko. Dengan demikian permintaan investasi mungkin dapat dirancang melalui aktifitas
pemerintah. Di dalam suatu sistim ekonomi sebagian besar pemerintah, investasi dilakukan oleh pihak swasta dengan motivasi bisnis mencari
keuntungan pemerintah dapat melakukan berbagai tindakan untuk
mengurangi resiko yang dihadapi oleh para investor. e. Tingkat Keuntungan Investasi yang Diharapkan
Ramalan mengenai keuntungan masa depan akan memberikan gambaran kepada para pengusaha mengenai jenis-jenis investasi yang kelihatannya
mempunyai prospek yang baik dan dapat dilaksanakan, dengan besarnya investasi yang harus dilakukan untuk mewujudkan tambahan barang-barang
modal yang diperlukan. f. Perubahan dan Perkembangan Teknologi
Kegiatan para pengusaha untuk menggunakan teknologi yang baru dikembangkan didalam kegiatan produksi atau usaha-usaha lain
dinamakan inovasi. Makin banyak perkembangan teknologi yang di buat, makin banyak pula kegiatan pembaharuan yang akan dilakukan
oleh pengusaha. Semakin tinggi tingkat inovasi yang akan dicapai. g. Tingkat Pendapatan Nasional dan Perundang-undangan
Tingkat Pendapatan Nasional yang tinggi akan memperbesar pendapatan masyarakat, dan selanjutnya pendapatan masyarakat tinggi
tersebut akan memperbesar permintaan terhadap barang-barang dan jasa-jasa. Maka keuntungan perusahaan akan bertambah tinggi dan
akan mendorong dilakukannya lebih banyak investasi, dengan kata lain apabila Pendapatan Nasional bertambah tinggi, maka investasi akan
bertambah tinggi pula.
2.2.1.4 Peranan Investasi dalam Mendorong Pertumbuhan ekonomi
Modal bukan satu-satunya faktor yang diperlukan dalam pembangunan, namun demikian hampir semua ahli ekonomi menekankan
arti penting pembentukan modal sebagai penentu utama yang nampak seperti pendidikan, kesehatan, dan penelitian. Kenaikan laju pembentukan
modal akan membantu kenaikan Pendapatan Nasional, dengan demikian pembentukan modal merupakan kunci utama Negara terbelakang menuju
pembangunan ekonomi. Jhigan, 1998 : 419-423
2.2.1.5 Pengeluaran Investasi
Pengeluaran investasi secara khusus kurang dari 20 dari Gross National Produc GNP. Tetapi investasi berfluktuasi jauh lebih besar dari
pada konsumsi. Konsumsi naik meskipun GNP turun dan pembelian- pembelian pemerintah untuk barang-barang dan jasa meningkat. Meskipun
GNP menurun dengan tajam sebagian besar disebabkan oleh pengeluaran investasi bruto maupun menurun jauh lebih besar dari pada keseluruhan
GNP yang menurun. Permintaan investasi akan turun oleh karena kenaikan tingkat suku bunga, peranan output juga pajak menentukan investasi.
Banyak alasan untuk menelaah pengeluaran investasi adalah fluktuasi- fluktuasinya membantu menyebabkan gelombang usaha business cycle,
alasan lainnya adalah bahwa pengeluaran investasi dapat dipengaruhi
secara berarti melalui kebijaksanaan. Dorcbusch Fischer,1984 : 236
2.2.1.6 Upaya Pemerintah Daerah untuk Menarik Investasi
Upaya pemerintahan untuk menarik investasi antara lain : a Pemerataan atau Mappily tentang wilayah yang akan dikembangkan
berdasarkan potensi sumber daya yang dimiliki sesuai dengan Program Pembangunan Daerah PROPEDA.
b Identifikasi berbagai peluang usaha yang memiliki keunggulan komperatif dan kompetitif sesuai dengan potensi sumber daya alam
yang dimiliki untuk kemudian dituangkan dalam bentuk profil-profil investasi yang menarik sebagai bahan promosi.
c Memberikan pelayanan prima, cepat, mudah, murah, transparan, dan memiliki akuntabilitas dengan prinsip pelayanan satu atap.
d Melakukan deregulasi untuk menghapuskan hambatan-hambatan dalam kegiatan investasi atau usaha, bahkan jika mungkin memberikan
fasilitas atau alternative tambahan dan kemudahan lain kepada investor. e Mengembangkan kemampuan dan kualitas sumber daya manusia
SDM daerah, baik aparatur daerah maupun pelaku bisnis. f Secara proaktif membantu memecahkan masalah yang dicapai investor
dalam melaksanakan investasinya. g Meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi antar daerah kabupaten atau
kota dan Negara atau antar Propinsi atau dengan pusat serta antar badan atau dinas di daerah, dalam rangka mempermudah pelayanan investasi,
pengumpulan dana investasi.
h Meningkatkan efektifitas pelaksanaan kegiatan promosi investasi. i Meningkatkan atau membangun sarana dan prasarana fisik yang
diperlukan untuk menjamin kelancaran usaha-usaha di daerah. j Melakukan deregulasi untuk menghapuskan hambatan-hambatan dalam
kegiatan investasi atau usaha, bahkan jika mungkin memberikan fasilitas atau intensif tambahan dan kemudahan lain kepada investor.
2.2.1.7 Hubungan antara pendapatan Nasional dan Investasi
Perlukah disadari bahwa tingkat Pendapatan Nasional yang tinggi akan memperbesar permintaan terhadap barang-barang dan jasa-jasa, maka
keuntungan perusahaan akan bertambah tinggi dan ini akan mendorong dilakukannya lebih banyak investasi, dengan kata lain apabila Pendapatan
Nasional bertambah tinggi, maka investasi akan bertambah tinggi pula. Sukirno, 1995 : 155
Gambar 3 : Hubungan antara Investasi dan Pendapatan Nasional
I
1
I
Y
o
→ Y
1
I
1
Pendapatan Nasional
Sumber : Sukirno, 2002, EK. LPFE – UI, Jakarta, Hal 116.
2.2.1.8 Hal-hal yang Menarik Investasi Swasta di Jawa Timur
Suatu masalah klasik yang selalu menimpa pemerintah daerah Pemda di Jawa Timur saat ini adalah bagaimana meningkatkan investasi
di daerahnya sebesar mungkin. Mereka menempuh berbagai cara supaya investor tertarik menanamkan modalnya.
Hal-hal yang menarik investasi swasta di Jawa Timur antara lain: 1. Sarana dan Infrastruktur di Lokasi
Dengan adanya sarana infrastruktur di lokasi investasi seperti pemberian akses jalan dapat menarik investasi untuk
menginvestasikan dananya di Jawa Timur karena dengan adanya akses jalan ini dapat mempermudah investor untuk
melakukan usahanya. 2. Jumlah Penduduk
Investor berpikir dengan jumlah penduduk di Jatim yang tinggi akan berpengaruh terhadap kegiatan investasi karena semakin
tinggi jumlah penduduk akan mempengaruhi permintaan barang dan jasa yang dihasilkan oleh investor.
3. Jumlah Tenaga Kerja Jumlah tenaga kerja di Jatim besar sehingga dengan tingginya
jumlah tenaga kerja otomatis berpengaruh terhadap permintaan tenaga kerja. Permintaan tenaga kerja yang tinggi akan
berpengaruh terhadap rendahnya upah yang diberikan.
4. Kesejahteraan Masyarakat Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu daya tarik
investor untuk berinvestasi di suatu daerah. Apabila di suatu daerah penduduknya berkecukupan otomatis investor tertarik
untuk menginvestasikan lahannya di Jatim.
2.2.1.9 Fungsi Investasi
Dalam menentukan Pendapatan Nasional, investasi dan tabungan mempunyai peranan yang sangat penting. Keynes menyatakan bahwa
tingkat suku bunga tidaklah merupakan media untuk menyamakan keduanya.
Nopirin, 1998 : 78
Pada kondisi produksi total Y equilibrium keinginan menabung oleh sektor rumah tangga sama dengan equilibrium investasi oleh
perusahaan. Pada pendapatan yang lebih besar dari Y equilibrium, maka keinginan menabung lebih besar dari pada keinginan investasi dan
sebaliknya pada pendapatan di bawah Y equilibrium. Gambar 4 :
Kurva Tabungan S dan Investasi I
S = -a + 1 - b Y I
Y Y
S, I
-a
Sumber : Nopirin, 1998, Ekonomi Moneter BPFE, Yogyakarta, Hal 82
Dalam Grafik untuk sementara pengeluaran pemerintah ditiadakan. Pendapatan Nasional dalam keseimbangan apabila pengeluaran total C +
I sama dengan produksi total Y. Keseimbangan ini ditunjukkan dengan Y equilibrium. Pada Y equililbium ini maka keinginan menabung S
sama dengan investasi I seperti tertera pada gambar besarnya keinginan menabung ditunjukkan dengan selisih antara Pendapatan dan konsumsi S
= Y-C. Dalam gambar ditunjukkan dengan selisih atau perbedaan vertikal antara garis 45° dengan fungsi konsumsi gambar diatas adalah gambar
fungsi tabungan diperoleh dengan ditunjukkan garis S = - a + 1 + b Y. Garis ini diperoleh dengan menggunakan C pada Y, dimana C = a – b Y.
2.3 Penanaman Modal Asing PMA
2.3.1 Pengertian Penanaman Modal Asing
Dalam usaha meningkatkan laju Pembangunan Nasional sumber pembiayaan dari luar Negeri harus ditingkatkan dan didukung dengan
pembiayaan dari luar Negeri dalam bentuk investasi langsung atau Penanaman Modal Asing PMA yang diharapkan dapat dilakukan oleh
kemampuan teknologi dalam Negeri. Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 Pasal 1 pengertian
Penanaman Modal Asing PMA di dalam Undang-Undang ini hanyalah meliputi Penanaman Modal Asing secara langsung dilakukan menurut atau
berdasarkan ketentuan Undang-Undang yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia dalam arti bahwa pemilik modal
asing secara langsung menanggung resiko dari penanaman modal tersebut.
Anonim, 1967 : 2
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing PMA Pasal 2 pengertian Penanaman Modal Asing adalah:
a Alat pembayaran luar Negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa Negara, yang dengan persetujuan pemerintah
digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia. b Bagian dari hasil perusahaan yang berdasarkan Undang-Undang ini
diperkenankan ditransfer tapi dipergunakan untuk membiayai perusahaan di Indonesia.
c Penanaman Modal Asing langsung merupakan investasi yang
dilakukan oleh swasta asing ke suatu Negara tertentu, bentuknya dapat berupa cabang perusahaan Multinasional, lisensi atau
lainnya. Manfaat yang dapat diharapkan dari Penanaman Modal Asing langsung yaitu penyerapan tenaga kerja employment , ahli
teknologi, pelatihan managerial, dan akses ke pasar nasional
melalui ekspor. Kustituanto dan Istikol, 1995 : 5
2.3.1.1 Jenis – Jenis Penanaman Modal Asing
Modal asing dapat memasuki suatu Negara dalam bentuk modal swasta atau modal Negara. Modal asing swasta dapat mengambil bentuk
investasi langsung atau investasi tidak langsung. a Investasi Langsung
Investasi Langsung adalah perusahaan dari Penanaman Modal secara de facto ataupun de jure melakukan pengawasan atas asset
aktiva yang ditanam di Negara pengimpor modal dengan cara investasi itu.
b Investasi tidak Langsung Investasi tidak langsung lebih dikenal dengan investasi portofolio
yang sebagian besar terdiri penguasaan atas saham yang dapat dipindahkan yang dikeluarkan atau dijamin oleh Negara
pengimpor modal, atas saham atau surat hutang oleh beberapa
Negara lain Jhigan, 1954 : 608
2.3.1.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Modal Asing
Faktor yang mempengaruhi modal asing dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu faktor dalam Negeri dan faktor dari luar Negeri.
1. Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan investasi di
dalam Negeri antara lain : a. Kebijakan dan langkah-langkah deregulasi dan
debirokratisasi yang secara terus-menerus telah diambil pemerintah untuk menggairahkan iklim investasi.
b. Tersedianya sumber daya manusia dengan upah yang kompetitif memberikan pengaruh terhadap minat investor
pada proyek-proyek yang bersifat padat karya seperti industri tekstil, industri sepatu, dan mainan anak-anak.
c. Tersedianya sumber daya alam yang berlimpah seperti minyak bumi, gas, bahan tambang dan hasil hutan maupun
iklim dan letak geografis serta kebudayaan dan keindahan alam Indonesia tetap menjadi daya tarik tersendiri bagi
investor. 2. Faktor-faktor luar Negeri yang mempunyai perkembangan
investasi antara lain : a. Meningkatnya biaya produksi luar Negeri, terutama di Negara
Nic’s. b. Apresiasi mata uang di negara – negara yang jumlah
investasinya di Indonesia yang cukup tinggi yaitu Jepang, Korea Selatan, Hongkong, dan Taiwan.
2.3.1.3 Kondisi yang Menunjang Penanaman Modal Asing di Jawa Timur
1. Kebijakan Penanaman Modal di daerah bertujuan untuk : a Memperluas penyebaran penanaman modal di daerah sampai
tingkat daerah tinggi. b Memperlancar arus penanaman modal di daerah dengan
memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada penanaman modal. 2. Adanya keunggulan-keunggulan komperatif yang ada di daerah antara
lain : a Sarana dan prasarana di daerah yang cukup memadai.
b Stabilitas politik dan keamanan di daerah terjamin. c Sumber Daya Alam SDM yang cukup potensial.
2.3.1.4 Penanaman Modal asing dalam Pembangunan
Bagi Negara sedang berkembang seperti Indonesia, impor modal asing membantu mengurangi kekurangan tabungan domestic melalui
pemasukan peralatan modal dan bahan mentah, sehingga dengan demikian
dapat menaikkan laju tabungan dan pembentukan modal. Jhigan 1994 : 605 mengemukakan bahwa penggunaan modal asing tidak hanya
mengatasi kekurangan modal saja tetapi juga keterbelakangan teknologi. Bersamaan dengan modal uang dan modal fisik, modal asing juga
membawa serta ketrampilan teknik, tenaga ahli, pengalaman organisasi, informasi pasar, tekni-teknik produksi maju dan pembaharuan produk. Ia
juga melatih tenaga kerja setempat pada keahlian baru. Semua ini akan dapat mempercepat pembangunan ekonomi.
2.4 Kurs Valuta Asing
2.4.1 Pengertian Kurs Valuta Asing
Kurs Valas yaitu harga mata uang negara asing dalam satuan mata
uang domestik. Samuelson dan Nordhaus, 1997:450
Valuta asing atau foreign exchange atau foreign currency diartikan sebagai mata uang asing dan alat pembayaran lainnya yang digunakan
untuk melakukan untuk membiayai transaksi ekonomi keuangan internasional dan yang mempunyai catatan kurs resmi pada bank sentral
Hady, 2001:15.
Kurs valuta asing adalah nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang dari negara tertentu yang ditetapkan berdasarkan
faktor-faktor ekonomi seperti cadangan devisa posisi neraca perdagangan suatu negara dengan negara lainnya. Nilai tukar mata uang
internasional atau kurs valuta asing merupakan nilai atau harga tukar suatu mata uang dengan mata uang negara lainnya yang ditetapkan atau terjadi
dalam hubungan lalu lintas perdagangan dan moneter antar negara. Kurs valuta asing dalam periode waktu tertentu dapat saja tetap
nilainya, dalam arti mengalami perubahan dari waktu ke waktu dalam periode tersebut, akan tetapi pada umumnya kurs mata uang mengalami
fluktuasi bahkan ada kalanya mengalami guncangan atau gejolak yang
besar Boediono, 1981
Pasar valuta asing adalah organisasi pasar yang didalamnya terdapat individu-individu, perusahaan-perusahaan dan bank-bank yang
melakukan penjualan dan pembelian mata uang asing atau devisa sedangkan fungsi pasar valuta asing adalah untuk mentransfer daya beli
untuk menyediakan kredit bagi perdagangan luar negeri dan untuk memberi fasilitas-fasilitas bagi pembatasan resiko Ledging valuta asing.
2.4.1.1 Sistem Kurs Valuta Asing
1. Sistem Kurs Tetap Kurs tetap bukan merupakan kurs yang secara permanen abadi dan
tetap, tetapi kurs lebih merupakan sistemnya yang diperkenalkan untuk berfluktuasi dalam batas sempit yang mengelilingi nilai
prioritas dimana keduanya tetap berdiri dan kekal. Karakteristik dalam sistem kurs tetap adalah :
a. Stabilitas kurs jangka panjang dengan perubahan nilai paritas yang jarang
b. Penyesuaian ketidakseimbangan neraca pembayaran temporer melalui perubahan cadangan internasional, tingkat bunga dan
pendapatan serta harga terhadap ketidakseimbangan fundamental melalui perubahan nilai paritas.
c. Kurs yang stabil dipertahankan melalui intervensi pemerintah,
dalam batas yang sempit dan terdefinisi dengan jelas.
Jamli, 1993:191
2. Sistem Kurs Mengambang Karakteristik dalam kurs mengambang yaitu kurs berfluktuasi dengan
bebas sebagai reaksi perubahan permintaan dan penawaran valuta asing. Sistem kurs mengambang tercipta tahun 1973. sistem kurs ini
merupakan sistem kurs yang paling sederhana dan sesuai dengan modal persaingan kompetitif, dimana terdapat campur tangan
pemerintah untuk mendukung kurs sehingga kurs bebas bereaksi terhadap perubahan kondisi pasar dan juga faktor-faktor yang
mendasari permintaan kurs mengambang akan lebih berfluktuasi
daripada sistem kurs tetap. Suparmoko, 2000:370
3. Sistem Kurs Mengambang Terkendali Sistem kurs mengambang terkendali Managed Floating system
adalah suatu sistem dimana penguasaan moneter campur tangan dalam pasar mata uang asing untuk memerlukan fluktuasi jangka pendek
atau tanpa mempengaruhi arah jangka panjang dalam nilai tukar.
2.4.1.2 Teori Purchasing Power Parity PP
Teori ini dikemukakan oleh ahli ekonomi dari Swedia, yang bernama Gustav Cassel. Dasar teorinya bahwa, perbandingan nilai suatu
mata uang lain ditentukan oleh daya beli uang tersebut terhadap barang dan jasa di masing-masing negara. Pada dasarnya ada dua versi teori
purchasing power parity, yakni interpretasi absolut dan relatif.
Menurut interpretasi absolut purchasing power parity, perbandingan nilai satu mata uang dengan mata uang lain kurs tetap
ditentukan oleh tingkat harga the law of one price. Apabila terjadi perubahan harga yang berbeda di kedua negara, maka kurs tersebut
haruslah mengalami perubahan pula. Kurs power parity yang didasarkan pada perubahan inilah yang sering disebut kurs PP dalam arti relatif
Nopirin, 1996:157.
2.4.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Nilai Tukar Mata
Uang
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi nilai mata uang antara mata uang satu dengan mata uang lainnya atau negara lain :
1. Tingkat Inflasi Inflasi adalah suatu keadaan dimana senantiasa terjadi peningkatan
harga-harga secara umum, atau suatu keadaan dimana senantiasa terjadi penurunan nilai mata uang, karena semakin meningkatnya
jumlah uang yang beredar dimasyarakat. 2. Tingkat Bunga
Apabila tingkat bunga dalam negeri lebih tinggi dari tingkat bunga luar negeri akan mengakibatkan aktiva dalam negeri lebih menarik bagi
penanaman modal, baik dari dalam maupun luar Negeri, sehingga akan menyebabkan terjadinya pemasukan modal yang cenderung
menimbulkan apresiasi dalam nilai tukar mata uang dalam Negeri.
3. Tingkat Pendapatan Bila pendapatan riil masyarakat dalam negeri meningkat, maka
permintaan akan barang-barang impor akan meningkat, yang berarti peningkatan permintaan valuta asing. Hal ini akan mengakibatkan nilai
tukar mata uang asing mengalami peningkatan, dan mata uang dalam Negeri akan mengalami depresiasi.
4. Faktor Spekulasi Spekulasi adalah kegiatan membeli atau menjual mata uang asing
dengan tujuan memperoleh keuntungan dari penurunan atau peningkatan dalam nilai tukar mata uang dalam Negeri.
5. Keadaan Politik dan Ekonomi Moneter Keadaan politik dan ekonomi moneter suatu negara yang stabil
cenderung mengakibatkan lebih kuat nilai mata uang negara tersebut.
Nopirin, 1988:174
2.4.1.4 Penawaran dan Permintaan Valas
Pada dasarnya modal penawaran dan permintaan valas sama dengan penawaran dan permintaan komoditi kedua-duanya akan
menghasilkan keseimbangan, tetapi disini keseimbangan valas sekaligus menggambarkan kurs dimana jumlah valas yang ditawarkan modalnya di
luar negeri, sehingga memperbanyak pelarian modal ke luar negeri, akibatnya semakin melemahnya mata uang yang bersangkutan.
Kamaludin, 1987:105
2.4.1.5 Hubungan Kurs Valuta Asing Terhadap Penanaman Modal asing
PMA
Suatu hal yang melatarbelakangi penetapan kurs adalah kekuatan- kekuatan permintaan dan penawaran valuta asing. Permintaan akan valuta
asing untuk membeli mengimport barang dan jasa luar Negeri atau aktiva luar negeri yang dinilai dengan valuta asing. Sedangkan penawaran valuta
asing berasal dari orang asing atau pihak luar Negeri yang hendak membeli barang dan jasa dalam Negeri ekspor atau aktiva domestik yang
dinilai atau dibayarkan dalam mata uang dalam Negeri. Dua hal membicarakan komponen investasi seorang investor
mereka dalam memahami kondisi ekonomi makro. Diantaranya yaitu hubungan daripada kurs valuta asing, inflasi dan investasi dimana dengan
menurunnya kurs valuta asing akan menguatkan kurs rupiah apresiasi terhadap mata uang asing dimana akan menurunkan biaya impor bahan
baku untuk produksi disamping itu juga merupakan sinyal positif bagi perekonomian untuk menurunkan laju inflasi. Tingkat inflasi yang tinggi
biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas over heated , artinya kondisi ekonomi mengalami permintaan atas barang
produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga harga- harga cenderung mengalami kenaikan inflasi yang terlalu tinggi juga akan
menyebabkan penurunan daya beli uang, disamping itu inflasi yang tinggi juga akan bisa mempengaruhi tingkat pendapatan riil yang diperoleh
investor dari investasinya, sebaliknya jika inflasi suatu negara mengalami penurunan, maka hal ini akan merupakan sinyal positif bagi investor
seiring dengan turunnya resiko daya beli orang dan resiko penurunan
pendapatan riil Tandelilin, 2001:212
Adapun hubungan kurs valuta asing terhadap penanaman modal asing meliputi :
1. Valuta asing ini dibutuhkan untuk membayar barang dan jasa yang dibeli dari dalam Negeri serta asset di luar Negeri yang mungkin
berbentuk investasi langsung. 2. Naik turunnya kurs dalam jangka pendek mempunyai pengaruh
langsung berupa fluktuasi harga barang ekspor maupun barang-barang impor didalam negeri, yaitu bila harga tersebut dinyatakan dengan
mata uang dalam Negeri misalnya rupiah.
3. Kurs valuta asing berfungsi untuk mempermudah perdagangan dan
investasi internasional Nopirin, 1990:101 2.5
Inflasi 2.5.1
Pengertian Inflasi
Beberapa pengertian tentang inflasi antara lain : 1. Kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus-
menerus Boediono, 1988 : 161
2. Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara
terus-menerus Nopirin, 1987 : 25
Kesimpulan dari kedua pengertian tentang inflasi tersebut adalah
kenaikan yang terjadi hanya sekali saja meskipun dengan persentase ang cukup besar bukanlah merupakan inflasi.
Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada atau mengakibatkan
kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain. Syarat adanya kecenderungan menaik yang terus-menerus juga perlu diingat, kenaikan
harga-harga karena, misalnya musiman, menjelang hari-hari besar, atau yang terjadi sekali saja tidak disebut inflasi. Kenaikan harga semacam ini
tidak dianggap sebagai masalah ekonomi dan tidak memerlukan
kebijaksanaan khusus untuk menanggulanginya. Boediono, 1988 : 161
2.5.1.1 Jenis-Jenis Inflasi
a Penggolongan inflasi yang kedua adalah berdasarkan asal dari inflasi : 1. Domestic inflation adalah inflasi yang berasal dari dalam negeri
timbul karena : - Meningkatkan permintaan efektif dari masyarakat terhadap
orang-orang di pasar, sedangkan kenaikan penawaran dari orang-orang tersebut tidak mampu mengimbangi laju
permintaannya. - Defisit anggaran belanja dibiayai dengan percetakan uang baru.
- Meningkatnya biaya produksi barang dalam negeri yang mengakibatkan naiknya harga jual.
2. Foreign inflation adalah inflasi yang berasal dari luar negeri :
secara langsung menaikkan Indeks Biaya Hidup IBH karena barang-barang impor yang berusaha mengimbangi
pemerintahswasta yang berusaha mengimbangi kenaikan harga
barang impor tersebut. Nopirin, 1990: 26.
Inflasi dapat digolongkan dalam beberapa macam penggolongan
antara lain Boediono, 2001: 156-159.
a. Penggolongan Inflasi menurut parah tidaknya inflasi : 1. Inflasi Ringan
Adalah laju inflasi di bawah 10 setahun. 2. Inflasi Sedang
Adalah laju inflasi antara 10-30 setahun. 3. Inflasi
Berat Adalah laju inflasi antara 30-100 setahun.
4. Hiperinflasi Adalah laju inflasi diatas 100 setahun.
b. Penggolongan inflasi menurut asal dari inflasi : 1. Inflasi yang berasal dari dalam negeri domestic inflation
Adalah inflasi yang timbul karena adanya deficit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru, panen yang gagal dan
sebagainya.
2. Inflasi yang berasal dari luar negeri imported inflation Adalah inflasi yang timbul karena kenaikan harga-harga di luar
negeri atau kenaikan harga langganan berdagang, kenaikan harga yang kita impor mengakibatkan adanya kenaikan indeks biaya hidup, karena
sebagian dari barang-barang yang tercakup didalamnya berasal dari impor, selain itu juga secara tidak langsung akan menaikkan indeks harga melalui
kenaikan biaya produksi atas bahan mentahnya yang harus diimpor. c. Penggolongan inflasi menurut mekanisme timbulnya inflasi :
1. Inflasi Permintaan Demand Pull Inflation Adalah inflasi yang timbul karena banyaknya permintaan akan
barang-barang konsumsi oleh masyarakat.Karena permintaan masyarakat Agregat Demand bertambah, maka kurva agregat demand bergeser dari
D
1
ke D
2
akibatnya tingkat kurva umum naik dari P
1
ke P
2
. Gambar
4. Demand Pull Inflation
Sumber: Boediono, 1985, Moneter Sinopsis Pengantar Ekonomi
No. 5 Edisi ke 3, BPFE-UGM Yogyakarta hal : 163.
P
Q1 Q2
Output D
D S
H H
Peningkatan pendapatan agregat menyebabkan permintaan meningkat. Perubahan ini ditunjukkan oleh pergeseran ke kanan kurva
permintaan dari D
1
ke D
2
. Pasar bergerak ke perpotongan baru dari penawaran dan permintaan. Harga equilibrium meningkat dari P
1
ke P
2
dan jumlah equilibrium barang meningkat dari Q
1
ke Q
2
. 2. Inflasi Penawaran Cost Push Inflation
Adalah inflasi yang terjadi karena biaya produksi Cost Inflation. Gambar 5. Cost Push Inflation
S
2
S
1
H
2
H
3
D
Output
Sumber :
Boediono, 1985, moneter syinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.5 edisi ke 3, BPFE-UGM Yogyakarta hal 163.
Peningkatan harga bahan menurunkan penawaran harga barang. Hal itu menyebabkan penjualan barang kurang menguntungkan sehingga
memilih memproduksi lebih sedikit barang. Perubahan ini ditunjukkan oleh pergeseran ke kiri kurva penawaran dari S
1
ke S
2
. Pasar bergerak ke perpotongan baru dari penawaran dan permintaan. Harga equilibrium
Q
4
Q
3
meningkat dari P
1
ke P
2
dan jumlah equilibrium menurun dari Q
1
ke Q
2
. 2.5.1.2
Dampak Negatif Inflasi diantaranya :
a Efek terhadap pendapatan Equity Effect Sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan dan ada yang diuntungkan.
b Efek Efisiensi Pengaruh inflasi dapat terjadi pada perubahan pola alokasi factor
produksi dengan inflasi. Permintaan akan suatu barang tertentu mengalami kenaikan yang lebih besar dan barang lain yang juga dapat
berakibat pada kenaikan yang lebih besar dari barang-barang yang juga dapat mengubah alokasi faktor produksi yang ada.
c Efek terhadap output Pada efek ini masih dipertanyakan tentang bagaimana pengaruh inflasi
terhadap output. Apakah akan mengakibatkan kenaikan atau menurunkan output inflasi dapat menyebabkan terjadinya kenaikan
produksi, alasannya dalam keadaan inflasi biasanya kenaikan harga barang mendahului kenaikan upah sehingga keuntungan pengusaha
naik. Kenaikan keuntungan ini akan mendorong kenaikan produksi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
langsung antara inflasi dengan output inflasi bisa dibarengi dengan kenaikan output, tetapi bisa dibarengi dengan penurunan output
Nopirin, 1990:32-33 secara rasional dapat menurunkan pendapatan
nasional. Turunnya pendapatan nasional suatu negara menunjukkan bahwa perkembangan ekonomi negara tersebut mengalami penurunan
oleh karena itu, pada saat inflasi tinggi, maka pemerintah harus cepat tanggap dalam menentukan kebijakan dalam melakukan pengendalian
tingkat inflasi.
2.5.1.3 Cara Mengatasi Inflasi
Cara mengatasi inflasi dapat dilakukan melalui beberapa kebijaksanaan antara lain :
a Kebijaksanaan Moneter Sasaran kebijaksanaan moneter dicapai melalui jumlah yang beredar.
Uang diatur oleh bank sentral melalui cadangan minimum yang dinaikkan agen jumlah uang menjadi lebih kecil sehingga dapat
menekan laju inflasi. b Kebijaksanaan Fiskal
Menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi harga
kebijaksanaan fiskal yang berupa pengurangan, pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan
total sehingga inflasi dapat ditekan. c Kebijaksanaan dan yang berkaitan dengan output
Kenaikan jumlah output dapat dicapai dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk dengan impor harga cenderung meningkat dan
menurunkan harga, dengan demikian kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi.
d Kebijaksanaan penentuan harga dan indexing Kebijaksanaan ini dilakukan dengan celling harga serta berdasarkan
pada index harga tertentu untuk gaji atau upah.
2.6 Indeks Harga Saham