VI,hal 141. Dari analisis menunjukkan bahwa
hitung
t
= 8,347
tabel
t = 1,67, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan
menerima Ha. Hal ini berarti bahwa hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha ditinjau dari tingkat
pendidikan orang tua SMA atau sederajat adalah positif dan signifikan.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha
ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua Hasil analisis hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat
berwirausaha ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua wirausaha menunjukkan
hitung
r = 0,692 dan hasil pengujian nilai t menunjukkan
nilai
hitung
t
= 11,423 lebih besar dari
tabel
t = 1,66. Hal ini berarti
bahwa hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua wirausaha adalah positif dan
signifikan. Hasil analisis hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua bukan
wirausaha menunjukkan
hitung
r = 0,663 dan hasil pengujian nilai t
menunjukkan nilai
hitung
t
= 9,782 lebih besar dari
tabel
t = 1,66. Hal ini
berarti bahwa hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua bukan wirausaha
adalah positif dan signifikan. Hasil kedua analisis menunjukkan terdapat hubungan positif dan signifikansi antara jiwa kewirausahaan dengan
minat berwirausaha ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua. Pada siswa yang pekerjaan orang tuanya adalah wirausaha, derajat hubungan jiwa
kewirausahaan dengan minat berwirausaha siswa akan lebih tinggi dibandingkan siswa yang jenis pekerjaan orang tuanya bukan wirausaha.
Deskripsi data penelitian ini menunjukkan bahwa jenis pekerjaan orang tua siswa yang berwirausaha ada 144 orang atau 53,7 dan jenis
pekerjaan orang tua siswa bukan wirausaha ada 124 orang atau 46,3. Jenis pekerjaan orang tua wirausaha dalam penelitian ini antara lain
pedagang, pengusaha konveksi, pemilik toko, usaha kue, warung makan, salon, bengkel, usaha belut goreng, usaha gerabah. Jenis pekerjaan
bukan wirausaha dalam penelitian ini antara lain petani, PNS, pegawai swasta, buruh, pensiunan, tukang kayu, tukang becak, dan guru.
Deskripsi jiwa kewirausahaan dengan kriteria sangat tinggi sebanyak 20 siswa 7,5, tinggi sebanyak 134 siswa 50, cukup
sebanyak 85 siswa 31,7, rendah sebanyak 28 siswa 10,4, dan sangat rendah sebanyak 1 siswa 0,4. Dalam deskripsi di atas tampak
bahwa jiwa wirausaha terkategori tinggi, hal ini karena siswa yang memiliki jiwa wirausaha berani mengambil risiko dengan penuh
perhitungan, percaya diri, mandiri, dan selalu berusaha lebih baik dari sebelumnya. Deskripsi minat berwirausaha dengan kriteria sangat tinggi
sebanyak 55 siswa 20,5, tinggi sebanyak 116 siswa 43,3, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
cukup sebanyak 64 siswa 23,9, rendah sebanyak 24 siswa 8,9, dan sangat rendah 9 siswa 3,4. Dalam deskripsi di atas tampak
bahwa minat berwirausaha terkategorikan tinggi, hal ini karena siswa yang memiliki minat berwirausaha memiliki rasa ketertarikan,
kemauandorongan untuk terlibat dalam kegiatan wirausaha dan kemampuan. Kemungkinan yang terjadi jika seseorang hanya memiliki
jiwa wirausaha tidak disertai dengan ketertarikan, kemauan, dan kemampuan dalam dirinya, seseorang tidak akan memiliki keberanian
yang lebih tinggi untuk membuka usaha
Lukman, http:www.skyscrapercity.com archiveindex.phpt-341629html.
Hubungan positif dan signifikan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha yang berbeda pada jenis pekerjaan orang tua
berbeda kemungkinan besar disebabkan pada anak yang berasal dari orang tua yang memiliki pekerjaan berwirausaha dalam kehidupan
sehari- hari terbiasa melihat cara kerja orang tuanya. Seorang anak sejak kecil mempelajari perilaku dan kebiasaan orang tuanya dalam berusaha.
Perilaku dan kebiasaan orang tua ini diterapkan dalam kehidupan sehari- hari yakni sifat mandiri misalnya anak dibiarkan mencoba pakaian
sendiri, percaya diri, sikap tidak takut gagal, bertanggung jawab, tidak cepat puas, dan selalu berusaha lebih baik dari sebelumnya misalnya
memberi semangat dan dorongan pada anak dengan memuji. Sifat-sifat tersebut bersifat pengulangan sehingga menjadi kebiasaan. Anak yang
memiliki sifat-sifat di atas cepat atau lambat akan terdorong untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
membuka usaha pribadi sesuai dengan minat dan bakatnya Levianti, http:www.republika.co.id koran_detail.asp?id=232090. Sementara
yang orang tua bukan wirausaha memiliki jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha rendah kemungkinan besar anak tidak terbiasa
dengan pekerjaan berwirausaha. Anak memiliki sikap mudah menyerah pada nasib, malas, tidak percaya diri, dan tidak mandiri. Sikap-sikap
tersebut ada dalam diri anak karena tidak ada pembiasaan dari orang tua bukan
wirausaha Levianti, http:www.republika.co.id
koran_detail.asp?id=232090. Selain itu, orang tua kurang memberi dukungan terhadap anak untuk berwirausaha karena orang tua tidak
menginginkan anaknya terjun ke dunia wirausaha dan lebih mengarahkan menjadi pegawai. Orang tua yang bukan wirausaha
menganggap bahwa wirausaha penuh dengan penipuan dan sumber penghasilan tidak stabil. Budaya masyarakat menjadi pegawai memang
tidak tumbuh tiba-tiba melainkan pada jaman penjajahan Belanda, masyarakat dididik agar terbiasa menjadi pekerja demi keuntungan
Belanda Buchari Alma, http:www.pikiran rakyat.com
letak11020306.htm. 2.
Hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua.
Hasil analisis hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua rendah
menunjukkan
hitung
r = 0,623 dan hasil pengujian nilai t menunjukkan
nilai
hitung
t
=10,354 lebih besar dari
tabel
t =1,65. Hal ini berarti bahwa
hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua rendah adalah positif dan
signifikan. Hasil analisis hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua sedang
menunjukkan
hitung
r = 0,739 dan hasil pengujian nilai t menunjukkan
nilai
hitung
t
= 10,691 lebih besar dari
tabel
t = 1,66. Hal ini berarti bahwa
hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua sedang adalah positif dan
signifikan. Hasil kedua analisis menunjukkan terdapat hubungan positif dan signifikansi antara jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha
ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua. Artinya semakin tinggi tingkat pendapatan orang tua semakin tinggi derajat hubungan jiwa
kewirausahaan dengan minat berwirausaha dibandingkan siswa yang tingkat pendapatan orang tuanya rendah.
Deskripsi data penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah orang tua siswa berpendapatan rendah di bawah Rp 480.250,00 adalah 171 orang
atau 63,8, tingkat pendapatan orang tua sedang antara Rp 480.251,00 – Rp 960.500,00 ada 97 orang atau 36,2 dan tidak ada siswa yang
berasal dari pendapatan orang tua tinggi di atas Rp 960.501,00 Deskripsi jiwa kewirausahaan dengan kriteria sangat tinggi sebanyak 20
siswa 7,5, tinggi sebanyak 134 siswa 50, cukup sebanyak 85 siswa 31,7, rendah sebanyak 28 siswa 10,4, dan sangat rendah
sebanyak 1 siswa 0,4. Dalam deskripsi di atas tampak bahwa jiwa wirausaha terkategori tinggi, hal ini karena siswa yang memiliki jiwa
wirausaha berani mengambil risiko dengan penuh perhitungan, percaya diri, mandiri, dan selalu berusaha lebih baik dari sebelumnya. Deskripsi
minat berwirausaha dengan kriteria sangat tinggi sebanyak 55 siswa 20,5, tinggi sebanyak 116 siswa 43,3, cukup sebanyak 64 siswa
23,9, rendah sebanyak 24 siswa 8,9, dan sangat rendah 9 siswa 3,4. Dalam deskripsi di atas tampak bahwa minat berwirausaha
terkategorikan tinggi, hal ini karena siswa yang memiliki minat berwirausaha memiliki rasa ketertarikan, kemauandorongan untuk
terlibat dalam kegiatan wirausaha dan kemampuan. Kemungkinan ya ng terjadi jika seseorang hanya memiliki jiwa wirausaha tidak disertai
dengan ketertarikan, kemauan, dan kemampuan dalam dirinya, seseorang tidak akan memiliki keberanian yang lebih tinggi untuk membuka usaha
Lukman, http:www.skyscrapercity.com
archiveindex.phpt- 341629html.
Hubungan positif dan signifikan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha yang berbeda pada tingkat pendapatan orang
tua kemungkinan besar disebabkan pada anak yang berasal dari orang tua yang dalam kondisi ekonomi keluarga cukup, seseorang akan
mendapat kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan bermacam- macam kecakapan yang tidak dapat ia kembangkan apabila
tidak ada alat-alat Gerungan, 1988:181. Jadi anak yang berasal dari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
keluarga yang ekonominya cukup, mempunyai kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan kemampuannya daripada anak yang berasal
dari keluarga ekonominya rendah. Hal ini disebabkan pada siswa dimana pendapatan orang tua tinggi, tersedia modal material yang berupa
fasilitas, sarana dan biaya misalnya untuk membuka usaha karena dalam berwirausaha diperlukan modal, ketekunan dan kemampuan
WRMDAI, http:wrm- indonesia.orgindex.php?option. Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut Lukman bahwa semua
bisnis itu membutuhkan modal http:www.skyscrapercity.com
archiveindex.phpt-341629html. Jadi tingkat pendapatan orang tua yang tinggi mampu mendukung anak untuk mengembangkan wirausaha
berbeda dengan orang tua yang mempunyai penghasilan rendah hampir seluruh penghasilan akan habis untuk kebutuhan primer Gilarso,
1991:65. Orang tua yang berpenghasilan rendah membuat anak merasa sedih, malu, dan minder. Orang tua yang miskin tidak mungkin
mendapatkan modal uang yang cukup oleh sebab untuk membeli makan sehari- hari saja tidak cukup. Anak yang orang tua berpenghasilan rendah
setelah tamat sekolah kemudian mencari kerja bukan untuk menjadi pencipta kerja, karena modal uang memegang perana n penting dalam
berwirausaha Setiyanto, 2005:209. Menurut Setyawan 1993:54, dana tetap lumayan dipersoalkan oleh para calon wirausaha.
3. Hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua.
Hasil analisis hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua SD atau
sederajat menunjukkan
hitung
r = 0,540 dan hasil pengujian nilai t
menunjukkan nilai
hitung
t
= 7,618 lebih besar dari
tabel
t = 1,66. Hal ini
berarti bahwa hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua SD atau
sederajat adalah positif dan signifikan. Hasil analisis hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha ditinjau dari tingkat
pendidikan orang tua SMP atau sederajat menunjukkan
hitung
r = 0,702
dan hasil pengujian nilai t menunjukkan nilai
hitung
t
= 7,699 lebih besar dari
tabel
t = 1,67. Hal ini berarti bahwa hubungan antara jiwa
kewirausahaan dengan minat berwirausaha ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua SMP atau sederajat adalah positif dan signifikan.
Hasil analisis hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua SMA atau
sederajat menunjukkan
hitung
r = 0,733 dan hasil pengujian nilai t
menunjukkan nilai
hitung
t
= 8,347 lebih besar dari
tabel
t = 1,67. Hal ini
berarti bahwa hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua SMA atau
sederajat adalah positif dan signifikan. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan positif dan signifikansi antara jiwa kewirausahaan
dengan minat berwirausaha ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua semakin tinggi derajat hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha
dibandingkan siswa yang tingkat pendidikan orang tuanya rendah. Deskripsi data penelitian ini menunjukkan bahwa siswa yang
tingkat pendidikan orang tua SD atau sederajat ada 143 orang atau 53,4, tingkat pendidikan orang tua SMP atau sederajat ada 63 orang
atau 23,5, tingkat pendidikan orang tua SMA atau sederajat 62 orang atau 23,1 dan tidak ada siswa yang berasal dari orang tua
berpendidikan tinggi. Deskripsi jiwa kewirausahaan dengan kriteria sangat tinggi sebanyak 20 siswa 7,5, tinggi sebanyak 134 siswa
50, cukup sebanyak 85 siswa 31,7, rendah sebanyak 28 siswa 10,4, dan sangat rendah sebanyak 1 siswa 0,4. Dalam deskripsi
di atas tampak bahwa jiwa wirausaha terkategori tinggi, hal ini karena siswa yang memiliki jiwa wirausaha berani mengambil risiko dengan
penuh perhitungan, percaya diri, mandiri, dan selalu berusaha lebih baik dari sebelumnya. Deskripsi minat berwirausaha dengan kriteria sangat
tinggi sebanyak 55 siswa 20,5, tinggi sebanyak 116 siswa 43,3, cukup sebanyak 64 siswa 23,9, rendah sebanyak 24 siswa
8,9, dan sangat rendah 9 siswa 3,4. Dalam deskripsi di atas tampak bahwa minat berwirausaha terkategorikan tinggi, hal ini karena
siswa yang memiliki minat berwirausaha memiliki rasa ketertarikan, kemauandorongan untuk terlibat dalam kegiatan wirausaha dan
kemampuan. Kemungkinan yang terjadi jika seseorang hanya memiliki PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
jiwa wirausaha tidak disertai dengan ketertarikan, kemauan, dan kemampuan dalam dirinya, seseorang tidak akan memiliki keberanian
yang lebih tinggi untuk membuka usaha Lukman, http:www.skyscrapercity.com archiveindex.phpt-341629html.
Hubungan positif dan signifikan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha yang berbeda pada tingkat pendidikan orang
tua berbeda kemungkinan besar disebabkan pada anak yang berasal dari orang tua yang memiliki tingkat pendidikan tinggi pada umumnya
berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat, makin tinggi pendidikan suatu masyarakat makin tinggi pula pendapatan serta status sosial
masyarakat tersebut Sumardi dan Hans Dieter-Evers, 1982:99. Oleh karena itu, orang tua yang dapat menyelesaikan pendidikan formal yang
cukup tinggi mempunyai pengaruh dalam pekerjaan, kekayaan, dan penghasilan. Anak yang berasal dari latar belakang sosial ekonomi yang
tinggi cenderung mempunyai aspirasi yang tinggi terhadap pendidikan Bahar, 1989:128. Dengan sendirinya anak merasa tertarik untuk dapat
menyelesaikan pendidikan formal seperti orang tuanya. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin tinggi pula kualitas sumber daya
manusia SDM. SDM yang berkualitas diharapkan lebih produktif dan mampu menciptakan pekerjaan bagi dirinya sendiri BPS, 2005:40,
misalnya dengan berwirausaha. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN