Pengaruh status sosial ekonomi orang tua, kultur keluarga terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha : studi kasus pada siswa-siswi SMK kelas III jurusan penjualan di Kabupaten Bantul.

(1)

vii

ABSTRAK

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, KULTUR KELUARGA TERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DENGAN MINAT SISWA BERWIRAUSAHA

Studi Kasus Pada Siswa-Siswi SMK Kelas III Jurusan Penjualan di Kabupaten Bantul Tarcitia Tri Mulyani

Universitas Sanata Dharma 2007

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah: (1) ada pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha; (2) ada pengaruh tingkat pendapatan orang tua terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha; (3) ada pengaruh jenis pekerjaan orang tua terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha; (4) ada pengaruh kultur keluarga terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha

Penelitian ini dilaksanakan di SMK (eks SMEA) jurusan penjualan di Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan November 2006 s.d Februari 2007. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dokumentasi. Jumlah populasi penelitian ini sebesar 1748 siswa. Jumlah sampel penelitian adalah 199 siswa. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan

purposive sampling. Teknik analisa data dengan menggunakan model persamaan regresi yang dikembangkan oleh Chow.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. Pada orang tua (ayah): ρ=0,304>α=0,05 dan pada orang tua (ibu): ρ=0,183>α=0,05; (2) tidak ada pengaruh tingkat pendapatan orang tua terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. Pada orang tua (ayah): ρ=0,188>α=0,05 dan pada orang tua (ibu): ρ=0,483>α=0,05; (3) ada pengaruh jenis pekerjaan orang tua terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. Pada orang tua (ayah): ρ=0,015<α0,05 dan pada orang tua (ibu): ρ=0,032<α=0,05; (4) ada pengaruh kultur keluarga terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha (ρ=0,001<α0,05).


(2)

viii

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF SOCIAL AND ECONOMICAL STATUS OF PARENTS, AND FAMILY’S CULTURE TOWARD RELATIONSHIP BETWEEN ENTREPRENEURSHIP SPIRIT AND STUDENT’S INTEREST

FOR BEING ENTREPRENEUR

A Case Study on Students of The Third Class of Marketing Departement of Vocational Senior High Shcools in Bantul Regency

Tarcitia Tri Mulyani Sanata Dharma University

Yogyakarta 2007

The aims of the research are to know whether: (1) the level of parents’ education; (2) the income level of the parents; (3) kinds of parents’ occupation; (4) family’s culture influence the spirit of entrepreneurship and the interest of the students for being entrepreneurs.

This research was carried out at Vocational Senior High Schools (used to be Economical Senior High Schools)), department of marketing in Bantul Regency from november to February 2007. The techniques of gathering the data were questionnaire and documentation. Populations of this research 1748 students. Samples of this research were 199 students. The technigue of samples drawing was purposive sampling technique. The technique of analyzing the data was regression developed by chow.

The results of this reseach show that (1) level of parents’ education doesn’t influence the spirit of entrepreneurship and the interest of the students for being intrepreneur (father: ρ=0,304>α=0,05 and mother: ρ=0,183>α=0,05); (2) the income level of the parents doesn’t influence the spirit of entrepreneurship and the interest of the students for being intrepreneur (father: ρ=0,188>α=0,05 and mother: ρ=0,483>α=0,05); (3) kinds of parent’s occupation has influence the spirit of entrepreneurship and the interest of the students for being intrepreneur (father: ρ=0,015<α0,05 and mother: ρ=0,032<α=0,05); (4) family’s cultural has influence the spirit of entrepreneurship and the interest of the students for being intrepreneur (ρ=0,001<α0,05).


(3)

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, KULTUR KELUARGA TERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DENGAN MINAT SISWA BERWIRAUSAHA

Studi Kasus Pada Siswa-Siswi SMK Kelas III Jurusan Penjualan Di Kabupaten Bantul

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun oleh: Tarcitia Tri mulyani

021334099

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2007


(4)

i

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, KULTUR KELUARGA TERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DENGAN MINAT SISWA BERWIRAUSAHA

Studi Kasus Pada Siswa-Siswi SMK Kelas III Jurusan Penjualan Di Kabupaten Bantul

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun oleh: Tarcitia Tri mulyani

021334099

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2007


(5)

(6)

(7)

iv

H ALAM AN M OT T O

Tuhan menj adikan segala sesuatu indah pada

waktunya………. karena untuk segala hal


(8)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan kepada: 1. Tuhan Yesus Kristus

2. Bapak Agustinus Kasmanto (alm) dan Ibunda Anatasia Sarjiem yang menjaga dan mencintaiku

3. Kakakku Bernadeta Mulyanti dan Tarcitius Mulyadi yang menyayangiku 4. Teman-temanku Uchie, Tiara, Dian, Chandra dan sahabat-sahabat PAK’02


(9)

(10)

vii

ABSTRAK

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, KULTUR KELUARGA TERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DENGAN MINAT SISWA BERWIRAUSAHA

Studi Kasus Pada Siswa-Siswi SMK Kelas III Jurusan Penjualan di Kabupaten Bantul Tarcitia Tri Mulyani

Universitas Sanata Dharma 2007

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah: (1) ada pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha; (2) ada pengaruh tingkat pendapatan orang tua terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha; (3) ada pengaruh jenis pekerjaan orang tua terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha; (4) ada pengaruh kultur keluarga terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha

Penelitian ini dilaksanakan di SMK (eks SMEA) jurusan penjualan di Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan November 2006 s.d Februari 2007. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dokumentasi. Jumlah populasi penelitian ini sebesar 1748 siswa. Jumlah sampel penelitian adalah 199 siswa. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan

purposive sampling. Teknik analisa data dengan menggunakan model persamaan regresi yang dikembangkan oleh Chow.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. Pada orang tua (ayah): ρ=0,304>α=0,05 dan pada orang tua (ibu): ρ=0,183>α=0,05; (2) tidak ada pengaruh tingkat pendapatan orang tua terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. Pada orang tua (ayah): ρ=0,188>α=0,05 dan pada orang tua (ibu): ρ=0,483>α=0,05; (3) ada pengaruh jenis pekerjaan orang tua terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. Pada orang tua (ayah): ρ=0,015<α0,05 dan pada orang tua (ibu): ρ=0,032<α=0,05; (4) ada pengaruh kultur keluarga terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha (ρ=0,001<α0,05).


(11)

viii

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF SOCIAL AND ECONOMICAL STATUS OF PARENTS, AND FAMILY’S CULTURE TOWARD RELATIONSHIP BETWEEN ENTREPRENEURSHIP SPIRIT AND STUDENT’S INTEREST

FOR BEING ENTREPRENEUR

A Case Study on Students of The Third Class of Marketing Departement of Vocational Senior High Shcools in Bantul Regency

Tarcitia Tri Mulyani Sanata Dharma University

Yogyakarta 2007

The aims of the research are to know whether: (1) the level of parents’ education; (2) the income level of the parents; (3) kinds of parents’ occupation; (4) family’s culture influence the spirit of entrepreneurship and the interest of the students for being entrepreneurs.

This research was carried out at Vocational Senior High Schools (used to be Economical Senior High Schools)), department of marketing in Bantul Regency from november to February 2007. The techniques of gathering the data were questionnaire and documentation. Populations of this research 1748 students. Samples of this research were 199 students. The technigue of samples drawing was purposive sampling technique. The technique of analyzing the data was regression developed by chow.

The results of this reseach show that (1) level of parents’ education doesn’t influence the spirit of entrepreneurship and the interest of the students for being intrepreneur (father: ρ=0,304>α=0,05 and mother: ρ=0,183>α=0,05); (2) the income level of the parents doesn’t influence the spirit of entrepreneurship and the interest of the students for being intrepreneur (father: ρ=0,188>α=0,05 and mother: ρ=0,483>α=0,05); (3) kinds of parent’s occupation has influence the spirit of entrepreneurship and the interest of the students for being intrepreneur (father: ρ=0,015<α0,05 and mother: ρ=0,032<α=0,05); (4) family’s cultural has influence the spirit of entrepreneurship and the interest of the students for being intrepreneur (ρ=0,001<α0,05).


(12)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT... viii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

KATA PENGANTAR... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Batasan Masalah... 5

C. Rumusan Masalah... 6

D. Tujuan Masalah... 6

E. Manfaat Penelitian... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 8


(13)

x

1. Pengertian Kewirausahaan... 8

2. Pengertian Jiwa Kewirausahaan... 11

B. Minat Berwirausaha ... 14

C. Status Sosial Ekonomi Orang Tua... 16

D. Kultur Keluarga ... 24

1. Pengertian Kultur Keluarga ... 24

2. Dimensi Kultur Keluarga ... 25

E. Kerangka Berpikir ... 28

F. Hipotesis ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 34

A. Jenis Penelitian... 34

B. Tempat dan Waktu Penelitian... 34

C. Subjek dan Objek Penelitian... 34

D. Populasi dan Sampel ... 35

E. Variabel Penelitian dan Pengukuran... 36

F. Teknik Pengumpulan Data... 41

G. Pengujian Instrumen Penelitian ... 42

1. Pengujian Validitas ... 42

2. Pengujian Reliabilitas... 45

H. Teknik Analisis Data ... 48

1. Deskripsi Data ... 48


(14)

xi

3. Pengujian Hipotesis ... 49

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 64

A. Deskripsi Data ... 64

1. Deskripsi Responden... 64

2. Deskripsi Variabel Penelitian... 65

B. Analisis Data... 77

1. Uji Normalitas... 77

2. Uji Linieritas ... 78

C. Pengujian Hipotesis ... 79

D. Pembahasan Hasil Penelitian... 101

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN ... 114

A. Kesimpulan... 114

B. Keterbatasan ... 116


(15)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Operasional Jiwa Kewirausahaan ... 36

Tabel 3.2 Operasional Minat Siswa Berwirausaha ... 37

Tabel 3.3 Operasional Kultur Keluarga ... 40

Tabel 3.4 Hasil Pengujian Validitas Variabel Jiwa Kewirausahaan... 43

Tabel 3.5 Hasil Pengujian Validitas Variabel Minat Siswa Berwirausaha .. 44

Tabel 3.6 Hasil Pengujian Validitas Variabel Kultur Keluarga ... 45

Tabel 3.7 Hasil Pengujian Reliabilitas Penelitian... 47

Tabel 4.1 Deskripsi Jenis Kelamin Responden... 64

Tabel 4.2 Deskripsi Jiwa Kewirausahaan ... 65

Tabel 4.3 Deskripsi Minat Siswa Berwirausaha ... 66

Tabel 4.4 Deskripsi Tingkat Pendidikan Ayah ... 68

Tabel 4.5 Deskripsi Tingkat Pendidikan Ibu... 68

Tabel 4.6 Deskripsi Tingkat Pendapatan Ayah... 69

Tabel 4.7 Deskripsi Tingkat Pendapatan Ibu... 70

Tabel 4.8 Deskripsi Jenis Pekerjaan Ayah... 71

Tabel 4.9 Deskripsi Jenis Pekerjaan Ibu ... 71

Tabel 4.10 Deskripsi Kultur Keluarga pada Dimensi Power Distance... 72

Tabel 4.11 Deskripsi Kultur Keluarga pada Dimensi Collectivsm vs Individualism... 74

Tabel 4.12 Deskripsi Kultur Keluarga pada Dimensi Masculinity vs Femininity... 75


(16)

xiii

Tabel 4.13 Deskripsi Kultur Keluarga pada Dimensi

Uncertainty Avoidance... 76 Tabel 4.14 Hasil Pengujian Normalitas... 78 Tabel 4.15 Hasil Pengujian Linieritas... 78


(17)

xiv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Skripsi ini merupakan karya tulis ilmiah sebagai tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan.

Proses penulisan ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan serta dukungan dari banyak pihak. Oleh karenanya pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan terimakasih dengan tulus kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

3. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi dan dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan serta pengarahan selama penulisan skripsi ini.

4. Bapak Ag. Heri Nugroho, S.Pd., M.Si. selaku dosen pembimbing II yang telah berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulisan skripsi ini. 5. Ibu Cornelio Purwantini, SPd., M.SA. selaku tim penguji.

6. Bapak Ig. Bondan Suratno, SPd., M.Si. selaku tim penguj i.

7. Segenap dosen serta staf karyawan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi Pendidikan


(18)

xv

Akuntansi, yang telah memberikan bantuan penulis selama penulis duduk di bangku kuliah.

8. Para Siswa-siswi SMK jurusan penjualan di Kabupaten Bantul yang telah berkenan meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner sehingga penulis memperoleh data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

9. Bapak Agustinus Kasmanto (alm) dan Ibunda Anatasia Sarjiem, yang selalu memberikan doa restu, kasih sayang, dukungan, perhatian yang melimpah serta memberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.

10. Kakakku Bernadeta Mulyanti dan Tarcitius Mulyadi yang mendoakan dan memberikan dukungan.

11. Teman-teman seperjuangan PAK’02 yang terkasih terutama Uchie, Ivone, Cat, Tiara, Chandra dan lain- lain.

Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Penulis

Tarcitia Tri Mulyani


(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. L:atar Belakang Masalah

Tujuan pendidikan nasional adalah untuk membentuk siswa agar menjadi manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila (Uyoh Sadulloh, 2003:60). Sejalan dengan tujuan tersebut, SMK merupakan subsistem dari sistem pendidikan nasional yang mempunyai tujuan utama unt uk menyiapkan lulusannya memasuki dunia kerja. Dengan demikian, lulusan SMK harus mempunyai kemampuan profesional kejuruan, termasuk kemampuan berwirausaha. Persyaratan utama untuk menjadi seorang wirausaha yang berhasil adalah lulusan SMK harus mempunyai minat untuk berwirausaha. Minat berwirausaha lahir dari motif berprestasi yaitu motif untuk mencapai hasil yang terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi.

Minat berwirausaha adalah gejala psikis dimana seseorang untuk memperhatikan pada sesuatu serta berusaha untuk mengetahui, mempunyai perasaan senang, kemampuan dan pendirian kuat sehingga timbul keinginan untuk terlibat dalam berwirausaha. Minat berperan penting untuk mencapai keberhasilan berwirausaha. Seseorang yang mempunyai minat yang tinggi dala m berwirausaha akan bersemangat atau bergairah untuk melakukan kegiatan berwirausaha. Pengalaman siswa berkegiatan wirausaha akan jauh lebih menggembirakan sehingga yang bersangkutan akan berusaha lebih keras dan kuat untuk meningkatkan prestasinya dalam berwirausaha. Jika siswa


(20)

2

mempunyai minat yang rendah dalam berwirausaha, maka siswa tidak memperoleh kegembiraan pada kegiatan tersebut. Ia hanya berusaha menjalankan berwirausaha seperlunya saja. Akibatnya prestasi jauh lebih rendah dari kemampuan mereka.

Jiwa kewirausahaan adalah sesuatu yang abstrak yang menjadi penggerak dan penga tur atas kemampuan diri sendiri, dalam setiap tindakan selalu berorientasi pada tugas dan hasil, selalu berani menghadapi dan mengambil resiko, mempunyai jiwa kepemimpinan dalam setiap aktivitas, dalam setiap us aha selalu bersifat orisinil dan memiliki pandangan jauh ke depan. Jika jiwa kewirausahaan seorang siswa tinggi, maka diduga kuat minat siswa untuk berwirausaha juga akan tinggi. Sebaliknya jika jiwa kewirausahaan rendah, maka minat siswa untuk berwirausaha juga rendah.

Derajad hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha dipengaruhi oleh banyak faktor. Penelitian ini me mfokuskan pada faktor status sosial ekonomi orang tua dan kultur keluarga. Status sosial ekonomi orang tua mencakup tingkat pendidikan orang tua, tingkat pendapatan orang tua, dan jenis pekerjan orang tua. Sedangkan, kultur keluarga mencakup dimensi power distance, collectivism vs individualism, masculinity vs femininity, dan uncertainty advoidance.

Pada orang tua siswa yang tingkat pendidikannya tinggi, maka derajad hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha diduga akan lebih tinggi dibandingkan pada siswa dimana orang tuanya berpendidikan rendah. Hal ini disebabkan orang tua yang tingkat


(21)

pendidikannya tinggi akan mencurahkan perhatian yang lebih mendalam kepada pendidikan anaknya. Hal ini akan membuat kesempatan anak untuk berwirausaha menjadi tinggi, karena orang tua akan cenderung mendorong anak untuk berprestasi dalam banyak hal. Semangat untuk berprestasi inilah yang akan mendukung jiwa dan minat siswa untuk berwirausaha. Sebaliknya, pada siswa dimana orang tuanya berpendidikan rendah ada kecenderungan siswa kurang termotivasi untuk berprestasi yang selanjutnya hal tersebut berdampak pada jiwa dan minat siswa yang rendah. Pada orang tua siswa yang tingkat pendapatannya tinggi maka derajad hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha diduga akan lebih tinggi dibandingkan siswa ya ng orang tuanya berpendapatan rendah. Hal ini disebabkan siswa akan mendapatkan kesempatan untuk menge mbangkan kecakapan berwirausaha karena ketersediaan sarana dan prasarana. Sebaliknya, siswa dimana orang tuanya berpendapatan rendah siswa akan mengalami keterbatasan sarana dan prasarana yang akan menghambat perkembangan jiwa dan minat siswa dalam berwirausaha. Pada orang tua siswa yang memiliki pekerjaan wirausaha, maka derajad hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha diduga lebih tinggi dibandingkan pada siswa yang orang tuanya memiliki pekerjaan bukan wirausaha. Hal ini disebabkan siswa akan lebih cepat belajar dari pekerjaan orang tua dalam berwirausaha. Pengalaman siswa tersebut tentu saja akan menumbuhkan jiwa dan minat siswa berwirausaha. Sebaliknya, pada siswa dimana orang tuanya


(22)

4

memiliki pekerjaan bukan wirausaha, maka siswa tidak memiliki pengalaman belajar berwirausaha.

Sementara pada sisi kultur keluarga, pada kultur dengan dimensi jarak kekuasaan yang kecil, maka diduga derajad hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha lebih tinggi dibandingkan pada siswa yang berasal dari jarak kekuasaan besar. Hal ini disebabkan pada keluarga dengan jarak kekuasaan besar akan cenderung mengembangkan aturan, mekanisme atau kebiasaan-kebiasaan dalam mempertahankan perbedaan status atau kekuasaan. Sementara pada kultur keluarga yang memiliki orientasi budaya power distance kecil akan berusaha untuk meminimalkan perbedaan-perbedaan status atau mengutamakan kesejajaran (equality). Pada keluarga dengan dimensi individualisme, maka derajad hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha diduga akan lebih tinggi dibandingkan pada keluarga yang berdimensi kolektivisme. Hal ini disebabkan pada dimensi kelua rga individualisme anak lebih suka tantangan, kerja keras dan inisiatif. Sebaliknya pada keluarga dengan dimensi kolektivisme anak lebih menekankan kewajiban daripada hak-haknya. Dampaknya anak diharapkan untuk mengorbankan kepentingan dan tujuannya untuk berwirausaha demi kelompok. Pada keluarga dengan dimensi maskulin, maka derajad hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha diduga akan lebih tinggi dibandingkan pada keluarga dengan dimensi feminin. Hal ini disebabkan pada dimensi maskulin lebih menekankan pada profesi, kemajuan, dan tantangan. Sebaliknya pada kultur keluarga yang


(23)

bermensi feminin lebih menekankan pada hubungan personal. Pada keluarga dengan dimensi penghindaran akan ketidakpastian yang kuat, maka derajad hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha diduga akan lebih rendah dibandingkan pada keluarga dengan dimensi penghindaran akan ketidakpastian lemah. Hal ini disebabkan anak merasa terancam dengan ketidakpastian sehingga berusaha untuk mengurangi resiko. Sebaliknya pada dimensi penghindaran ketidakpastian yang lemah, anak lebih berani untuk menghadapi resiko sehingga akan lebih menumbuhkan jiwa dan minat berwirausaha.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka peneliti ingin menyelidiki bagaimana pengaruh status sosial ekonomi orang tua dan kultur keluarga terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. Selanjutnya penelitian ini akan mengambil judul “PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, KULTUR KELUARGA TERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DENGAN MINAT SISWA BERWIRAUSAHA” dan merupakan survai pada siswa-siswi SMK Negeri dan Swasta di Kabupaten Bantul.

B. Batasan Masalah

Ada banyak faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya minat siswa berwirausaha. Penelitian ini memfokuskan pada faktor jiwa kewirausahaan. Secara lebih spesifik akan diselidiki apakah ada derajad hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha yang berbeda apabila dilihat


(24)

6

dari tingkat pendidikan orang tua, tingkat pendapatan orang tua, jenis pekerjaan orang tua dan kultur keluarga.

C. Rumusan Masalah

Dari batasan masalah di atas maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha?

2. Apakah ada pengaruh tingkat pendapatan orang tua terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha?

3. Apakah ada pengaruh jenis pekerjaan orang tua terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha?

4. Apakah ada pengaruh kultur keluarga terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang akan dicapai melalui penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.


(25)

2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh tingkat pendapatan orang tua terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.

3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis pekerjaan orang tua terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha 4. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kultur keluarga terhadap

hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi SMK sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas pendidikan khususnya dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan dan minat siswa berwirausaha kalangan siswa SMK dengan mengaitkan pendidikan kewirausahaan.

2. Bagi peneliti selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi bagi peneliti selanjutnya.


(26)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Jiwa Kewirausahaan

1. Pengertian kewirausahaan

Kewirausahaan berasal dari istilah entrepreneurship, sedangkan wirausaha berasal dari kata entrepeneur. Kata entrepreneur, secara tertulis digunakan pertama kali oleh Savary pada tahun 1973 dalam bukunya “Kamus Dagang”. Entepreneur adalah orang yang membeli barang dengan harga pasti, meskipun belum mengetahui berapa harga barang (atau guna ekonomi) itu akan dijual.

Arti kata kewirausahaan menurut Suparman Sumahamijaya (1979: 117) adalah :

Wira = Utama, gagah, luhur, berani, teladan. Swa = sendiri

Sta = berdiri

Swasta = berdiri di atas kaki sendiri = Berdiri di atas kemampuan sendiri

Agar lebih jelas di bawah ini diuraikan beberapa pengertian kewirausahaan dan wirausaha, menurut para ahli (Ating Tedjasutisna, 2004:14) sebagai berikut:


(27)

a. Kewirausahaan adalah mental dan sikap jiwa yang selalu aktif berusaha meningkatkan hasil karyanya dalam arti meningkatkan penghasilan. b. Kewirausahaan adalah suatu proses seseorang guna mengejar

peluang-peluang memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui inovasi, tanpa memperhatikan sumber daya yang mereka kendalikan (Robin,1996) c. Kewirausahaan adalah proses dinamis untuk menciptakan tambahan

kemakmuran.

d. Kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu yang lain dengan menggunakan waktu dan kegiatan disertai modal jasa kepuasan, dan kebebasan pribadi.

e. Dalam lampiran instruksi presiden nomor 4 tahun 1995, tentang gerakan nasional memasyarakatkan dan membudayakan kewirausahaan (GNMMK), Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan keuntungan yang lebih besar.

Sedangkan yang dimaksud dengan wirausaha adalah sebagai berikut: a. Wirausaha adalah mereka yang berhasil mendapatkan perbaikan

pribadi, keluarga, masyarakat dan bangsanya.


(28)

10

c. Wirausaha adalah orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru. d. Wirausaha adalah orang yang berani memaksa diri untuk menjadi

pelayan bagi orang lain (Gede Prama,SWP,09/X1/1996).

e. Pandangan menurut seorang businessman, wirausaha adalah ancaman, pesaing baru, atau juga bisa seorang partner, pemasok konsumen, atau seorang yang bisa diajak kerjasama.

f. Pandangan menurut seorang pemodal, wirausaha adalah seseorang yang menciptakan kesejahteraan buat orang lain yang menemukan cara-cara baru untuk menggunakan resources, mengurangi pemborosan, dan membuka lapangan kerja yang disenangi oleh masyarakat.

g. Pandangan menurut seorang ekonom, wirausaha adalah seseorang atau sekelompok orang yang mengorganisir faktor- faktor produksi alam, tenaga, modal, dan skill untuk tujuan berproduksi.

h. Pandangan menurut seorang psikologis wirausaha adalah seseorang yang memiliki dorongan kekuatan dari dalam untuk memperoleh suatu tujuan, suka mengadakan eksperimen atau untuk menampilkan kebebasan dirinya diluar kekuasaan orang lain.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa wirausaha adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber-sumber daya yang


(29)

dibutuhkan guna mengambil keputusan dan tindakan yang tepat guna dalam memastikan kesuksesan. Sedangkan kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya cara kerja, teknologi dan produk baru dalam meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan keuntungan yang lebih besar.

Yang digolongkan sebagai seorang wirausaha adalah seorang inovator, sebagai individu yang mempuyai kenalurian untuk melihat benda materi sedemikian rupa yang kemudian terbukti benar mempunyai semangat, kemampuan, dan pikiran untuk menakhlukan cara berpikir lamban dan malas.

2. Pengertian Jiwa Kewirausahaan

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwadarminto, 1976:421), pengertian jiwa adalah seluruh kehidupan batin manusia (yang terjadi dari perasaan, pikiran, angan-angan dan sebagainya). Menurut pendapat Amir Hamzah Nasution (1950:10), jiwa adalah sesuatu yang abstrak yang menjadi penggerak dan pengatur bagi sekalian laku, pikiran, perasaan dan kemauan seseorang dan yang memberi corak kepadanya.

Untuk menjadi wirausaha yang berhasil persyaratan yang utama adalah memiliki jiwa dan watak kewirausahaan. Menurut pendapat S. Hardjoseputra (1987:27), ciri-ciri dan watak seorang wirausaha adalah sebagai berikut :


(30)

12

Ciri-ciri

a. Percaya diri

b. Berorientasi pada tugas dan hasil

c. Penga mbilan resiko

d. Kepemimpinan

e. Orisinalitas

f. Berorientasi masa depan

Watak :

Kepercayaan, tidak tergantung pada orang lain, punya individualitas, optimis.

Kebutuhan akan berprestasi, berorientasi laba, tekun dan tabah, tekad kerja keras, dorongan tinggi, energik, berinisiatif.

Kemampuan mengambil resiko, suka pada tantangan.

Perilaku kepemimpin dan dapat bergaul dengan orang lain, menanggapi saran-saran dan kritik. Inovatif dan kreatif, fleksibel, banyak sumber, serba bisa, mengetahui banyak hal.

Pandangan ke depan, perspektif-kreatif.

Ciri-ciri dan watak seorang wirausaha akan terlihat dan berkembang melalui ilmu pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dari hasil interaksi dengan lingkungannya. Dalam penelitian ini, ciri-ciri wirausaha di atas dijadikan indikator dalam penyusunan instrumen karena dalam ciri-ciri tersebut telah mencakup beberapa ciri yang dikemukakan oleh para ahli. Ciri-ciri di atas meliputi watak yang seyogyanya dimiliki dan dikembangkan oleh seorang yang ingin menjadi wirausaha. Semakin banyak seseorang memiliki atau menunjukkan watak tersebut, maka semakin kuat jiwa kewirausahaan orang tersebut.

Suparman Sumahamijaya (1979:142) mengemukakan pendapat mengenai jiwa wirausaha sebagai berikut :


(31)

b. Percaya pada diri sendiri

c. Tahu menimbang antara ketidaktergantungan dan ketergantungan. d. Berinisiatif tapi berdisiplin diri.

e. Rasa tanggung jawab yang tebal atas tugasnya dalam kehidupan. f. Bertekad untuk berusaha mengutamakan memajukan lingkungan. g. Berani mengambil resiko yang diperhitungkan.

h. Bertekad menyebarkan segala apa yang baik bagi kepentingan umum. i. Rasa keadilan yang sejauh mungkin seimbang.

j. Tahu apa maunya, tahu apa yang dicita-citakan dalam hidup ini. Sementara menurut Dusselman (dalam Suryana 1989:16), seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan ditandai oleh pola-pola tingkah laku sebagai berikut:

a. Inovasi, yaitu usaha untuk menciptakan, menemukan dan menerima ide-ide baru.

b. Keberanian untuk menghadapi risiko yaitu usaha untuk menimbang dan menerima dalam pengambilan keputusan dan dalam menghadapi ketidakpastian.

c. Pengakuan manajerial, yaitu usaha-usaha yang dilakukan untuk melaksanakan fungsi- fungsi manajemen meliputi :

1) Usaha perencanaan.

2) Usaha untuk mengkoordinir

3) Usaha untuk menjaga kelancaran usaha


(32)

14

5) Kepemimpinan yaitu usaha memotivasi melaksanakan, dan mengarahkan tujuan usaha.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian jiwa kewirausahaan adalah sesuatu yang abstrak yang menjadi penggerak dan pengatur adanya kepercayaan atas kemampuan diri sendiri, dalam setiap tindakan selalu berorientasi pada tugas dan hasil, selalu berani menghadapi dan mengambil resiko, mempunyai jiwa kepemimipinan dalam setiap aktivitas, dalam setiap usaha selalu bersifat orisinalitas dan memiliki pandangan jauh ke depan.

B. Minat Berwirausaha

Menurut Poerwadarminta (1976:650), minat adalah perhatian, kesukaan (kecenderungan hati) kepada sesuatu. jika seseorang berminat terhadap suatu kegiatan tertentu, maka ia akan mempunyai perhatian terhadap kegiatan tersebut. Sejalan dengan itu menurut WS. Winkel (1983:30) minat diartikan sebagai kecenderungan subyek yang agak menetap pada obyek ya ng merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam hal itu. Menurut Witherington (1963:90) minat adalah kesadaran seseorang, bahwa suatu obyek, seseorang, suatu soal atau suatu situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya. Sedangkan menurut Andi Mappiare (1982:62) minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut, atau kecenderungan-kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu


(33)

pilihan tartentu. Menurut W.S.Winkel (1983:27-28), faktor-faktor yang mempengaruhi minat adalah:

1. Minat secara intrinsik

Minat secara intrinsik merupakan dorongan yang secara mutlak timbul dari dalam individu itu sendiri tanpa pengaruh dari luar.

2. Minat secara ekstrinsik

Minat secara ekstrinsik merupakan minat yang berdasarkan suatu dorongan atau pengaruh dari luar individu.

Bila minat terhadap sesuatu telah tumbuh dan bahkan berkembang cukup besar, dengan sendirinya perhatian spontan akan muncul. Minat melahirkan perhatian wajar yang tidak dipaksakan dengan tenaga kemauan, dan perhatian yang serta merta itu akan memudahkan terciptanya dan menjadi benteng pelindung melawan gangguan- gangguan perhatian apapun dari luar. Menurut William Amstrong (The Liang Gie,1995:133), ada 10 cara untuk memperoleh minat sebagai berikut:

1. Hendaknya berusaha menetapkan apa yang ingin diperbuat dan kemana akan menuju.

2. Tetapkan suatu alasan bagi pekerjaan yang dilakukan dan dengan demikian membersihkan dari unsur pekerjaan yang membosankan.

3. Hendaknya menentukan tujuan hidupnya: ingin menjadi apa?

4. Lakukan suatu usaha yang sungguh-sungguh untuk menangkap keyakinan dan pengapdian diri pada suatu yang bersangkutan.

5. Hendaknya membangun sikap yang positif, yaitu mencari minat-minat yang baik ketimbang alasan-alasan penghindar yang buruk.

6. Hendaknya menerapkan keaslian dan kecerdasannya dalam mata pelajaran sebagaimana dilakukan pada kegemarannya.

7. Berlakulah jujur terhadap diri sendiri. 8. Praktekkan kebijakan-kebijakan dari minat.

9. Hendaknya menggunakan nalurinya menghimpun untuk mengumpulkan keterangan.


(34)

16

Minat berkembang karena keterlibatan dalam aktivitas yang memberi daya tarik kuat. Minat adalah perasaan suka yang dihubungkan dengan suatu obyek di luar individu. Perasaan senang tersebut dapat mendorong individu untuk berbuat sesuatu obyek seperti memberi perhatian, mempelajari atau ikut dengan obyek tersebut. Minat merupakan salah satu faktor yang mene ntukan pilihan pekerjaan seseorang. Selain itu minat juga penting untuk keberhasilan yang menentukan pilihan pekerjaan seseorang.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa minat berwirausaha adalah gejala psikis dimana seseorang memperhatikan pada sesuatu serta berusaha untuk mengetahui, mempunyai perasaan senang, kemampuan dan pendirian yang kuat sehingga timbul keinginan untuk terlibat dalam wirausaha. Seseorang siswa berminat untuk berwirausaha karena siswa mempunyai pengalaman yang menyenangkan dengan hal- hal tersebut dan ingin terus terlibat.

C. Status Sosial Ekonomi Orang Tua

Status sosial ekonomi sering disebut dengan klas sosial atau status sosial. Pada dasarnya pengertian-pengertian tersebut mempunyai arti yang sama, untuk lebih mudah mendapatkan pengertian, istilah tersebut digambarkan dengan istilah kedudukan (status) saja. Menurut Soerdjana Soekanto (1982:233) status adalah tempat atau posisi seseorang dalam kelompok sosial sehubungan dengan orang-orang lainnya dalam kelompok tersebut atau tempat suatu kelompok berhubungan dengan kelompok lainnya


(35)

di dalam kelompok yang lebih besar lagi. Menurut Hartomo dan Arnicun Azis (1990:195) status merupakan kedudukan seseorang (individu) dalam suatu pergaulan hidupnya. Menurut Soedarno dkk (1988:107) status adalah tempat seseorang dalam hubungannya dengan orang lain dalam masyarakat, yang memberi hak- hak serta kewajiban-kewajiban tertentu kepada individu yang menempati kedudukan tersebut. Sedangkan menurut WS Winkel (1983:164) status adalah kebutuhan akan kedudukan atau posisi tertentu dalam masyarakat sesuai peranan atau tugas seseorang dalam masyarakat.

Menurut Soerdjono Soekanto (1982:234), masyarakat pada umumnya mempertimbangkan dua macam status yaitu :

1. Ascribed - status

Yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan.

Ascribed status dapat dijumpai pada masyarakat dengan sistem lapisan tertutup maupun sistem lapisan terbuka.

2. Achieved - status

Yaitu kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja kedudukan ini bersifat terbuka bagi siapa saja tergantung dari kemampuannya masing- masing mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya.

Kadang-kadang dibedakan lagi satu macam status, yaitu assigned-status, yang merupakan status yang diberikan. Assigned-status tersebut sering mempunyai hubungan yang erat dengan achieved status, dalam arti bahwa


(36)

18

suatu kelompok atau golongan memberikan kedudukan yang lebih tinggi. Kepada seseorang yang berjasa yang telah memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Akan tetapi kadang-kadang kedudukan tersebut diberikan, karena seseorang telah lama menduduki suatu kepangkatan tertentu.

Menurut Hartomo dan Arnicun Azis (1990:195) Status seseorang individu dalam masyarakat dapat dilihat dari dua aspek, yakni:

1. Aspek statis

Yaitu kedudukan dan derajat seseorang dalam suatu kelompok yang dapat dibedakan dengan derajat atau kedudukan individu lainya.

2. Aspek dinamis

Yaitu berhubungan erat dengan peranan sosial tertentu yang berhubungan dengan pengertian jabatan, fungsi, dan tingkah laku yang formal serta jasa yang diharapkan dari fungsi dan jabatan tersebut.

Sikap, cita-cita, minat, motivasi anak terhadap suatu obyek akan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi orang tuanya. Gerungan (1989:57) berpendapat bahwa dengan kondisi ekonomi keluarga yang cukup, ia akan mendapat kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan bermacam-macam kecakapan. Dari pendapat tersebut diartikan bahwa anak yang berasal dari keluarga yang ekonominya cukup, mempunyai kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan kemampuannya daripada anak yang berasal dari keluarga yang ekonominya lemah.


(37)

Status sosial ekonomi keluarga menurut Mahmud (1989:89) mencakup banyak faktor, seperti tingkat pendidikan orang tua, jenis pekerjaan orang tua, dan tingkat pendapatan orang tua serta fasilitas khusus dan barang-barang berharga yang ada dirumah seperti radio, televisi, mesin cuci dan sebagainya. Dalam penelitian ini secara lebih spesifik peneliti hanya akan membatasi tiga unsur yaitu :

1. Tingkat pendidikan orang tua a. pengertian pendidikan

Dalam Ensiklopedi Pendidikan (Soegarda Purbakawatja dan harahap, 1997:257), pendidikan adalah suatu perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuanya, pengalamannya, kecakapannya serta keterampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkan agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah. Dapat pula dikatakan bahwa pendidikan itu adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan memikul tanggung jawab moril dari segala perbuatannya. Menurut Ngalim Purwanto (1983:11) pendidikan adalah usaha orang dewasa dalam pergaulan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaniahnya ke arah kedewasaan.


(38)

20

b. Jenis Pendidikan

Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Untuk itulah terdapat bermacam- macam bentuk pendidikan dengan sifat yang berbeda pula. Dalam reader Wens Tanlain (2004:31-32) pendidikan dapat diklasifikasikan dalam : 1) Pendidikan formal

Karakteristik pendidikan formal adalah:

a) Peristiwa pendidikan direncanakan dan diatur secara khusus dan berjenjang.

b) Ada persyaratan yang cukup ketat mengenai waktu pendidikan, isi pendidikan.

c) Penggunakan metode formal dan ada penilaian formal terhadap hasil.

2) Pendidikan informal

Karakteristik pendidikan informal adalah:

a) Peristiwa pendidikan tidak direncanakan dan diatur secara khusus.

b) Peristiwa pendidikan terpadu seiring dengan kehidupan sehari-hari.

c) Tidak menentukan waktu khusus untuk itu.

d) Tidak menggunakan metode formal dan tidak ada penilaian formal.


(39)

3) Pendidikan non- formal

Karakteristik pendidikan non formal:

a) Peristiwa pendidikan direncanakan dan diatur secara khusus dan berjenjang.

b) Ada persyaratan yang cukup lunak mengenai waktu dan peserta.

c) Jangka waktu pendek dan isi pendidikan bersifat praktis untuk meningkatkan ketrampilan kerja dengan tujuan meningkatkan usaha dan taraf hidup.

d) Menggunakan metode formal untuk menilai hasil.

Menurut Philip H. Coombs (dalam Muri Yusuf 1983:61-63), pendidikan formal adalah pendidikan yang berstruktur, mempunyai jenjang atau tingkat, dalam periode waktu-waktu tertentu, berlangsung dari sekolah dasar sampai universitas dan tercakup disamping studi akademis umum, juga berbagai program khusus dan lembaga untuk latihan teknis dan profesional. Pendidikan informal adalah suatu proses yang sesungguhnya terjadi seumur hidup yang karenanya setiap individu memperoleh sikap, nilai, keterampilan, pengetahuan dan pengalaman sehari- hari dari pengaruh lingkunganya. Sedangkan pendidikan nonformal adalah pendidikan (pada umumnya) diluar sekolah yang secara potensial dapat membantu dan menggantikan pendidikan formal dalam aspek-aspek tertentu.


(40)

22

c. Tingkat Pendidikan Orang Tua

Menurut Philip H. Coombs (dalam Muri Yusuf 1983:62) yang dimaksud dengan pendidikan formal adalah pendidikan yang berstruktur, mempunyai jenjang atau tingkat dalam periode waktu-waktu tertentu, berlangsung dari sekolah dasar sampai universitas dan tercakup disamping studi akademis umum, juga berbagai program khusus dan lembaga untuk teknis dan profe sional.

Tingkat pendidikan formal yang telah dicapai akan membawa pengaruh yang luas pada kehidupan seseorang, yaitu bukan hanya berpengaruh pada tingkat penguasaan pengetahuan, tetapi juga berpengaruh pada jenjang pekerjaan, penghasilan, kekayaan, dan status sosial dalam masyarakat.

Dari pendapat di atas dapat ditarik suatu pengertian bahwa tingkat pendidikan orang tua adalah tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh oleh orang tua dilembaga pendidikan forma l

2. Tingkat pendapatan orang tua

Yang dinilai dengan pendapatan adalah segala bentuk balas karya yang diperoleh sebagai imbalan atau balas jasa sumbangan seseorang terhadap proses produksi (T. Gilarso,1991:63). Pendapatan dapat berupa :

a. Usaha sendiri atau wirausaha. b. Bekerja pada orang lain. c. Hasil dari milik


(41)

Bentuk dari pendapatan dapat dibedakan menjadi 3 : a. Pendapatan berupa uang.

Adalah segala pendapatan berupa uang yang sifatnya reguler yang biasanya diterima sebagai balas jasa.

b. Pendapatan berupa barang.

Adalah segala pendapatan yang sifatnya reguler akan tetapi tidak selalu berbentuk balas jasa, tetapi dapat diterima dalam bentuk barang dan jasa.

c. Pendapatan lain- lain

Adalah segala penerimaan bersifat transfer redistributif dan biasanya membawa perubahan dalam keuangan rumah tangga.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan yang dimaksud pendapatan orang tua adalah keseluruhan penerimaan orang tua dari pekerjaan pokok, pekerjaan sampingan dan pendapatan lain yang diterima setiap bulan dalam bentuk uang.

3. Jenis Pekerjaan Orang Tua

Pengertian kerja menurut kamus bahasa Indonesia Komtemporer (Poter Salim & Yenny Salim, 1991: 721) adalah kegiatan melakukan sesuatu; kegiatan yang dilakukan untuk mencari nafkah; mata pencaharian. Sedangkan pekerjaan adalah hal- hal yang diperbuat; dilakukan; tugas kewajiban; sesuatu yang dapat dikerjakan, dilakukan atau dijalankan untuk mendapatkan nafkah. Yang dimaksud dengan jenis pekerjaan adalah suatu bentuk kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh


(42)

24

penghasilan. Jadi dapat disimpulkan bahwa jenis pekerjaan orang tua adalah suatu bentuk kegiatan yang dilakukan orang tua untuk memperoleh penghasilan.

Pekerjaan dibedakan menjadi 2 jenis : a. Pekerjaan pokok

Adalah jenis pekerjaan yang dimiliki oleh seseorang sebagai sumber utama dari penghasilannya, yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari. Sifat pekerjaan ini adalah tetap. Apabila penghasilan dari pekerjaan pokok ini tidak atau belum mencukupi untuk keperluan hidupnya, maka perlu diusahakan adanya penghasilan lain di luar penghasilan pokok.

b. Pekerjaan sampingan atau tambahan

Adalah pekerjaan yang dimiliki atau dilakukan oleh seseorang sebagai pekerjaan sambilan untuk melengkapi pekerjaan pokok.

Untuk penelitian ini pekerjaan dibedakan menjadi 2 macam : 1) Pekerjaan wirausaha.

2) Pekerjaan bukan wirausaha.

D. Kultur Keluarga

1. Pengertian Kultur Keluarga

Tylor (1924) dalam Hassan shadily (1984:81) menyatakan bahwa kebudayaan (culture) merupakan keseluruhan dari hasil manusia hidup bermasyarakat berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama manusia sebagai


(43)

anggota masyarakat ya ng merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat kebiasaan dan lain- lain kepandaian. Sedangkan Hendropuspito (1989:150) menyatakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan pola kelakuan lahir dan batin yang memungkinkan hubungan sosial diantara anggota-anggota suatu masyarakat.

Secara alami kebiasaan yang dilakukan orang tua, famili, dan anggota keluarga akan diserap kedalam jiwa anak dan mempengaruhi sikap anak terhadap suatu kegiatan termasuk kegiatan wirausaha. Apabila anggota keluarga banyak yang berprofesi sebagai wirausaha sekaligus akan memberikan dorongan, kesempatan dan akan membentuk persepsi dan sikap untuk berprofesi sebagai wirausaha.

Menurut W.A. Gerungan (1988:180), keluarga adalah kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan manusia, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kultur keluarga adalah keseluruhan pola kelakuan lahir dan batin yang memungkinkan hubungan-hubungan sosial diantara anggota-anggota suatu keluarga.

2. Dimensi Kultur keluarga

Substansi perbedaan kultur antar kelompok akan lebih tampak pada praktik kultur daripada nilai- nilai (Hofstede, 1994:5). Perbedaan kultur antar kelompok tersebut dapat dianalisis pada tingkatan unit atau bahkan sub-sub unit dalam sua tu organisasi (Hofstede, 1994:181-182). Kultur


(44)

26

dapat diklasifikasikan ke dalam 6 (enam) tingkatan atau lapisan (layers)

yaitu : (1) a national level, (2) a regional level etc, (3) a gender level, (4) a generation level, (5) a social class level, dan (6) an organization or coporate level (Hofstede, 1994: 10). Pada tingkat nasional, kultur dapat dikenali berdasarkan dimensi yang mencakup : power distance (from small to large), collectivism versus individualism, femininity versus masculinity,

dan uncertainty avoidance (from weak to strong).

Dimensi power distance (jarak kekuasaan) merupakan merupakan tingkat dalam mana kekuasaan anggota dalam institusi didistribusikan secara berbeda. Dimensi individualism (individualisme) menggambarkan suatu masyarakat dalam mana pertalian antar individu cenderung menghilang (artinya: individu cenderung memikirkan dirinya sendiri dan setelahnya orang lain). Sedangkan dimensi collectivism (kolektivisme menunjukkan suatu kond isi kelompok dalam mana individu- individu sejak lahir diintegrasikan secara kuat sehingga mereka menjadi sangat loyal terhadap kelompok tersebut. Dimensi masculinity (maskulinitas) menunjukkan suatu kelompok dalam mana peran sosial gender terdapat perbedaan yang jelas. Sementara, dimensi feminniity menunjukkan masyarakat dimana peran sosial gander terdapat tumpang tindih (overlap). Dimensi uncertainty avoidance (penghindaran ketidak pastian) menunjukkan masyarakat dalam mana individu- individu akan merasa terancam dalam suatu kondisi ketidakpastian (ketidaktahuan situasi).


(45)

Elemen-elemen masyarakat sebagaimana diklasifikasikan Hofstede (1994:28) mencakup : keluarga, sekolah dan komunitas (organisasi) tempat seseorang melaksanakan aktivitasnya. Pada tingkat keluarga, dimensi

power distance (jarak kekuasaan) mencakup ind ikator antara lain aturan dan norma dalam masyarakat, kepatuhan (sopan santun), orang tua mempunyai otoritas tertinggi, ikatan emosional diantara keluarga yang dekat, asas demokrasi dalam keluarga dan keadilan dalam penggunaan asset keluarga. Dimensi kolektivitas versus individualitas mencakup indikator antara lain: kebebasan untuk menyatakan pendapat, loyalitas kepada anggota keluarga lain, keleluasaan untuk mandiri, keterikatan sosial satu sama la in dalam keluarga, kebutuhan untuk berkomunikasi, perasaan yang muncul atas suatu aturan atau norma tertentu. Dimensi femininitas versus maskulinitas mencakup indikator antara lain: dominasi penetapan aturan dalam keluarga, perhatian kepada anggota keluarga yang lebih kuat, pilih kasih atau tidak adil, tidak ada pembedaan perlakuan gander dalam karier. Sedangkan dimensi penghindaran atas ketidakpastian mencakup indikator yang meliputi: kedekatan hub ungan antara anggota keluarga, tingkat kecemasan menghadapi kondisi ketidakpastian, serta kondisi ketat atau tidaknya pengaturan atas hal baik dan tidak baik.


(46)

28

E. Kerangka Berpikir

1. Pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.

Tingkat pend idikan orang tua adalah tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh oleh orang tua di lembaga pendidikan formal. Tingkat pendidikan orang tua sangat berpengaruh terhadap jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. Orang tua yang tingkat pendidikannya tinggi akan mencurahkan perhatian yang lebih mendalam kepada pendidikan anaknya. Hal ini membuat kesempatan anak untuk berwirausaha menjadi lebih tinggi, karena orang tua akan cenderung mendorong anak lebih berprestasi dalam banyak hal. Dampaknya dalam diri anak akan tumbuh jiwa dan minat berwirausaha. Pada orang tua yang berpendidikan rendah, mereka cenderung menganggap pendidikan sebagai tujuan yang kurang bernilai. Karenanya, orang tua akan mendidik anaknya seadanya dan kurang kreatif dalam menghadapi lingkungan kerja. Hal ini akan mempengaruhi pola pikir anak sehingga kemungkinan besar anak akan berpikir seperti orang tuanya. Kondisi demikian tentu kurang menumbuhan jiwa dan minat siswa untuk berwirausaha.

Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pendidikan orang tua maka diduga akan semakin tinggi derajad hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha, sebaliknya semakin rendah pendidikan orang tua maka akan semakin rendah derajad hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.


(47)

2. Pengaruh tingkat pendapatan orang tua terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.

Tingkat pendapatan orang tua adalah keseluruhan penerimaan orang tua dari pekerjaan pokok, pekerjaan sampingan dan pekerjaan lain yang diterima setiap bulan dalam bentuk uang. Tingkat pendapatan orang tua akan sangat berpengaruh terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.

Orang tua yang mempunyai tingkat pendapatan tinggi maka lingkungan material yang dihadapi anak di dalam keluarganya itu lebih memadai. Anak dengan demikian mendapatkan kesempatan yang luas untuk mengembangkan bermacam- macam kecakapan termasuk kecakapan dalam berwirausaha. Sementara orang tua yang memiliki tingkat pendapatan yang rendah akan mengakibatkan keluarga hidup dalam tekanan fundamental seperti dalam memperoleh nafkah hidup yang kurang memadai. Anak mengalami keterbatasan alat yang dapat menghambat perkembangan termasuk perkembangan dalam berwirausaha, karena keluarga disulitkan dengan kebutuhan-kebutuhan primer kehidupan keluarga. Hal ini tentu saja berdampak pada jiwa dan minat siswa untuk berwirausaha.

Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pendapatan orang tua, maka diduga derajad hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha semakin tinggi, sebaliknya semakin rendah tingkat


(48)

30

pendapatan orangtua maka derajad hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha maka semakin rendah.

3. Pengaruh jenis pekerjaan orang tua terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.

Jenis pekerjaan orang tua adalah suatu bentuk kegiatan yang dilakukan orang tua untuk memperoleh penghasilan. Jenis pekerjaan orang tua sangat berpengaruh terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. Dalam penelitian ini jenis pekerjaan orang tua digolongkan menjadi dua yaitu pekerjaan wirausaha dan pekerjaan bukan wirausaha. Orang tua yang pekerjaannya wirausaha akan membuat anak banyak belajar dari pekerjaan orang tuanya. Pengalaman belajar siswa tentu saja akan menumbuhkan jiwa dan minatnya untuk berwirausaha. Sementara anak yang pekerjaan orang tuanya bukan wirausaha, anak tidak akan memiliki pengalaman belajar berwirausaha. Hal tersebut tentu saja berdampak pada jiwa dan minatnya berwirausaha.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pada jenis pekerjaan orang tua berwirausaha diduga derajad hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha akan lebih tinggi dibanding pada pada siswa dimana pekerjaan orang tua bukan wirausaha. 4. Pengaruh kultur keluarga terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan

dengan minat siswa berwirausaha.

Keluarga memiliki latar belakang budaya atau kultur yang berbeda. Kultur keluarga tersebut mencakup nilai- nilai yang berkaitan dengan jiwa


(49)

kewirausahaan dan minat siswa berwirausaha. Pada tingkat keluarga, kultur dapat diidentifikasi dalam empat dimensi yaitu: power distance, collectivism versus individualism, femininity versus masculinity, dan

uncertainty avoidance.

Dimensi power distance (jarak kekuasaan) menunjukkan tingkatan atau sejauh mana tiap budaya mempertahankan perbedaan-perbedaan status kekuasaan diantara anggota-anggotanya. Keluarga dengan dimensi jarak kekuasaan yang kecil, maka diduga derajad hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha lebih tinggi dibandingkan pada siswa yang berasal dari jarak kekuasaan besar. Hal ini disebabkan pada keluarga dengan jarak kekuasaan besar akan cenderung mengembangkan aturan, mekanisme atau kebiasaan-kebiasaan dalam mempertahankan perbedaan status atau kekuasaan. Sementara masyarakat yang memiliki orientasi budaya jarak kekuasaan kecil akan berusaha untuk meminimalkan perbedaan-perbedaan status atau mengutamakan kesejajaran (equality).

Dimensi individualism (individualisme) menunjukkan suatu kelompok (keluarga) dimana pertalian individu cenderung menghilang. Keluarga dengan dimensi individualisme membuat anak lebih menyukai tantangan, kerja keras dan insiatif. Sementara dimensi colectivism

(kolektivisme) menunjukkan suatu kondisi kelompok (keluarga) dimana individu- individu sejak lahir diintegrasikan secara kuat sehingga mereka menjadi sangat loyal terhadap kelompok tersebut. Pada dimensi ini anak


(50)

32

lebih menekankan kewajiban daripada hak- haknya, sehingga anak diharapkan mengorbankan kepentingan dan tujuan pribadinya untuk berwirausaha demi kelompok. Jadi semakin individualis, maka diduga semakin tinggi derajad hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. Sedangkan semakin kolektif, maka semakin rendah derajad hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.

Dimensi masculinity (maskulinitas) menunjukkan tingkatan atau sejauh mana suatu masyarakat berpegang teguh pada peran gender atau nilai- nilai seksual yang tradisional yang didasarkan pada perbedaan biologis. Pada dimensi ini anak lebih menekankan pada profesi, kemajuan dan tantangan. Sementara dimensi femininity (feminitas) menunjukkan masyarakat dimana peran sosial gender terdapat tumpang tindih (overlap). Pada dimensi ini anak lebih menekankan pada hubungan personal dalam keluarga. Jadi semakin maskulin, maka diduga semakin tinggi derajad hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha. Sedangkan semakin feminin, maka semakin rendah derajad hubungan antara jiwa dengan minat siswa berwirausaha.

Dimensi uncertainty avoidance menunjukkan tingkatan atau sejauh mana keluarga menghadapi situasi ketidakpastian. Keluarga yang mempunyai dimensi budaya uncertainty avoidance kuat, merasa terancam dengan ketidakpastian sehingga berusaha menciptakan mekanisme untuk mengurangi resiko. Sementara keluarga yang mempunyai budaya


(51)

uncertainty avoidance yang lemah anak lebih berani menghadapi resiko. Jadi semakin lemah dimensi budaya uncertainty avoidance, maka diduga derajad hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha rendah, sebaliknya semakin kuat dimensi budaya uncertainty avoidance maka semakin tinggi derajad hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.

F. HIPOTESIS

Berdasarkan permasalahan dan kerangka teoretik yang disajikan dalam penelitian ini, maka perumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut :

1. Ada pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.

2. Ada pengaruh tingkat pendapatan orang tua terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.

3. Ada pengaruh jenis pekerjaan orang tua terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.

4. Ada pengaruh kultur keluarga terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.


(52)

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi kasus yaitu penelitian yang dilaksanakan pada suatu objek tertentu, sehingga hasil penelitian hanya berlaku bagi objek yang diteliti dan tidak berlaku pada objek lainnya.

B Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SMK Negeri 1 Bantul, SMK Binawiyata Srandakan, SMK Budhi Dharma Piyungan, SMK Muhammadiyah 2 Bantul dan SMK Putra Tama Bantul.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan November 2006 s.d. Februari 2007.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah orang yang dimintai informasi atau orang yang menjadi sumber informasi. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas tiga SMK jurusan penjualan.


(53)

2. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan dalam penelitian. Objek penelitian ini adalah jiwa kewirausahaan, minat siswa berwirausaha, tingkat pendidikan orang tua, tingkat pendapatan orang tua, jenis pekerjaan orang tua, dan kultur keluarga.

D. Populasi dan Sampel

1. Subjek Penelitian

Populasi penelitian adalah sekumpulan objek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2002:108). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa-siswi SMK yang ada jurusan penjualan sekabupaten Bantul yang meliputi SMK Negeri 1 Bantul, SMK Binawiyata Srandakan, SMK Budhi Dharma Piyungan, SMK Muhammadiyah 2 Bantul dan SMK Putra Tama Bantul. Jumlah populasi penelitian ini adalah 1748 siswa.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto (1998:107). Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah siswa-siswi kelas tiga jurusan penjualan SMK Negeri 1 Bantul, SMK Binawiyata Srandakan, SMK Budhi Dharma Piyungan, SMK Muhammadiyah 2 Bantul dan SMK Putra Tama Bantul. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 199 siswa.


(54)

36

3. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini sampel yang diambil dengan menggunakan teknik

purposive sampling, yaitu anggota populasi yang diambil sudah ditentukan sesuai dengan keperluan penelitian dan mengabaikan peluang anggota lain dari anggota populasi yang tidak dipilih (Suharsimi Arikunto, 2002:117). Sampel yang diambil adalah seluruh siswa-siswi kelas 3 jurusan penjualan karena kelas 3 jurusan penjualan sudah dibekali mata pelajaran kewirausahaan dengan kompetensi mengelola usaha kecil.

E. Variabel Penelitian dan Pengukuran

1. Jiwa Kewirausahaan

Jiwa kewirausahaan adalah sesuatu yang abstrak yang menjadi penggerak dan pengatur adanya kepercayaan atas kemampuan diri sendiri, dalam setiap tindakan selalu berorientasi pada tugas dan hasil, selalu berani menghadapi dan mengambil resiko, mempunyai jiwa kepemimpinan dalam setiap aktivitas, dalam melakukan usaha selalu bersifat orisinalitas dan memiliki pandangan jauh ke depan. Berikut ini disajikan tabel operasional jiwa kewirausahaan.

Tabel 3.1

Operasional Jiwa Kewirausahaan

Dimensi Indikator Pertanyaan positif no.

Pertanyaan negatif no. Percaya diri 4,9,11,29, 33 6 Berorientasi pada tugas dan hasil 1,5,7,8,10,12,18,24

Pengambilan resiko 2,13,17,23,30 26 Kepemimpinan 14,16,19, 25,28, 31

Orisinalitas 3,15,22, 32,34 Jiwa

kewirausahaan


(55)

Adapun pengukuran dilakukan berdasarkan empat skala pendapat dan dilakukan dengan cara penentuan sebagai berikut:

Skor untuk pernyataan No. Keterangan

Positif Negatif

1. Sangat setuju 4 1

2. Setuju 3 2

3. Tidak setuju 2 3

4. Sangat tidak setuju 1 4

2. Minat Siswa Berwirausaha

Minat berwirausaha adalah gejala psikis dimana seseorang untuk memperhatikan pada sesuatu serta berusaha untuk mengetahui, mempunyai perasaan senang, kemampuan dan pendirian yang kuat sehingga timbul keinginan untuk terlibat dalam wirausaha. Penelitian ini menggolongkan minat siswa berwirausaha dalam delapan indikator yaitu perhatian, perasaan senang, keinginan terlibat, harapan untuk memperoleh manfaat, pendirian, kemampuan, konsentrasi, dan rasa ingin tahu. Berikut ini disajikan tabel operasional minat siswa berwirausaha.

Tabel 3.2

Operasional Minat Siswa Berwirausaha

Dimensi Indikator Pertanyaan positif no.

Pertanyaan negatif no.

Perhatian 3,5

Perasaan senang 1,2,10 Keinginan terlibat 4,7,8,9,16 Harapan untuk memperoleh manfaat 11

Pendirian 12

kemampuan 13,14 15

konsentrasi 17,19 18

Minat siswa berwirausaha


(56)

38

Adapun pengukuran dilakukan berdasarkan empat skala pendapat dan dilakukan dengan cara penentuan sebagai berikut:

Skor untuk pernyataan No. Keterangan

Positif Negatif

1. Sangat setuju 4 1

2. Setuju 3 2

3. Tidak setuju 2 3

4. Sangat tidak setuju 1 4

3. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan orang tua adalah tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh oleh orang tua di lembaga pendidikan formal. Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh orang tua menurut Wens Tanlain dibagi menjadi 4, yaitu:

a. Pendidikan dasar: tamatan pra sekolah SD, SLTP atau sederajad b. Pendidikan lanjutan: tamatan SLTP atau sederajad

c. Pendidikan menengah: tamatan SMA atau sederajad d. Pendidikan tinggi: tamatan D2, D3, D4, S1, S2, S3 Adapun pedoman untuk membuat skor adalah:

a. Pendidikan rendah diberi skor 1 b. Pendidikan menengah diberi skor 2 c. Pendidikan tinggi diberi skor 3 4. Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan orang tua adalah keseluruhan penerimaan orang tua dari pekerjaan pokok, pekerjaan sampingan dan pendapatan lain yang diterima setiap bulan dalam bentuk uang. Untuk mengukur variabel tingkat


(57)

pendapatan orang tua dilakukan dengan menentukan terlebih dahulu batas

minimal penerimaan standar di DIY tahun 2006 (www.pusdatinaker@nakertrans.go.id). Dalam penelitian ini, pendapatan

diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Pendapatan rendah, yaitu pendapatan = Rp 460.000,00

b. Pendapatan sedang, yaitu pendapatan antara Rp 460.001,00 sampai dengan Rp. 920.000,00

c. Pendapatan tinggi, yaitu pendapatan > Rp. 920.000 Adapun pedoman membuat skor adalah sebagai berikut: 1) Pendapatan rendah diberi skor 1 2) Pendapatan menengah diberi skor 2 3) Pendapatan tinggi diberi skor 3 5. Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan orang tua untuk memperoleh penghasilan. Penelitian ini menggolongkan jenis pekerjaan orang tua ke dalam dua indikator, yaitu wirausaha dan bukan wirausaha. Adapun pedoman untuk pemberian skor adalah sebagai berikut:

a. Wirausaha diberi skor 1

b. Bukan wirausaha diberi skor 2 6. Kultur Keluarga

Kultur keluarga adalah keseluruhan pola kelakuan lahir dan batin yang memungkinkan hubungan-hubungan sosial diantara anggota-anggota keluarga. Dalam dimensi power distance indikator kultur keluarga


(58)

40

mencakup: (a) aturan dan norma dalam keluarga; (b) kepatuhan atau sopan santun; (c) orang tua mempunyai otoritas tertinggi; (d) ikatan emosional di antara keluarga yang dekat; (e) asas demokratis dalam keluarga; (f) keadilan dalam penggunaan aset keluarga. Dalam dimensi collectivism dan

individualism indikator kultur keluarga mencakup: (a) tanggung jawab; (b) ikatan persaudaraan yang kuat; (c) ramah tama h dengan anggota keluarga; (d) takut berbuat salah dalam keluarga. Dalam dimensi masculinity dan

femininity indikator kultur keluarga mencakup: (a) takut berbuat salah di masyarakat; (b) bapak merupakan pemegang otoritas tertinggi; (c) pilih kasih atau tidak adil; (d) tidak ada pembedaan perlakuan gender dalam karier. Dalam dimensi uncertainty avoidance indikator kultur keluarga mencakup: (a) kedekatan hubungan antara anggota keluarga; (b) kepasrahan terhadap jumlah pendapatan keluarga; (c) rasa senasib sepenanggungan; (d) kepatuhan terhadap aturan dan norma keluarga. Berikut ini disajikan tabel operasionalisasi variabel kultur keluarga.

Tabel 3.3

Operasional Kultur Keluarga

No. Dimensi Indikator Pertanyaan No

1. Power Distance - Aturan dan norma dalam masyarakat

- Kepatuhan (sopan santun)

- Orang tua mempunyai otoritas tertinggi - Ikatan emosional di antara keluarga yang

dekat

- Asas demokrasi dalam keluarga

- Keadilan dalam penggunaan asset dalam keluarga 1 2 3 4 5 6

2. Collectivism vs

Individualism

- Tanggung jawab

- Ikatan persaudaraan yang kuat

- Ramah tamah dengan anggota keluarga - Takut berbuat salah dalam keluarga

7 8 9 10


(59)

3. Masculinity vs Femininity

- Takut berbuat salah di masyarakat - Bapak merupakan pemegang otoritas

kekuatan tertinggi - Pilih kasih atau tidak adil

- Tidak ada pembedaan perlakuan gender dalam karier

11 12 13 14

4. Uncertainty

Avoidance

- Kedekatan hubungan antara anggota keluarga

- Kepasrahan terhadap jumlah pendapatan keluarga

- Rasa senasib sepenanggungan

- Kepatuhan terhadap aturan dan norma keluarga

15 16 17 18

Pengukuran variabel kultur keluarga didasarkan pada indikator-indikatornya. Masing- masing indikator dibuat dalam bentuk pertanyaan. Adapun pengukuran dilakukan berdasarkan empat skala pendapat dan dilakukan dengan cara penentuan sebagai berikut:

Jawaban sangat setuju diberi skor 4

Jawaban setuju diberi skor 3

Jawaban kurang setuju diberi skor 2 Jawaban tidak setuju diberi skor 1

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam pemilihan digunakan teknik penelitian sebagai berikut:

1. Kuesioner

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data dengan membuat daftar pertanyaan tertulis yang dibagikan kepada responden untuk memperoleh informasi. Dalam penelitian ini digunakan angket kuesioner jiwa


(60)

42

kewirausahaan, minat kewirausahaan, tingkat pendapatan orang tua, tingkat pendidikan orang tua, jenis pekerjaan orang tua dan kultur keluarga.

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data dengan menggunakan catatan atau dokumen serta arsip-arsip yang berhubungan dengan obyek yang diteliti. Cara ini digunakan untuk memperoleh data lengkap tentang siswa-siswi SMK Putratama Bantul dan SMK Negeri 1 Bantul

G. Pengujian Instrumen Penelitian

1. Pengujian Validitas

Suatu alat ukur dikatakan valid apabila suatu alat pengukur tersebut dapat mengukur apa yang akan diukur dengan tepat dan teliti. Jenis validitas yang digunakan analisis butir, untuk menguji validitas setiap butir maka skor-skor yang ada pada butir yang dimaksud dikorelasikan dengan skor-skor total. Skor butir dipandang dengan nilai X dan skor total dipandang nilai Y (Suharsimi Arikunto, 1989:141). Kevalidan alat ukur akan diuji dengan menggunakan perhitungan korelasi Product Moment dari Karl Pearson (Suharsimi Arikunto, 1995:69) dengan rumus sebagai berikut:

{

( )

}{

( )

}

) )( ( 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N rxy Σ − Σ Σ − Σ Σ Σ − Σ = Keterangan:

r

xy = koefisien korelasi N = jumlah responden

X = nilai skor masing- masing item Y = nilai skor seluruh item


(61)

Untuk menentukan apakah instrumen ini valid atau tidak ketentuannya sebagai berikut:

• Jika r hitung = r tabel dengan tingkat signifikansi 95% maka item dikatakan valid.

• Jika r hitung = r tabel dengan tingkat signifikansi 95% maka item dikatakan tidak valid.

Pengujian validitas butir-butir pernyataan kuesioner ini dilakukan sebelum penelitian dan dilaksanakan di SMK Muhammadiyah Kretek, Kabupaten Bantul Yogyakarta. Pengujian validitas didasarkan pada populasi berukuran N = 30 siswa. Pada populasi sejumlah itu nilai df = N-2 (dk = 30-2 = 28), sehingga didapatkan nilai koefisien r tabel = 0,239. Rangkuman hasil pengujian validitas variabel penelitian ini tampak dalam tabel-tabel berikut ini:

a. Jiwa Kewirausahaan

Hasil pengujian validitas butir-butir pernyataan variabel jiwa kewirausahaan adalah sebagai berikut (lampiran 3 hal 130).

Tabel 3.4

Hasil Pengujian Validitas Variabel Jiwa Kewirausahaan

No r hitung r tabel Keterangan

1 0.349 0,239 Valid

2 0,687 0,239 Valid

3 0,606 0,239 Valid

4 0,416 0,239 Valid

5 0,470 0,239 Valid

6 0,331 0,239 Valid

7 0,389 0,239 Valid

8 0,421 0,239 Valid

9 0,372 0,239 Valid

10 0,652 0,239 Valid

11 0,560 0,239 Valid


(62)

44

13 0,335 0,239 Valid

14 0,268 0,239 Valid

15 0,255 0,239 Valid

16 0,486 0,239 Valid

17 0,527 0,239 Valid

18 0,497 0,239 Valid

19 0,451 0,239 Valid

20 0,260 0,239 Valid

21 0,435 0,239 Valid

22 0,342 0,239 Valid

23 0,643 0,239 Valid

24 0,369 0,239 Valid

25 0,559 0,239 Valid

26 0,245 0,239 Valid

27 0,275 0,239 Valid

28 0,476 0,239 Valid

29 0,375 0,239 Valid

30 0,316 0,239 Valid

31 0,343 0,239 Valid

32 0,363 0,239 Valid

33 0,262 0,239 Valid

34 0,549 0,239 Valid

b. Minat Siswa Berwirausaha

Hasil pengujian validitas butir-butir pernyataan variabel minat siswa berwirausaha adalah sebagai berikut (lampiran 3 hal 131).

Tabel 3.5

Hasil Pengujian Validitas Variabel Minat Siswa berwirausaha

No r hitung r tabel Keterangan

1 0,686 0,239 Valid

2 0,761 0,239 Valid

3 0,612 0,239 Valid

4 0,689 0,239 Valid

5 0,514 0,239 Valid

6 0,488 0,239 Valid

7 0,348 0,239 Valid

8 0,701 0,239 Valid

9 0,703 0,239 Valid

10 0,280 0,239 Valid

11 0,596 0,239 Valid

12 0,383 0,239 Valid

13 0,593 0,239 Valid

14 0,758 0,239 Valid

15 0,255 0,239 Valid

16 0,706 0,239 Valid


(63)

18 0,349 0,239 Valid

19 0,626 0,239 Valid

20 0,378 0,239 Valid

c. Kultur Keluarga

Hasil pengujian validitas butir-butir pernyataan variabel kultur keluarga adalah sebagai berikut (lampiran 3 hal 132).

Tabel 3.6

Hasil Pengujian Validitas Variabel Kultur Keluarga

No r hitung r tabel Keterangan

1 0,252 0,239 Valid

2 0,529 0,239 Valid

3 0,436 0,239 Valid

4 0,601 0,239 Valid

5 0,437 0,239 Valid

6 0,527 0,239 Valid

7 0,344 0,239 Valid

8 0,349 0,239 Valid

9 0,387 0,239 Valid

10 0,743 0,239 Valid

11 0,641 0,239 Valid

12 0,260 0,239 Valid

13 0,246 0,239 Valid

14 0,529 0,239 Valid

15 0,337 0,239 Valid

16 0,448 0,239 Valid

17 0,240 0,239 Valid

18 0,556 0,239 Valid

2. Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya dan diandalkan (Suharsimi Arikunto, 1997:117). Untuk mengukur reliabilitas digunakan teknik koefisien Alpha Cronbach:

      Σ −     − = 2 2 11 1 1 t b k k r α σ


(64)

46

Keterangan: 11

r = reliabilatas instrumen 2

b

α

Σ = jumlah varians butir 2

t

α = varians total

k = banyaknya butir pertanyaan

Suatu kuesioner dinyatakan andal (reliabel), jika koefisien alpha (r11) hitung lebih besar dari r tabel dengan taraf signifikansi 5%. Sebaliknya suatu kuesioner dinyatakan tidak reliabel jika koefisien alpha (r11) hitung lebih kecil dari r tabel. Berikut ini interpretasi koefisien korelasi nilai r (Sugiyono, 2001:183):

Interval koefisien Tingkat hubungan

0,00 - 0,199 Sangat rendah 0,20 - 0,399 Rendah 0,40 - 0,599 Sedang

0,60 - 0,799 Kuat

0,80 - 1,000 Sangat kuat

Hasil- hasil pengujian reliabilitas instrumen penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa koefisien alpha (r11) untuk variabel jiwa kewirausahaa (X1) adalah 0,892 (lampiran 3 hal 130). Harga r11 ini selanjutnya dibandingkan dengan harga koefisien rtabel

sebesar 0,239. Mengingat nilai koefisien r11 berada pada taraf 0,80– 1,00 maka dapat dikatakan bahwa kuesioner untuk variabel jiwa kewirausahaan ini adalah reliabel dengan taraf reliabilitas sangat kuat.


(65)

2. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa koefisien alpha (r11) untuk variabel minat siswa berwirausaha (Y) adalah 0,903 (lampiran 3 hal 131). Harga r11 ini selanjutnya dibandingkan dengan harga koefisien rtabel sebesar 0,239. Mengingat nilai koefisien r11 berada pada taraf 0,80–1,00 maka dapat dikatakan bahwa kuesioner untuk variabel minat siswa berwirausaha ini adalah reliabel dengan taraf reliabilitas sangat kuat.

3. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa koefisien alpha (r11) untuk variabel kultur keluarga (X3) adalah 0,828 (lampiran 3 hal132). Harga r11 ini selanjutnya dibandingkan dengan harga koefisien rtabel sebesar 0,239. mengingat nilai koefisien r11 berada pada taraf 0,80–1,00 maka dapat dikatakan bahwa kuesioner untuk variabel kultur keluarga ini adalah reliabel dengan taraf reliabilitas sangat kuat.

Tabel ringkasan hasil pengujian instrumen penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.7

Hasil Pengujian Reliabilitas Variabe l Penelitian

No Variabel Penelitian

Koefisien r11

Koefisien rtabel

Kesimpulan Kriteria

1. Jiwa Kewirausahaan

0,892 0,239 Reliabel Sangat kuat 2. Minat Siswa

Berwirausaha

0,903 0,239 Reliabel Sangat kuat 3. Kultur Keluarga 0,828 0,239 Reliabel Sangat kuat


(66)

48

H. Teknik Analisis Data

1. Deskripsi Data

Analisis ini digunakan untuk mengetahui dan mendeskripsikan data hasil observasi yang sudah didapat dari penelitian di lapangan yang meliputi jiwa kewirausahaan, minat siswa berwirausaha, tingkat pendidikan orang tua, tingkat pendapatan orang tua, jenis pekerjaan orang tua dan kultur keluarga.

2. Uji Normalitas dan Linieritas a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas menggunakan tes satu sampel Kolmogorov Smirnov, dengan rumus sebagai berikut (Heinz Kohler, 1988:467):

Fe Fo

D=max −

Keterangan: D =Deviasi max

Fo =Distribusi frekuensi yang diobservasi Fe =Distribusi frekuensi kumulatif teoritis

Bila probabilitas (p) yang diperoleh melalui perhitungan > taraf signifikan 5% berarti sebaran data variabel normal. Sedangkan bila probabilitas (p) yang diperoleh melalui perhitungan < taraf signifikan 5% berarti sebaran data variabel tidak normal.

b. Uji Linieritas

Pengujian linieritas ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada sifat hubungan yang linier atau tidak antara variabel bebas dengan variabel


(67)

terikat dari data yang diperoleh. Pengujian dilakukan dengan Uji F dengan rumus sebagai berikut (Sudjana, 2002:332):

2 2 e TC S S F = Dimana :

( )

2 2 − = k TC JK S TC

( )

k n E JK Se − = 2 Keterangan :

F = Harga bilangan F untuk garis regresi

TC

S2

= Varians tuna cocok 2

e

S = Varians kekeliruan

JK (TC) = Jumlah kuadrat tuna cocok JK (E) = Jumlah kuadrat kekeliruan

Berdasarkan hasil perhitungan selanjutnya dibandingkan dengan F tabel dengan taraf signifikansi 5%. Koefisien F hitung diperoleh dari perhitungan SPSS. Jika nilai F hitung > nilai F tabel maka hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat tidak linier dan sebaliknya jika nilai F hitung < nilai F tabel maka hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat linier.

3. Pengujian Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ingin menyatakan bahwa ada pengaruh status sosial ekonomi orang tua dan kultur keluarga terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara status sosial ekonomi


(68)

50

orang tua, kultur keluarga terhadap hub ungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha digunakan model persamaan regresi yang dikembangkan Chow (Gujarati, 1995:512) :

a. Pengaruh Tingkat Pend idikan Orang Tua Terhadap Hubungan antara Jiwa Kewirausahaan dengan Minat Siswa Berwirausaha

1) Tingkat Pendidikan Ayah a) Perumusan Hipotesis

H0 : Tidak ada pengaruh tingkat pendidikan ayah terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.

H1 : Ada pengaruh tingkat pendidikan ayah terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.

b) Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan regresi yang dikembangkan Chow (Gujarati, 1995:512) dengan rumus sebagai berikut:

1 2 1 3 2 2 1 1 0

1 X X (X X ) u

Y =α +β +β +β +

Keterangan : 1

Y = Variabel minat siswa berwirausaha 0

α = Konstanta 1

X = Variabel jiwa kewirausahaan 2

X = Variabel tingkat pendidikan ayah 2

1X

X = Nilai interaksi antara variabel jiwa

kewirausahaan dengan tingkat pendidikan ayah 3

2 1/β /β


(69)

1

u = Pengganggu regresi

Untuk menguji tingkat signifikansi koefisien regresi dari interaksi variabel X1X2 terhadap Y1 maka dilakukan pembandingan nilai signifikansi koefisien regresi (β3) dengan taraf signifikansi (α) yang digunakan dalam penelitian ini yakni 0,05. Hipotesis penelitian ini akan diterima bila nilai signifikansi koefisien regresi (β3)lebih rendah dari taraf signifikansi (α)0,05.

2) Tingkat Pendidikan Ibu a) Perumusan Hipotesis

H0 : Tidak ada pengaruh tingkat pendidikan ibu terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.

H1 : Ada pengaruh tingkat pendidikan ibu terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.

b) Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan regresi yang dikembangkan Chow (Gujarati, 1995:512) dengan rumus sebagai berikut:

1 2 1 3 2 2 1 1 0

1 X X (X X ) u


(70)

52

Keterangan : 1

Y = Variabel minat siswa berwirausaha 0

α = Konstanta 1

X = Variabel jiwa kewirausahaan 2

X = Variabel tingkat pendidikan ibu 2

1X

X = Nilai interaksi antara variabel jiwa

kewirausahaan dengan tingkat pendidikan ibu 3

2 1/β /β

β = Koefisien regresi (besaran pengaruh) 1

u = Pengganggu regresi

Untuk menguji tingkat signifikansi koefisien regresi dari interaksi variabel X1X2 terhadap Y1 maka dilakukan pembandingan nilai signifikansi koefisien regresi (β3) dengan taraf signifikansi (α) yang digunakan dalam penelitian ini yakni 0,05. Hipotesis penelitian ini akan diterima bila nilai signifikansi koefisien regresi (β3)lebih rendah dari taraf signifikansi (α)0,05.

b. Pengaruh Tingkat Pendapatan Orang Tua Terhadap Hubungan antara Jiwa Kewirausahaan dengan Minat Siswa Berwirausaha

1) Tingkat Pendapatan Ayah a) Perumusan Hipotesis

H0 : Tidak ada pengaruh tingkat pendapatan ayah terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.

H1 : Ada pengaruh tingkat pendapatan ayah terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.


(71)

b) Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan regresi yang dikembangkan Chow (Gujarati, 1995:512) dengan rumus sebagai berikut:

1 2 1 3 2 2 1 1 0

1 X X (X X ) u

Y =α +β +β +β +

Keterangan : 1

Y = Variabel minat siswa berwirausaha 0

α = Konstanta 1

X = Variabel jiwa kewirausahaan 2

X = Variabel tingkat pendapatan ayah 2

1X

X = Nilai interaksi antara variabel jiwa

kewirausahaan dengan tingkat pendapatan ayah 3

2 1/β /β

β = Koefisien regresi (besaran pengaruh) 1

u = Pengganggu regresi

Untuk menguji tingkat signifikansi koefisien regresi dari interaksi variabel X1X2 terhadap Y1 maka dilakukan pembandingan nilai signifikansi koefisien regresi (β3) dengan taraf signifikansi (α) yang digunakan dalam penelitian ini yakni 0,05. Hipotesis penelitian ini akan diterima bila nilai signifikansi koefisien regresi (β3)lebih rendah dari taraf signifikansi (α)0,05.

2) Tingkat Pendapatan Ibu a) Perumusan Hipotesis

H0 : Tidak ada pengaruh tingkat pendapatan ibu terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.


(1)

174 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

175 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

176 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

177 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

178 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

179 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA Hubungan antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dengan Motivasi Belajar Pada Siswa.

0 0 13

Hubungan motivasi belajar kewirausahaan dan tingkat pendidikan orang tua dengan jiwa kewirausahaan pada siswa-siswi kelas XI SMK Negeri di Kabupaten Sleman Yogyakarta.

0 0 173

Hubungan status sosial ekonomi orang tua dan motivasi belajar kewirausahaan terhadap jiwa berwirausaha siswa : studi kasus SMK Kristen 2 Klaten.

0 1 114

Hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha siswa SMK ditinjau dari status sosial ekonomi keluarga : studi kasus siswa-siswi jurusan penjualan pada SMK Negeri I, SMK Kristen 2, dan SMK Katolik di Kabupaten Klaten.

0 6 118

Pengaruh praktik industri, status sosial ekonomi orang tua, dan prestasi belajar terhadap minat siswa SMK untuk berwiraswasta : studi kasus siswa-siswi kelas III, Jurusan Penjualan, SMK N I Godean dan SMK Yapemda I Sleman.

0 1 202

Pengaruh status sosial ekonomi orang tua, kultur keluarga terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha : studi kasus pada siswa-siswi SMK kelas III jurusan penjualan di Kabupaten Bantul - USD Repository

0 0 202

HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA SISWA SMK DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA

0 0 116

HUBUNGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMK DALAM MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DENGAN MINAT BERWIRASWASTA DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA

0 1 137

HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN MOTIVASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN TERHADAP JIWA BERWIRAUSAHA SISWA

0 0 112

PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN, PRAKTIK INDUSTRI DAN JENIS PEKERJAAN ORANG TUA TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA SISWA SMK

0 0 134