13 masyarakat adalah Fantomas, Zigomar, Tom Mix, Edi Polo, Charlie Caplin, Max
Linder, Arsene Lupin, dll. Di Jakarta pada tahun 1951 diresmikan bioskop Metropole yang
berkapasitas 1.700 tempat duduk, berteknologi ventilasi peniup dan penyedot, bertingkat tiga dengan ruang dansa dan kolam renang di lantai paling atas. Pada
tahun 1955 bioskop Indra di Yogyakarta mulai mengembangkan kompleks bioskopnya dengan toko dan restoran.
Di Indonesia awal Orde Baru dianggap sebagai masa yang menawarkan kemajuan perbioskopan, baik dalam jumlah produksi film nasional maupun
bentuk dan sarana tempat pertunjukan. Kemajuan ini memuncak pada tahun 1990- an. Pada dasawarsa itu produksi film nasional 112 judul. Sementara sejak tahun
1987 bioskop dengan konsep sinepleks gedung bioskop dengan lebih dari satu layar semakin marak. Sinepleks-sinepleks ini biasanya berada di kompleks
pertokoan, pusat perbelanjaan, atau mal yang selalu jadi tempat nongkrong anak- anak muda dan kiblat konsumsi terkini masyarakat perkotaan. Di sekitar sinepleks
itu tersedia pasar swalayan, restoran cepat saji, pusat mainan, dan macam-macam. Sinepleks tidak hanya menjamur di kota besar, tetapi juga menerobos kota
kecamatan sebagai akibat dari kebijakan pemerintah yang memberikan masa bebas pajak dengan cara mengembalikan pajak tontonan kepada bioskop depan.
Akibatnya, pada tahun 1990 bioskop di Indonesia mencapai puncak kejayaan: 3.048 layar. Sebelumnya, pada tahun 1987 di seluruh Indonesia terdapat 2.306
layar.
B. Penggolongan Gedung Bioskop
Gedung – gedung bioskop di jawa timur dibagi menjadi beberapa golongan yang ditetapkan oleh PEMDA II bersama GPBSI golongan pengusaha
bioskop seluruh indonesia . Penerapannya dilihat dari beberapa segi, yaitu : Keadaan gedung
Letak gedung Peralatan dan darana keadaan lantai
14 Penggolongan bioskop ini dibagi menjadi :
Golongan A A:
a. Keadaan gedung dan halamannya : Bentuk gedung megah dan modem
Mempunyai ruangan untuk tunggu berkapasitas 10 penonton Tersedia catetaria yang cukup memadai
Tersedia tempat parkir mobil 25 dari kapasitas jumlah penonton Tersedia tempat parkir sepeda-sepeda dan sepeda motor
Full AC b. Letak gedung:
Di tengah-tengah kota propinsi atau di tengah-tengah kota karisidenan. c. Keadaan kamar kecil:
Tersedia untuk pria dan wanita dengan terpisah tempatnya Dinding dibuat dari porselen termasuk bak air
Tersedia wastafel lengkap d. Peralatan dan sarana atau keadaan lantai:
Kursi penonton dilapisi spon Lantai tiap deretan kursi bertahap
Jalur lintas penonton memakai karpet Keadaan proyektor tahun 1971 keatas sepasang kool spit 75 Am
Sound sistem memadai
Golongan A:
a. Keadaan gedung dan halamannya: Keadaan gedung cukup megah
Tersedianya ryang tunggu cukup memadai Tersedia cafetaria
Tersedia tempat parkir 10 dari kapasitas jumlah penonton Tersedia tempat parkir sepeda atau sepeda motor
b. Letak gedung: Di tengah-tengah kota piopinsi dan di tengah-tengah kola karesidenan juga di
tengah-tengah kota kabupaten,
15 c. Keadaan kamar kecil:
Tersedianya untuk pria dan wanita yang terpisah ruangnya meskipun satu tempat
Dinding seluruhnya alau separuhnya terbuat dari tegel atau teraso d. Peralatan dan sarana atau keadaan lantai:
Kursi penonton bahan rotan, plastik, atau spon Lantai tempat kursi bertahap atau lantai belakang makin meninggi
Keadaan proyektor, tahun 1970 keatas, sepasang kool spit 61 Am. suara jelas.
Golongan B:
a. Keadaan gedung dan halamannya: Gedung megah cukup baik
Tidak mutlak tersedia ruang tunggu Tersedia tempat parkii sepeda atau sepeda motor
Letak gedung. Di tengah-tengah propinsi, di tengah-tengah atau dekat pinggir-pinggiran
kota Karesidenan, bisa di tengah-tengah Kabupaten b. Keadaan kamar kecil:
Tersedianya untuk pria dan wanita yang terpisah tetapi pada satu tempat dengan pintu tersendiri
Dinding tembok dan serbal plesteran. c. Peralatan dan sarana atau keadaan lantai:
Kursi terbuat dari rotan atau plastik Lantai landai
Keadaan proyektor sekitar tahun 1960 sepasang, kool spit 50 Am, suara jelas.
Golongan C:
1 Keadaan gedung dan halamannya: Tersedianya tempat penitipan sepeda atau sepeda motor 25 dan kapasitas
penonton.
16 2 Letak gedung:
Di pinggir kota propinsi, di tengah-tengah kota atau di pinggiran kota karesidenan, juga bisa berada di tengah-tengah kota kabupaten dan di tengah -
tengah kota kecamatan. Di pusat atau di tengah - tengah antara pedesaan. 3 Keadaan kamar kecil:
Tersedianya untuk pria dan wanita yang terpisah tetapi berada pada suatu tempat dengan pintu tersendiri.
4 Peralatan dan sarana atau keadaan lantai: Kursi penonton bahan plastik dan ada yang seng atau plat dapat dilipat.
Lantai landai Keadaan proyektor sekitar tahun 1950, tunggal kool spit 50 Am, suara
jelas.
C. Sejarah Perkembangan Pertunjukan Film