Latar Belakang Pemilihan Lokasi

55

BAB III TINJAUAN LOKASI PERANCANGAN

3.1. Latar Belakang Pemilihan Lokasi

Kawasan perencanaan Kota Banyuwangi masuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Banyuwangi dan merupakan ibukota Kabupaten Banyuwangi. Kabupaten Banyuwangi terletak diantara 7º 43’ sd 8º 46’ Lintang Selatan dan 114º 38’ Bujur Timur. Secara administratif Kabupaten Banyuwangi terdiri dari 24 Kecamatan diantaranya 3 kecamatan yaitu Kecamatan Tegalsari, Licin dan Siliragung merupakan kecamatan baru, dengan batas administrasi sebagai berikut : • Sebelah Utara : Kabupaten Situbondo • Sebelah Timur : Selat Bali • Sebelah Selatan : Samudera Indonesia • Sebelah Barat : Kabupaten Jember dan Bondowoso Gambar 3.1 Peta batas wilayah Kota Banyuwangi 56 Aspek – aspek pengembangan Kota Banyuwangi menurut BWK Bagian Wilayah Kota : • BWK Utara Bagian Wilayah Kota Utara merupakan wilayah Kota Banyuwangi yang berada di bagian paling utara di Kota Banyuwangi. Penjabaran rencana pemanfaatan ruang kota secara makro pada BWK Utara bertujuan untuk menetapkan jenis – jenis penggunaan lahan mikro rekomendasinya adalah sebagai berikut: Kawasan sepanjang jalan diarahkan untuk pengembangan kawasan perdagangan dan jasa skala kota dan lokal. Kawasan sepanjang jalan direkomendasikan untuk pengembangan industri dan pergudangan. Kawasan rekreasi dan wisata direkomendasikan dikembangkan pada wilayah Kota Banyuwangi sebelah Timur yang berbatasan dengan Selat Bali dimana saat ini telah berkembang Pantai Bom dan Water Bom. Lahan di luar penggunaan tersebut diatas direkomendasikan tetap sebagai lahan cadangan perkembangan kota. • BWK Pusat Kota BWK Pusat Kota merupakan BWK dengan fungsi sebagai pusat pelayanan dengan skala regional. BWK ini terletak di pusat kota Banyuwangi dan diarahkan untuk pengemabangan kegiatan permukiman, pemerintahan, fasilitas umum, perdagangan dan jasa baik skala lokal maupun regional. Penjabaran rencana pemanfaatan ruang kota secara makro pada BWK Pusat Kota bertujuan untuk menetapkan jenis – jenis penggunaan lahan mikro dimana rekomendasinya adalah sebagai berikut: Kawasan jalan direkomendasikan untuk pengembangan perdagangan dengan skala lokal dan pengembangan bangunan dengan fungsi pemerintahan dan fasilitas umum. 57 Kawasan jalan arteri sekunder direkomendasikan untuk pengembangan perdagangan dengan skala regional serta fasilitas umum dan komersial. Kawasan jalan kolektor primer direkomendasikan untuk pengembangan fasilitas umum komersial. Fasilitas kesehatan direkomendasikan untuk dikembangkan di sekitar jalan kolektor sekunder. Kawasan jalan kolektor sekunder direkomendasikan untuk pengembangan pendidikan dan fasilitas umum. Kawasan rekreasi dan wisata direkomendasikan dikembangkan pada wilayah Kota Banyuwangi yang saat ini telah ada kawasan wisata Pantai Bom yang terletak di sebelah Timur Kota Banyuwangi dan berbatasan dengan Selat Bali. Sebagian besar BWK Pusat Kota direkomdasikan untuk pengembangan hunian baik hunian dalam blok kawasan maupun hunian yang terletak di sepanjang jalan. Lahan di luar penggunaan tersebut diatas direkomendasikan tetap sebagai lahan cadangan perkembangan kota. • BWK Selatan Penjabaran rencana pemanfaatan ruang kota secara makro pada BWK Selatan bertujuan untuk menetapkan jenis – jenis penggunaan lahan mikro dimana rekomendasinya adalah sebagai berikut : Kawasan jalan arteri primer direkomendasikan untuk pengembangan perdagangan dengan skala lokal dan fasilitas umum. Kawasan jalan arteri sekunder direkomendasikan untuk pengembangan perdagangan dengan skala regional. Ruang terbuka hijau yang ada saat ini tetap dipertahankan keberadaannya. 58 Sebelah Timur BWK Selatan direkomdasikan untuk pengembangan tambak. Sebagian besar BWK Selatan diarahkan untuk pengembangan hunian dalam blok kawasan maupun hunian yang terletak di sepanjang jalan. Lahan di luar penggunaan tersebut diatas direkomendasikan tetap sebagai lahan cadangan perkembangan kota. • BWK Barat Penjabaran rencana pemanfaatan ruang kota secara makro pada BWK Barat bertujuan untuk menetapkan jenis – jenis penggunaan lahan mikro dimana rekomendasinya adalah sebagai berikut : Ruang terbuka hijau yang ada saat ini tetap dipertahankan keberadaannya. Sebagian besar BWK Barat diarahkan untuk pengembangan hunian yang terletak di sepanjang jalan. Lahan di luar penggunaan tersebut diatas direkomendasikan tetap sebagai lahan cadangan perkembangan kota. Kawasan sekitar sungai besar diarahkan untuk konservasi atau kawasan sempadan sungai. Sedangkan penentuan lokasi bioskop berdasarkan keputusan Gubernur Kepala Daerah Tk.I Jawa Timur No. 632 Tahun 1988, bioskop kelas AA mempunyai syarat lokasi : • Mudah dicapai oleh kendaraan umum maupun pribadi • Terletak di Pusat Kota • Jalan beraspal dan lebar jalan cukup memadai • Berada di tengah kota atau pinggiran kota • Lokasi harus bebas banjir Berdasarkan penggolongan dan pembagian fungsi dari masing – masing wilayah Kota Banyuwangi, dan ketentuan lokasi bioskop maka daerah yang tepat 59 yaitu pada BWK Pusat Kota. Hal tersebut berdasarkan atas penggunaan lahan dan aspek – aspek lainnya. Sedangkan karakteristik site atau kriteria yang dipakai sebagai dasar pemilihan alternatif site di BWK Pusat Kota adalah : • Aspek Pencapaian Kemudahan pencapaian lokasi baik dari dalam maupun dari luar kota, memberikan nilai lebih karena masyarakat menyukai tempat yang mudah dijangkau baik oleh kendaraan pribadi maupun angkutan umum. Akan lebih baik bila lokasi bisa dicapai dari segala arah. • Aspek Penentuan Lokasi Berdasarkan RDTRK Faktor ini cukup penting karena pembangunan proyek disuatu tempat tidak bias lepas dari kesesuaian dengan Master Plan Kota Banyuwangi dan Rencana Detail Tata Ruang Kota RDTRK Banyuwangi sehingga tercapai sasaran dan tujuan pengembangan kota yang terencana dan terpadu. Dalam hal ini sesuai dengan peruntukan fasilitas umum yang mengarah ke 21 Cinema Center : • Aspek Aktifitas Penunjang Adanya tempat hiburan, daerah perbelanjaan serta perumahan yang dapat mendukung aktifitas pertunjukan film. • Aspek Prasarana Meliputi tersedianya air bersih, listrik. Telepon, serta jaringan infrastruktur jalan, saluran pembuangan air dan lain – lain yang mendukung pelaksanaan operasional Proyek selanjutnya.

3.2. Penetapan Lokasi