komponen tersebut tidak selalu saling berinteraksi untuk membentuk sikap yang utuh total attitude dan sikap biasanya didasarkan atas pengetahuannya. Jika individu
hanya mempunyai satu atau dua komponen saja, maka sikap untuk menghasilkan perilaku yang diharapkan belum tentu terbentuk.
Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung favorable,
maupun perasaan tidak mendukung unfavorable pada objek tersebut. Sikap memiliki tiga komponen yaitu kognitif yaitu komponen yang tersusun atas dasar
pengetahuan terhadap obyek sikapnya, afektif yaitu berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang dan konatif yang merupakan kesiapan untuk bertingkah laku yang
berhubungan dengan obyek sikapnya. Sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan. Dalam sikap yang positif
reaksi seseorang cenderung untuk mendekati obyek sedangkan dalam sikap yang negatif orang cenderung untuk menjauhi atau menghindari obyek Azwar, 2006.
5.1.3 Hubungan Sarana dan Prasarana dengan pemilihan metode kontrasepsi suntik
Sarana dan prasarana adalah keterjangkauan pelayanan kontrasepsi dan
ketersediaan alat kontrasepsi di puskesmas terdekat. Keterjangkauan pelayanan kontrasepsi adalah kemudahan akses terhadap pelayanan kontrasepsi dari segi jarak,
waktu tempuh, dan biaya. Ketersediaan alat kontrasepsi adalah ada atau tidaknya alat kontrasepsi yang diinginkan oleh responden di puskesmas.
Hasil penelitian menunjukkan responden yang menilai sarana dan prasarana kesehatan baik sebanyak 53 orang 52,5, dan yang menilai tidak baik sebanyak 48
Universitas Sumatera Utara
orang 47,5. Dari 53 orang yang menilai sarana dan prasarana baik sebagian besar memilih memakai metode kontrasepsi suntik, yaitu sebanyak 41 orang 77,3,
sedangkan dari 48 orang yang menilai sarana dan prasarana tidak baik sebagian besar tidak memilih memakai kontrasepsi suntik, yaitu sebanyak 33 orang 68,8.
Hasil uji statistik menunjukk an terdapat hubungan yang bermakna antara sarana dan prasarana yang baik dengan pemilihan alat kontrasepsi suntik
p 0,05. Ini menunjukkan bahwa keterjangkauan pelayanan dan ketersediaan alat kontrasepsi
akan diikuti oleh pemilihan pemakaian kontrasepsi oleh akseptor KB. Hasil penelitian Purba 2009 menunjukkan ada hubungan yang bermakna
antara ketersediaan alat kontrasepsi dan keterjangkauan pelayanan kontrasepsi dengan pemakaian alat kontrasepsi dengan hasil uji
p 0,05. Menurut Manuaba 2010, faktor-faktor yang mempengaruhi alasan pemilihan
suatu metode kontrasepsi diantaranya adalah tingkat ekonomi, pekerjaan dan tersedianya pelayanan kesehatan yang terjangkau. Ketersediaan alat kontrasepsi
terwujud dalam bentuk fisik, yaitu tersedia atau tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan tempat pelayanan kontrasepsi.
Menurut Depkes RI 2007 dalam Purba 2009, pemanfaatan pelayanan kesehatan berhubungan dengan akses geografis, yaitu fasilitas pemanfaatan pelayanan
kesehatan. Ini berhubungan dengan lokasi tempat pelayanan dengan lokasi klien yang dapat diukur dengan jarak, waktu tempuh, dan biaya tempuh.
5.1.4 Hubungan Peran Petugas Kesehatan dengan pemilihan metode kontrasepsi suntik