Yang tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin : Yang boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Kombinasi Kerangka Teori

d. Yang boleh menggunakan kontrasepsi suntikan progestin :

a. Usia reproduksi b. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektifitas tinggi c. Menyusui d. Setelah melahirkan dan tidak menyusui. e. Setelah abortus atau keguguran. f. Tidak banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi. g. Perokok. h. Tekanan darah 180110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah atau anemia. i. Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen Saifuddin,2006.

e. Yang tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin :

a. Hamil atau dicurigai hamil. b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya. c. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea. d. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara. e. Diabetes melitus disertai komplikasi Saifuddin, 2006.

f. Yang boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Kombinasi

a. Usia reproduksi. b. Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak. c. Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas yang tinggi. d. Menyusui diatas 6 minggu pasca persalinan dan tidak menyusui. e. Anemia. Universitas Sumatera Utara f. Haid teratur. g. Riwayat kehamilan ektopik. g .Yang tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Kombinasi a. Hamil atau diduga hamil. b. Menyusui dibawah umur 6 minggu pasca persalinan. c. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya. d. Penyakit hati akut virus hepatitis. e. Usia 35 tahun. f. Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah tinggi 180110 mmHg. g. Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis 20 tahun. h. Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migrain. i. Keganasan pada payudara Saifuddin,2006.

h. Cara Penggunaan Kontrasepsi Suntik

Kontrasepsi suntikan progestin jenis DMPA di berikan setiap 3 bulan dengan cara di suntik intramuskular dalam di daerah glutea. Apabila suntikan di berikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera dan tidak efektif. Suntikan di berikan setiap 90 hari. Pemberian kontrasepsi suntikan Noristerat diberikan setiap 8 minggu. Sedangkan untuk suntikan kombinasi di berikan setiap bulan dengan intramuskular dalam dan datang kembali setiap 4 minggu. Suntikan ulang di berikan Universitas Sumatera Utara 7 hari lebih awal, dengan kemungkinan terjadi gangguan perdarahan. Dapat juga di berikan setelah 7 hari dari jadwal yang telah di tentukan, asal saja di yakini ibu tersebut tidak hamil Saifuddin,2006.

4. SusukImplanAKBK

SusukImplan adalah alat kontrasepsi yang disusupkan di bawah kulit.Jenis yang paling sering digunakan di Indonesia adalah Norplant. Susuk adalah kontrasepsi sub dermal yang mengandung Levonorgestrel LNG sebagai bahan aktifnya. Hormon levonorgestrel secara konstan akan dilepaskan ke dalam darah. Cara kerja susukimplan dalam mencegah kehamilan pada dasarnya hampir sama dengan pil dan suntik. Keuntungan menggunakan implan : 1. Tidak menekan produksi ASI 2. Praktis dan efektif 3. Tidak ada faktor lupa 4. Masa pakai jangka panjang 5. Membantu mencegah anemia Keterbatasan menggunakan implan : 1. Implan harus dipasang oleh tenaga kesehatan yang terlatih 2. Implan lebih mahal daripada suntik atau pil dan cara KB jangka pendek lainnya. 3. Pola haid terganggu 4. Wanita tidak dapat menghentikan penggunaannya sendiri 5. Cara ini belum begitu dikenal sehingga beberapa masih enggan memakainya 6. Implan terlihat di bawah kulit Suratun,dkk 2008. Universitas Sumatera Utara

5. AKDR Alat Kontrasepsi Dalam Rahim IUD Intra Uterine Device

AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastik polyethyline, tembaga Cu, ada pula yang tidak, adapula yang dililit tembaga bercampur perak Ag, selain itu ada pula yang batangnya berisi hormon progesterone Suratun,dkk 2008. Alat ini bekerja dengan menghambat kemampuan sperma masuk ke dalam tuba falopi, mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri, mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi, dan mencegah implantasi telur dalam uterus. Keuntungan menggunakan AKDRIUD : 1. Efektifitasnya tinggi 2. IUD AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan 3. Tidak mempengaruhi hubungan seksual 4. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil 5. Tidak ada efek samping hormonal 6. Tidak mempengaruhi ASI 7. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus 8. Tidak ada berinteraksi dengan obat-obatan 9. Membantu mencegah kehamilan etropik Keterbatasankerugian penggunaan AKDRIUD : 1. Terjadi perubahan siklus haid 2. Tidak dapat mencegah infeksi menular seksual 3. Pengguna tidak dapat melepas AKDR sendiri Atikah,dkk 2010. Universitas Sumatera Utara

6. Tubektomi

Tubektomi adalah sebuah metode kontrasepsi permanen untuk mencegah keluarnya sel telur wanita dengan cara mengikat atau memotong kedua saluran tuba Keuntungan menggunakan tubektomi : 1. Tekhniknya mudah, sehingga dapat dilakukan oleh dokter umum 2. Perlengkapan dan peralatan bedah sederhana 3. Dapat dilakukan pada pasca persalinan, pasca keguguran dan masa interval 4. Kegagalan sangat rendah dan keberhasilan hampir 100 5. Waktu pembedahan singkat dan biaya relatif murah Suratun,dkk 2008 Keterbatasan metode Tubektomi : 1. Harus dipertimbangkan sifat mantap metode ini karena tidak dapat dipulihkan kembali. 2. Pengguna dapat menyesal di kemudian hari 3. Tidak melindungi dari infeksi menular seksual Atikah,dkk 2010.

7. Vasektomi

Vasektomi merupakan operasi kecil yang dilakukan untuk menghalangi keluarnya sperma dengan cara mengikat dan memotong saluran sperma sehingga sel sperma tidak keluar pada saat senggama. Keuntungan metode Vasektomi : 1. Tidak ada mortalitas 2. Morbiditas kecil sekali 3. Efektif Universitas Sumatera Utara Suratun,dkk 2008

2.4 Faktor yang mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi

Ada beberapa hal yang membuat pasangan usia subur mau menggunakan alat kontrasepsi secara berkesinambungan dan terus menerus, selain karena mereka memang sudah tidak ingin punya anak lagi atau tidak boleh punya anak lagi, maka hal lain yang signifikan sangat mempengaruhinya adalah keinginan dan kemauannya untuk menggunakan alat kontrasepsi itu muncul dari hati nuraninya bukan dari pengaruh orang lain. Menurut Atikah,dkk 2010 beberapa faktor yang mempengaruhi akseptor KB dalam memilih metode kontrasepsi antara lain : 1. Faktor pasangan dan motivasi, antara lain : a. Umur b. Gaya hidup c. Frekuensi senggama d. Jumlah keluarga yang diinginkan e. Pengalaman dengan metode kontrasepsi yang lalu 2. Faktor kesehatan, meliputi : a. Status kesehatan b. Riwayat haid c. Riwayat keluarga d. Pemeriksaan fisik dan panggul 3. Faktor metode kontrasepsi, meliputi : a. Efektivitas Universitas Sumatera Utara b. Efek samping c. Biaya Dalam memutuskan metode kontrasepsi yang akan digunakan, klien dipengaruhi oleh : 1. Kepentingan pribadi 2. Faktor kesehatan 3. Faktor ekonomi dan aksesibilitas 4. Faktor budaya Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi dapat berubah seiring dengan bertambahnya usia reproduksi klien sehingga diperlukan re-evaluasi terhadap metode apa yang paling baik untuk memenuhi individual kebutuhan klien Brahm, 2007

2.4.1 Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang overt behavior, sebab dari pengalaman dan hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng long lasting daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Contohnya adalah mendapatkan informasi tentang KB, pengertian KB, manfaat KB dan dimana memperoleh pelayanan KB. Menurut Notoatmodjo 2005, pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya mata, hidung, telinga dan sebagainya. Pengetahuan seseorang terhadap objek Universitas Sumatera Utara mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan yaitu. a. Tahu know Tahu diartikan hanya sebagai recall memanggil memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu . b. Memahami comprehension Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahuinya tersebut. c. Aplikasi application Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. d. Analisis analysis Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. e. Sintesis Synthesis Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. f. Evaluasi evaluation Universitas Sumatera Utara Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Salah satu pelayanan yang tersedia dalam program KB adalah pelayanan kontrasepsi. Pelayanan kontrasepsi akan berhasil dengan baik bila masyarakat mengenal berbagai jenis kontrasepsi yang tersedia. Akan tetapi, pengenalan berbagai jenis kontrasepsi ini cukup sulit karena hal ini menyangkut pola pengambilan keputusan dalam masyarakat itu sendiri. Proses pengambilan keputusan untuk menerima suatu inovasi meliputi empat tahap yaitu tahap pengetahuan knowledge, tahap persuasi persuasion, tahap pengambilan keputusan decision, dan tahap konfirmasi confirmation. Suatu inovasi dapat diterima maupun ditolak setelah melalui tahap-tahap tersebut. Inovasi ditolak bila inovasi tersebut dipaksakan oleh pihak lain, inovasi tersebut tidak dipahami, inovasi tersebut dinilai sebagai ancaman terhadap nilai-nilai penduduk. Sementara itu, inovasi yang diterima tidak akan diterima secara menyeluruh tetapi bersifat selektif dengan berbagai macam pertimbangan. Tingkat pengetahuan masyarakat akan mempengaruhi penerimaan program KB di masyarakat. Studi yang dilakukan oleh Laksmi Indira 2009 menemukan bahwa ”Sekali wanita mengetahui tempat pelayanan kontrasepsi, perbedaan jarak dan waktu bukanlah hal yang penting dalam menggunakan kontrasepsi, dan mempunyai hubungan yang signifikan anatara pengetahuan tentang tempat pelayanan dan metode kontrasepsi yang digunakan. Wanita yang mengetahui tempat pelayanan kontrasepsi lebih sedikit menggunakan metode kontrasepsi tradisional.” Pengetahuan yang benar Universitas Sumatera Utara tentang program KB termasuk tentang berbagai jenis kontrasepsi akan mempertinggi keikutsertaan masyarakat dalam program KB Notoatmodjo, 2005.

2.4.2 Sikap

Notoatmodjo 2005 mengutip Newcomb, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu prilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Contohnya adalah sikap setuju atau tidaknya terhadap informasi KB, pengertian dan manfaat KB, serta kesediaannya mendatangi tempat pelayanan KB, fasilitas dan sarananya, juga kesediaan mereka memenuhi kebutuhan sendiri.

2.4.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana adalah keterjangkauan tempat pelayanan kesehatan, dan tersedianya alat kontrasepsi. Faktor akses terhadap pelayanan kesehatan sangat mempengaruhi pelayanan kesehatan. Mengenai akses pelayanan, ada 2 aspek utama, yaitu ketersediaan dan keterjangkauan. Ketersediaan adalah tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan dengan jumlah dan kualitas yang memadai. Keterjangkauan pelayanan kesehatan mencakup jarak, waktu, dan biaya. Tempat pelayanan yang lokasinya tidak strategissulit dicapai menyebabkan berkurangnya akses terhadap Universitas Sumatera Utara pelayanan kesehatan. Perlu adanya jaminan bahwa pelayanan kesehatan profesional dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Dalam Azwar 2006 syarat pelayanan kesehatan yang baik itu haruslah tersedia dan berkesinambungan yang artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya dalam masyarakat adalah pada setiap saat dibutuhkan dan mudah dicapai, pengertian ketercapaian yang dimaksud disini terutama dilihat dari sudut lokasi. Bila fasilitas ini mudah dijangkau dengan menggunakan alat transportasi yang tersedia maka fasilitas ini akan banyak dipergunakan.

2.4.4 Peran Petugas Kesehatan

Petugas kesehatan sangat berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi, petugas kesehatan berperan dalam memberikan informasi pelayanan, informasi, penyuluhan, dan menjelaskan tentang alat kontrasepsi. Petugas kesehatan sangat banyak berperan dalam tahap akhir pemilihan dan pemakaian alat kontrasepsi. Calon akseptor yang masih ragu-ragu dalam pemakaian alat kontrasepsi akhirnya memutuskan untuk memakai alat kontrasepsi setelah mendapat dorongan dari petugas kesehatan. Petugas kesehatan merupakan pihak yang mengambil peran dalam tahap akhir proses pemilihan dan pemakaian kontrasepsi Budiadi,dkk, 2013.

2.4.5 Dukungan Pasangan

Isu gender adalah suatu kondisi yang menunjukkan kesenjangan wanita danpria dalam berbagai bidang kehidupan. Pada umumnya kesenjangan ini dapat dilihat dari faktor akses, partisipasi, manfaat dan pengambilan keputusan kontrol. Universitas Sumatera Utara Dalam pelaksanaan program keluarga berencana selama ini, isu gender yang sangat menyolok adalah : 1. Akses pria terhadap informasi dan pelayanan KB masih sangat terbatas hanya 39 pria tahu tentang vasektomi dan lebih dari 88 tahu tentang berbagai metode KB bagi wanita, serta menganggap KB sebagai urusan wanita. 2. Peserta KB pria baru mencapai 1,3 dari total 58,3 peserta KB. 3. Sampai saat ini pria yang mengetahui manfaat KB bagi diri sendiri dankeluarganya masih sangat sedikit. 4. Masih dominannya suami dalam pengambilan keputusan KB dan kesehatan reproduksi Suratun,dkk, 2008 Ketidaksetaraan gender dalam bidang KB dan kesehatan reproduksi akan berpengaruh pada keberhasilan program. Salah satu upaya untuk mengurangi ketidaksetaraan gender adalah suami atau istri diharapkan dapat menjadi motivator bagi suami atau istrinya untuk menjadi akseptor KB dan jika memungkinkan menjadi motivator bagi masyarakat luas BKKBN,2004. Hartanto 2007 mengatakan bahwa metode kontrasepsi tidak dapat dipakai istri tanpa kerjasama suami dan saling percaya. Keadaan ideal bahwa pasangan suami istri harus bersama memilih metoda kontrasepsi yang terbaik, saling kerjasama dalam pemakaian, membiayai pengeluaran kontrasepsi, dan memperhatikan tanda bahaya pemakaian. Universitas Sumatera Utara

2.5 Kerangka Teori

Menurut teori Green et al. 1999 dalam Notoatmodjo 2007 , kesehatan individu dan masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor perilaku dan faktor- faktor diluar perilaku non-perilaku. Selanjutnya faktor perilaku ini termasuk dalam hal tindakan pemilihan alat kontrasepsi ditentukan oleh tiga kelompok faktor meliputi:faktor predisposisi, faktor pemungkin enabling dan faktor penguat reinforcing : 1. Faktor predisposisi predisposing factor. Faktor predisposisi mencakup pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai dan persepsi, berkenaan dengan motivasi seorang atau kelompok untuk bertindak. 2. Faktor pemungkin enabling factor. Faktor pemungkin mencakup berbagai keterampilan dan sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku kesehatan. Faktor pemungkin ini juga menyangkut keterjangkauan berbagai sumber daya, biaya, jarak ketersediaan transportasi, waktu dan sebagainya. 3. Faktor penguat reinforcing factor. Faktor penguat adalah faktor yang menentukan tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tergantung pada tujuan dan jenis program. Faktor penguat bisa berasal dari perawat, bidan dan dokter, pasien dan keluarga. Sedangkan faktor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya suatu produk kontrasepsi tertentu seperti alat kontrasepsi suntik dapat dijelaskan dengan model kepercayaan Irwin M. Rosentok dalam Philip Kotler 1989 yaitu : a. Faktor demografi, meliputi umur, jenis kelamin, ras, dan etnik. b. Faktor sosio psikologis meliputi personality, kelas sosial, dan kelompok rujukan. Universitas Sumatera Utara c. Faktor struktural, meliputi pengetahuan dan sikap. d. Faktor keberadaan dan keseriusan masalah kesehatan yang diderita. e. Faktor kepercayaan penerimaan dan penolakan terhadap untung ruginya tindakan medis tertentu, pengaruh berita dan informasi yang diperoleh dari media massa, kelompok masyarakat atau keluarga yang dipercaya, serta pengalaman orang lain. f. Berita-berita yang diterima dari majalah, koran, pelayanan keluarga,teman dan lain- lain. Berdasarkan perilaku dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, individu akan memutuskan menggunakan alat kontrasepsi suntik. Selanjutnya proses penggunaan alat kontrasepsi suntik oleh individu dapat dijelaskan oleh Anderson 1974 yang menyatakan bahwa keputusan seseorang dalam menggunakan alat kontrasepsi tertentu tergantung pada : a Karakteristik Predisposisi Predisposing characteristic Karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa tiap individu mempunyai kecenderungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan maupun memakai alat kontrasepsi yang berbeda-beda. Karakteristik predisposisi dapat dibagi ke dalam 3 kelompok yakni : 1 Ciri-ciri demografi : umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah anggota keluarga. 2 Struktur sosial : jenis pekerjaan, status sosial, pendidikan, ras,agama, kesukuan. 3 Kepercayaan kesehatan : keyakinan, sikap, pengetahuan terhadap pelayanan kesehatan, dokter dan penyakitnya. Universitas Sumatera Utara b Karakteristik Pendukung Enabling characteristic 1 Sumber daya keluarga : penghasilan keluarga, kemampuanmembeli jasa pelayanan dan keikutsertaan dalam asuransi kesehatan. 2 Sumber daya masyarakat : jumlah sarana pelayanan kesehatan, jumlah tenaga kesehatan, rasio penduduk dengan tenaga kesehatan dan lokasi sarana. c Karakteristik Kebutuhan Need characteristic Kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan Notoatmodjo,2007.

2.6 Kerangka Konsep

Dokumen yang terkait

Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu

19 130 148

Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu

0 0 10

Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu

0 0 1

Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu

0 0 6

Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu

0 2 21

Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu

0 0 7

Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu

0 0 58

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI TUBEKTOMI PADA PASANGAN USIA SUBUR

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana 2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana - Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi suntik pada pasangan usia subur (PUS) di Kelurahan Losung Kecamatan Padangsidimpuan Selatan

0 0 29

BAB I PENDAHULUAN 1.1 - Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi suntik pada pasangan usia subur (PUS) di Kelurahan Losung Kecamatan Padangsidimpuan Selatan

0 0 9