BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Lean
Lean adalah suatu upaya terus-menerus untuk menghilangkan pemborosan waste dan meningkatkan nilai tambah value added produk barangjasa agar
memberikan nilai kepada pelanggan customer value. Vincent Gaspersz, 2007. Tujuan lean adalah meningkatkan terus-menerus customer value melalui
peningkatan terus menerus rasio antara nilai tambah terhadap waste the value to waste ratio .
APICS Dictionary 2005 mendefinisikan lean sebagai suatu filosofi bisnis yang berlandaskan pada minimalisasi penggunaan sumber daya termasuk waktu
dalam berbagai aktivitas perusahaan. Lean berfokus pada identifikasi dan eliminasi aktivitas tidak bernilai tambah non value adding activities dalam
desain, produksi untuk bidang manufaktur atau operasi untuk bidang jasa, supply chain management, yang berkaitan langsung kepada pelanggan.
Lean dapat didefinisikan sebagai pendekatan sistemik dan sistematis untuk mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan waste atau aktivitas yang
tidak bernilai tambah melalui peningkatan terus-menerus secara radikal radical continuous improvement dengan cara mengalirkan produk material, work in
process, output dan informasi menggunakan sistem tarik pull system dari pelanggan internal dan external untuk mengejar keunggulan dan kesempurnaan.
Lean yang diterapkan pada keseluruhan perusahaan akan disebut sebagai Lean Enterprise. Apabila Lean diterapkan pada manufacturing, hal itu disebut sebagai
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Lean Manufacturing, jika dalam bidang jasa disebut Lean Service. Demikian pula apabila Lean diterapkan dalam fungsi : designdevelopment, order entry,
accounting, finance, engineering, salesmarketing, production, administration, office, maka akan disebut sebagai : Lean DesignDevelopment, Lean Order Entry,
Lean Accounting, Lean Finance, Lean Engineering, Lean SalesMarketing, Lean Production, Lean Administration, Lean Office. Demikian pula Lean yang
diterapkan dalam bank akan disebut sebagai Lean Banking, Lean dalam bidang retail disebut sebagai Lean Retailing, Lean dalam pemerintahan disebut sebagai
Lean Government, dll. Vincent Gaspersz, 2007. Pendekatan Lean adalah berfokus pada peningkatan terus-menerus
customer value melalui identifikasi dan eliminasi aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah yang merupakan pemborosan waste. Waste dapat didefinisikan sebagai
aktivitas kerja work activity yang tidak memberikan nilai tambah dalam proses transformasi input menjadi output sepanjang value stream. Berdasarkan perspektif
Lean semua jenis pemborosan yang terdapat sepanjang proses value stream, yang mentransformasikan input menjadi output harus dihilangkan agar meningkatkan
nilai produk barangjasa guna peningkatan customer value. Pada dasarnya dikenal dua kategori utama pemborosan, yaitu type one
waste dan type two waste. Type one waste adalah aktivitas kerja yang tidak menciptakan nilai tambah dalam proses transformasi input menjadi output
sepanjang value stream, namun aktivitas itu pada saat sekarang tidak dapat dihindarkan karena berbagai alasan. Misalnya aktivitas inspeksi dan penyortiran
dari perspektif Lean merupakan aktivitas tidak bernilai tambah sehingga merupakan waste. Namun pada saat sekarang ini kita masih membutuhkan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
inspeksi dan penyortiran karena mesin dan peralatan yang digunakan sudah berusia lama sehingga tingkat kendalanya menjadi berkurang. Type one waste ini
sering disebut sebagai incidental activity atau incidental work yang termasuk kedalam aktivitas tidak bernilai tambah non value adding work activity. Type
two waste merupakan aktivitas yang tidak menciptakan nilai tambah dan dapat dihilangkan dengan segera. Misalnya menghasilkan produk cacat defects atau
melakukan kesalahan errors yang harus dapat dihilangkan dengan segera. Type two waste ini sering disebut sebagai waste saja, karena benar-benar merupakan
pemborosan yang harus dapat diidentifikasi dan dihilangkan dengan segera. Vincent Gaspersz, 2007.
Lean pada awalnya merupakan terminologi yang digunakan untuk mendeskrisipkan pendekatan yang dilakukan di industri otomotif Jepang yaitu
Toyota untuk membedakannya dengan pendekatan produksi massal yang ada di Barat. Pendekatan lean yang diterapkan di pabrik Toyota kemudian disarikan oleh
Womack dan Jones dalam bukunya lean Thinking menjadi lima prinsip yaitu : 1.
Identifikasi apa yang memberikan nilai dan apa yang tidak dilihat dari sudut pandang pelanggan dan bukan perspektif organisasi, fungsi atau departemen.
2. Identifikasikan langkah-langkah yang diperlukan untuk merancang, memesan,
dan memproduksi produk di sepanjang aliran proses nilai tambah untuk menandai adanya pemborosan.
3. Buat kegiatan yang memberikan nilai tambah mengalir tanpa gangguan,
berbalik, atau mengunggu. 4.
Buatlah hanya yang diminta oleh pelanggan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
5. Berupayalah untuk sempurna dengan secara kontinyu mengurangi
pemborosan. Salah satu proses penting dalam pendekatan lean adalah identifikasi aktivitas-
aktivitas mana yang memberikan nilai tambah dan mana ynag tidak. Seyogyanya aktivitas-aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah dikurangi atau bahkan
dihilangkan. Namun, sering kali kita bisa jumpai di lapangan ada aktivitas- aktivitas yang sebenarnya tidak memberikan nilai tambah namun tidak bisa
dihilangkan. Berikut adalah aktivitas-aktivitas yang dapat dibedakan, yaitu :
a Aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah not-value adding dan bisa
direduksi atau dihilangkan. b
Aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah tapi perlu dilakukan necessary but not-value adding
c Aktivitas yang memang memberikan nilai tambah value adding
Aktivitas produksi yaitu mengubah bahan baku menjadi produk setengah jadi atau produk jadi adalah kegiatan yang memberikan nilai tambah. Nilai
tambah tersebut harus dikaitkan dengan perspektif pelanggan. Artinya, perubahan bahan baku menjadi produk jadi adalah sesuatu yang punya nilai bagi pelanggan
karena produk tersebut punya fungsi atau bisa dimanfaatkan oleh pelanggan. Kegiatan memindahkan material tidak memberikan nilai tambah namun sering
kali tidak bisa dihilangkan kecuali dengan melakukan perombakan dramatis pada tata letak fasilitas produksi. Demikian halnya dengan kegiatan transportasi dan
penyimpanan. Kedua kegiatan ini tidak memberikan nilai tambah namun sering kali dilakukan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Pada lingkungan manufaktur atau logistik dimana yang dominan adalah aktivitas fisik., aktivitas non-value adding biasanya dominan. Secara umum,
menurut Hines dan Taylor 2000, rasio ketiga jenis aktivitas di atas adalah sebagai berikut :
a. 5 aktivitas yang memberikan nilai tambah
b. 60 aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah dan mungkin bisa
dikurangi c.
35 aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah namun perlu dilakukan Untuk lingkungan jasa, secara umum ketimpangan antar tiga jenis aktivitas
tersebut ternyata lebih besar lagi. Aktivitas yang memberikan nilai tambah hanya 1, sedangkan dua yang berikutnya masing-masing 49 dan 50. Ini
menunjukan bahwa sektor jasa, upaya penerapan konsep-konsep lean bisa berpotensi meningkatkan efisiensi atau mengurangi pemborosan secara lebih
dramatis.
2.2 Lean Manufacturing