Menurut pedoman penyelenggaraan posyandu Depkes RI, 2006 bahwa kader posyandu adalah orang yang bersedia dan sanggup melaksanakan kegiatan pelayanan
di posyandu pada hari buka maupun tidak buka secara sukarela, artinya seorang kader posyandu tanpa pamrih dalam melaksanakan tugasnya.
Hasil penelitian diperoleh bahwa kader posyandu yang memiliki penghasilan di bahwa UMR melaksanakan penimbangan balita dengan baik. Sebagaimana studi
Posdaya 2005 menyatakan gerakan pengembangan posyandu dengan kader- kadernya di pedesaan bekerja tanpa upah, harus mengeluarkan dana dari kantong
sendiri karena program pembangunan dimasa lalu banyak yang dilakukan dengan sistem gotong royong yang sebagian kecil saja anggarannya berasal dari pemerintah.
Mengacu studi yang dilakukan Posdaya 2005 tersebut, kader posyandu di Kecamatan Kembang Tanjung yang memiliki penghasilan di atas UMR justru
melaksanakan penimbangan balita kurang baik. Hal ini disebabkan kader yang memiliki penghasilan diatas UMR lebih mengutamakan aktivitasrutinitasnya
dibandingkan dengan pelaksanaan penimbangan balita.
5.6 Pengaruh Reward Kader terhadap Penimbangan Balita di Posyandu
Pemberian penghargaan merupakan pendorong utama dalam melaksanakan
suatu kinerja, namun jika kader posyandu tidak melihat adanya hubungan antara prestasi dengan kenaikan yang pantas, insentif tidak akan menjadi motivator yang
kuat atau penghargaan tersebut merupakan bagian pekerjaan itu sendiri seperti dapat
Universitas Sumatera Utara
menyelesaikan pekerjaan, dan memiliki berprestasi dalam melaksanakan penimbangan balita.
Reward merupakan semua hal yang disediakan organisasi untuk memenuhi satu atau lebih kebutuhan individual. Imbalan yang berasal dari pekerjaan tersebut
mencakup dapat berupa: uang, status, promosi, dan rasa hormat yang dapat mendorong kader lebih giat melaksanakan program posyandu.
Hasil penelitian di lapangan bahwa kader yang sering mendapat imbalan jasa seperti kemudahan layanan kesehatan, pujian dan keterlibatan dalam mengikuti
kegiatan posyandu, dimana cenderung melaksanakan program penimbangan balita di posyandu dengan baik. Bentuk reward yang diberikan kepada kader posyandu dapat
berupa materi pemberian insentif maupun non materi berupa kemudahan pengurusan administrasi kependudukan seperti KTP. Pemberian reward kepada kader
sebagai imbalan untuk meningkatkan dorongan motivasi dalam kegiatan program cakupan penimbangan balita.
Menurut hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa meskipun dalam pedoman pelaksanaan posyandu disebutkan kader posyandu adalah orang yang bersedia bekerja
secara sukarela, tanpa dibayar, namun apabila diberikan reward secara kontinyu justru dapat meningkatkan perannya dalam melaksanakan program penimbangan
balita di posyandu. Sebagaimana pedoman penyelenggaraan posyandu Depkes RI, 2006
disebutkan bahwa seorang kader merupakan tenaga yang bekerja secara sukarela dan tampa pamrih, namun pada wilayah tertentu yang kehidupan sosial ekonomi
Universitas Sumatera Utara
masyarakat sudah baik, biasanya kader posyandu diupayakan untuk mendapatkan penghargaan reward atas kesediaannya membantu program peningkatan derajat
kesehatan masyarakat melalui pelayanan di posyandu. Sejalan dengan penelitian Widiastuti 2005 bahwa pemerintah Propinsi Bali
telah berupaya memotivasi kader dengan memberikan insentif sebesar Rp.15.000,- per bulan. Selain itu, kader juga mendapat kemudahan dalam pengurusan KTP dan
sebagainya. Selanjutnya penelitian Yuristianti 2000 menambahkan perlunya dilakukan identifikasi khusus bagi kader posyandu aktif untuk diberikan perhatian
sebagai penghargaan atas partisipasi dan kerelaannya dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan di posyandu Kecamatan Kanggime dan Kecamatan Kembu
Propinsi Papua bahwa. Penghargaan dapat diwujudkan dalam bentuk pelayanan dan pengobatan cuma-cuma bagi para kader dan keluarganya.
5.7 Pengaruh Lama Menjadi Kader terhadap Penimbangan Balita di Posyandu