BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Pengaruh Umur Kader terhadap Penimbangan Balita di Posyandu
Karakteristik kader berkaitan dengan ciri-ciri individu seperti umur, jenis
kelamin, dan karakteristik sosial seperti pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, kedudukan atau jabatan dalam suatu organisasi.
Salah satu karakteristik kader adalah umur, bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada bertambahnya pengetahuan yang diperoleh, tetapi pada
umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau pengingatan suatu pengetahuan akan berkurang Notoatmodjo, 2006. Seperti halnya
hasil penelitian bahwa kader usia 20-40 tahun lebih cenderung melakukan kegiatan program penimbangan balita di posyandu dengan baik. Kader posyandu telah banyak
memberikan kontribusi berupa semangat, motivasi, inovasi untuk mendukung pelaksanaan program penimbangan balita.
Mengacu pada hasil penelitian ini, bahwa kader posyandu pada usia 20-40 tahun dianggap memiliki motivasi, bertanggung jawab serta mampu melaksanakan
perannya sebagai kader posyandu dibandingkan dengan kader yang umurnya 20 atau 50 tahun. Pada kelompok umur ini tingkat kematangan dan daya ingatberpikir
kader berada pada tahapan yang lebih baik. Sesuai dengan penelitian Nilawati 2008 yang menyatakan bahwa responden kader posyandu di Kecamatan Samadua
Kabupaten Aceh Selatan yang berusia 21-30 yang termasuk usia produkti lebih aktif 61
Universitas Sumatera Utara
61,9. Menurut Syafrida 2003 bahwa ciri-ciri kader di Kecamatan Dewantara Kabupaten Lhokseumawe yang aktif berumur 25-34 tahun, karena pada masa muda
tersebut kader mempunyai motivasi yang positif, merasa lebih bertanggungjawab dalam melaksanakan program posyandu.
Menurut Kartono 2006 pada masa muda yang diartikan sebagai kader mulai menemukan nilai-nilai hidup dalam dirinya, sehingga pemahaman tentang dirinya
menimbulkan sikap kritis terhadap objek di luar dirinya, ia mampu mengambil keputusan. Secara aktif dan objektif dapat melibatkan diri dalam bermacam-macam
kegiatan di lingkungan masyarakat. Demikian juga halnya kader pada usia produktif cenderung melakukan prosedur pelaksanaan program penimbangkan balita di
posyandu dengan cermat dan tepat sehingga sesuai dengan yang diharapkan seperti tersedianya berbagai data penimbangan bayi seperti jumlah balita, kelompok umur,
data balita yang sudah ditimbang dan penimbangan sesuai dengan timbangan yang telah ditetapkan.
5.2
Pengaruh Status Perkawinan Kader terhadap Penimbangan Balita di Posyandu
Kader posyandu baik yang sudah menikah maupun yang belum menikah akan
berbeda dalam mengambil suatu keputusan. Hasil penelitian diperoleh bahwa kader yang menikah cenderung melaksanakan program penimbangan balita dengan baik di
posyandu dibandingkan dengan kader yang belum menikah. Sebagaimana dengan penelitian Nurhayati 1997 yang dilakukan di Kelurahan Tegal Sari, Mandala II
Medan yang telah menikah umumnya mempunyai motivasi yang tinggi untuk
Universitas Sumatera Utara
menjadi kader, karena berkeinginan untuk menambah penghasilan keluarga, namun status perkawinan juga dapat menjadi penghambat dalam pekerjaan kader, misalnya
kemungkinan adanya larangan dari suami membuat seorang kader mengabaikan pekerjaannya di posyandu.
Kader yang telah berumah tangga melaksanakan penimbangan balita dengan baik di posyandu. Hal ini disebabkan kader yang telah berumah tangga lebih memiliki
semangat bekerja motivasi dalam melaksanakan penimbangan balita. 5.3 Pengaruh Pekerjaan Kader terhadap Penimbangan Balita di Posyandu
Tujuan memiliki pekerjaan untuk memperolehmendapatkan penghasilan atau
imbalan yang berguna membiayai keluarga serta menunjang kebutuhan rumah tangga sehar-hari. Dengan memiliki pekerjaan tetap, maka mempunyai tanggung jawab
untuk berkonsentrasi pada pekerjaannya. Hasil penelitian di lapangan diperoleh bahwa kader yang tidak memiliki
pekerjaan tetap cenderung lebih baik dalam melaksanakan program pelaksanaan penimbangan balita. Dari kelompok kader yang tidak memiliki pekerjaan tetap akan
memiliki waktu luang untuk ikut berpartisipasi dala melaksanakan penimbangan balita .
Sejalan dengan penelitian Irawati 2002 yang dilakukan di Propinsi Jawa Barat bahwa seorang kader posyandu sebaiknya tidak mempunyai pekerjaan tetap,
karena kader posyandu yang mempunyai pekerjaan tetap kemungkinan pekerjaan dan tanggung jawabnya sebagai kader akan terabaikan karena kesibukan pekerjaannya.
Universitas Sumatera Utara
Ciri-ciri kader yang aktif melaksanakan program kegiatan posyandu adalah yang mempunyai waktu luang. Berdasarkan hasil penelitian dengan uji statistik bahwa
pekerjaan kader berhubungan terhadap pelaksanaan penimbangan balita di posyandu, namun tidak dapat memprediksi pelaksanaan penimbangan balita.
Kader yang bekerja secara baik cendrung memiliki kemampuan untuk mencatat secara detail laporan penimbangan bayi yang dimulai dari pencatatan
pendaftaran balita sampai hasil penimbangan. Kader yang memiliki pekerjaan selain sebagai kader posyandu merupakan
pekerjaan tambahan dalam melaksanakan tugasnya di posyandu. Sementara kader yang tidak bekerja memiliki banyak waktu untuk ikut dalam hari H kegiatan
posyandu diselenggarakan dan lebih fokus terhadap kegiatan pengisian KMS.
5.4 Pengaruh Pendidikan Kader terhadap Penimbangan Balita di Posyandu