Pengaruh Karakteristik Kader Dan Strategi Revitalisasi Posyandu Terhadap Keaktifan kader Di Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh selatan

(1)

PENGARUH KARAKTERISTIK KADER DAN STRATEGI

REVITALISASI POSYANDU TERHADAP KEAKTIFAN

KADER DI KECAMATAN SAMADUA

KABUPATEN ACEH SELATAN

TAHUN 2008

TESIS

Oleh

NILAWATI

067012049/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

PENGARUH KARAKTERISTIK KADER DAN STRATEGI

REVITALISASI POSYANDU TERHADAP KEAKTIFAN

KADER DI KECAMATAN SAMADUA

KABUPATEN ACEH SELATAN

TAHUN 2008

T E S I S

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

NILAWATI

067012049/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(3)

(4)

Judul Tesis : PENGARUH KARAKTERISTIK KADER DAN STRATEGI REVITALISASI POSYANDU TERHADAP KEAKTIFAN KADER DI KECAMATAN SAMADUA KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2008

Nama Mahasiswa : Nilawati

Nomor Pokok : 067012049

Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui

Komisi Pembimbing

(Dr.Hj.Rismayani, SE, MSi.) ( dr. Surya Dharma, MPH) Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

( Dr.Drs. Surya Utama,MS) ( Prof.Dr.Ir. T. Chairun Nisa B,MSc )


(5)

(6)

Telah Diuji,

Pada Tanggal 25 Agustus 2008

PANITIA PENGUJI TESIS :

Ketua : Dr.Hj.Rismayani, SE, MSi

Anggota : dr. Surya Dharma, MPH

: Dr.Dra.Ida Yustina, MSi


(7)

PERNYATAAN

PENGARUH KARAKTERISTIK KADER DAN STRATEGI REVITALISASI POSYANDU TERHADAP KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI

KECAMATAN SAMADUA KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2008

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Agustus 2008


(8)

(9)

ABSTRAK

Posyandu merupakan bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di suatu wilayah kerja puskesmas. Prinsip upaya pemenuhan kesehatan dasar dan peningkatan status gizi, meliputi imunisasi, penanggulangan diare, dan gizi terdiri dari lima meja kegiatan meliputi pendaftaran, penimbangan, pencatatan, penyuluhan, dan gizi dengan sasaran ibu hamil, ibu menyusui, pasangan usia subur dan balita, bertujuan mempercepat menurunkan angka kematian ibu dan anak, penerimaan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera, dan meningkatkan kemampuan masyarakat mengembangkan kegiatan-kegiatan kesehatan. Pelaksananya kader posyandu bersama, oleh, dari, dan untuk masyarakat, bekerja secara suka rela, mau dan sanggup melaksanakan usaha perbaikan gizi keluarga. Cakupan kader aktif di kabupaten Aceh Selatan masih rendah dari indikator yang diharapkan, yakni (53,68%).

Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan tipe explanatory bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik kader dan strategi revitalisasi posyandu terhadap keaktifan kader posyandu dengan menggunakan teori perubahan perilaku kesehatan oleh Lawrance Green. Populasi adalah seluruh kader posyandu di kecamatan Samadua dengan jumlah populasi 145 sampel sebanyak 72 kader menggunakan teknik purposive sampling. Analisis data menggunakan uji chi-square, dan regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukan dari sembilan variabel terdapat tiga variabel yaitu sikap (p = 0,000), motivasi (p = 0,009), dukungan (p = 0,008) berpengaruh secara signifikan, sedangkan variabel umur (p = 0,259), pendidikan (p = 0,621), status perkawinan (p = 0,135), pekerjaan (p = 0,612), pelatihan (p = 0,134), struktur (p = 0,178) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keaktifan kader pada pelaksanaan kegiatan posyandu. di Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan. Hasil uji regresi berganda variabel sikap (p = 0,000) merupakan faktor paling dominan berpengaruh terhadap keaktifan kader pada pelaksanaan kegiatan posyandu.

Kata Kunci: Karakteristik Kader, Strategi Revitalisasi Posyandu, Keaktifan Kader


(10)

(11)

ABSTRACT

Posyandu (integrated health service post) is the form of health service

integration implemented in a work area of Puskesmas (Primary Health Center). The main principle of Posyandu is an attempt to meet the basic health and to improve the nutrition status including immunization, diarrhea control and nutrition which consists of 5 (five) activities such as registration, weighing, recording, health promotion and nutrition with its targets of pregnant womans, breastfeeding mothers, productive-age couples and children under five – years old which is intended to accelerate the decrease of infant and maternal mortality rate and the acceptance of the norm of prosperous and happy small family and to improve the capability of community to develop health activities. The doers are the cadres of Posyandu together with, by, from and for the community who voluntarily, sincerely, and willingly work and are able to implement the family nutrient improvement. The reported number of

Posyandu active cadres in Aceh Selatan District is still lower than the expected

indicator (50,9%).

The purpose of this survey study with explanatory type is to analyze the influence of the cadres’ characteristics and the Posyandu revitalization strategy on the activeness of Posyandu cadres by using the health behavior change theory. The population of this study is all of the 145 Posyandu cadres in Samadua sub-district and 72 of them were selected to be the samples for this study through purposive sampling technique. The data obtained were analyzed through the multiple regression tests.

The result of this study shows that 3 (three) of the 9 (nine) variables such as attitude (p = 0,000), motivation (p = 0,009), and support (p = 0,008) have a significant influence on cadres’ activeness, while the other 6 (six) variables such as age (p = 0,259), education (p = 0,621), marital status (p = 0,135), occupation (p = 0,612), training (p = 0,134) and structure (p = 0,178) do not have a significant influence on the activeness of cadres in the implementation of Posyandu activities in Samadua sub-district, Aceh Selatan District. The result of multiple regression test shows that attitude (p = 0,000) is the most dominant factor in influencing the activeness of cadres in the implementation of Posyandu activities.

Key words : Cadres’ Characteristc, Posyandu Revitalization Strategy, Cadres’ Activeness.


(12)

(13)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Pengaruh Karakteristik Kader dan Strategi Revitalisasi Posyandu Terhadap Keaktifan

Kader Posyandu Di Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan Tahun

2008”

Proses penulisan tesis ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus dan tidak terhingga kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Ir. Chairun Nisa B., MSc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana USU

2. Bapak Dr. Drs. Surya Utama MS, selaku Ketua Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, beserta seluruh staf yang telah membantu dalam penulisan ini. 3. Ibu Dr. Hj.Rismayani, SE, MSi , selaku ketua Komisi Pembimbing yang telah

membimbing dan memberi banyak masukan dan arahan kepada penulis dalam penyelesaian tesis.

4. Bapak dr. Surya Dharma, MPH, selaku komisi pembimbing II yang telah membantu penulis dengan berbagai masukan, petunjuk, arahan, dan sumber-sumber pustaka, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini


(14)

5. Ibu Dr. Dra. Ida Yustina, MSi, selaku Sekretaris Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan (AKK), penguji yang telah banyak mencurahkan ilmunya, masukan, dan bimbingan serta sumber-sumber pustaka, yang sangat berharga dan bermanfaat untuk penyempurnaan tesis ini.

6. Bapak Drs. Tukiman, MKM, selaku penguji yang telah banyak memberikan masukan, arahan dan bimbingan ilmunya yang sangat berharga dan bermanfaat untuk kesempurnaan tesis ini.

7. Kanda Drs. Agusman Yasri, suami tercinta dan tersayang, anak-anak permata hati tersayang: Irhazt Aggadenilza, Duwal Alfitrayazilla, Ladiesha anggella Nuzulqurana, Maqfirah Anggelia Islamedina yang selalu dan senantiasa menunggu dengan penuh kesabaran, kesetiaan dan penantian, memberikan support spiritual, psikologis, inspirasi, serta motivasi, baik moril, materi, dan pengorbanan lahir bathin, mengiringi tangis, ketawa, dan senyum demi terselesaikan tesis ini.

8. Almarhum Ayahanda Sulaiman yoesuf, almarhumah Ibunda Mariyah Ahmad, Ummi tercinta yang penuh kasih sayang dan kesabaran, Almarhum ayahanda Uemar Yoesuf, Hj.Salmah Saat bunda yang tercinta meninggal saat musibah gempa dan gelombang tsunami. Bapak M. Yunus Amma dan Ibunda Ramlah dengan penuh kasih sayang serta ketulusan hati selalu memberi suppor teladan, spiritual dan psikologis serta mengiringi doa semasa hidupnya dengan penuh pengharapan kelak anaknya menjadi orang yang bertagwa kepada Allah SWT dan berguna kepada Bangsa dan Negara.


(15)

9. Adik-adik semua yang tersayang Fahkrurrazi, Hanum Chairumi, Fadriansyah, Yuliati, Aida Gusrina, Dasmiati telah menjaga, merawat, dan membimbing anak-anak saat ditinggalkan semasa perkuliahan dengan senantiasa tulus dan iklas, mengirimi doa, sehingga timbul semangat dan terinspirasi untuk cepat menyelesaikan tesis ini.

10.Bapak Bupati, wakil Bupati, Sekda dan seluruh jajarannya yang telah banyak membantu penulis dalam proses pendidikan di Pasca Sarjana (S2) USU. 11.Bapak Kepala Dinas kesehatan Kabupaten Aceh Selatan beserta staf yang

telah banyak membantu memberi data dan imformasi, memotivasi penulis untuk menyelesaikan tesis ini

12.Kepala Puskesmas dan Camat Kecamatan Samadua yang banyak membantu penulis dalam pengumpulan data penelitian untuk keperluan penyelesaian tesis ini.

13.Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2006 program studi Adminstrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pasca Sarjana USU yang telah banyak membantu memberikan saran dan masukan dalam penyusunan tesis.

14.Seluruh Staf dan karyawan umumnya di lingkungan Administrasi Sekolah Pasca Sarjana khususnya pada program studi Administrasi dan Kebujakan Kesehatan beserta pengajar yang telah banyak membantu penulis selama proses studi.


(16)

15.Tidak lupa kepada Percetakan CV. The ARK yang telah banyak membantu dalam proses pengetikan, potocopi, penjilitan dan lain-lain selama menjalani pendidikan di Sekolah Pasca Sarjana USU.

Kepada Allah SWT kita semua dan segalanya berserah diri dan bertaqwakal untuk mendapatkan ampunan, petunjuk, anugerah, dan ridhaNya dalam penyesaian tesis ini sampai selesai meraih Magister Kesehatan. Amin ……!

Medan, Juli 2008


(17)

(18)

RIWAYAT HIDUP

Nilawati, lahir di Peukan Bada 29 September 1966 Anak kedua dari dua bersaudara, dari Bapak Sulaiman Yoesuf dan Ibu Mariyah Ahmad. Menikah dengan saudara Drs.Agusman Yasri Pada Tanggal 7 September 1989 di Banda Aceh, dan dikarunia 4 orang anak: (1) Irhazt Anggadenilza, lahir di Jakarta 6 Desember 1990, (2) Duwal Alfitrayazilla, lahir di Banda Aceh 4 maret 1995, (3) Ladiesha Anggella Nuzulqurana, lahir di Tapaktuan 2 Desember 2001, (4) Maqfirah Anggelia Islamedina, lahir di Medan 12 Oktober 2005. Alamat Jln.TR.Angkasah Komplek Pemda No.83E Kelurahan Pasar Tapaktuan Aceh Selatan.

Pada tahun 1974 – 1980 sekolah di SD Negeri I Lamteh Kecamatan Peukan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar dengan status berijazah. Tahun 1980 – 1983 melanjutkan pendidikan SMP Negeri 11 Banda Aceh, status berijazah. Tahun 1983 – 1986 melanjutkan pendidikan di SPK Depkes Banda Aceh, status berijazah. Tahun 1997- 2000 melanjutkan pendidikan di AKPER Keguruan Wijaya Kusuma Jakarta, status berijazah. Tahun 2000 – 2001 melanjutkan D.IV Keperawatan Anak di Universitas Sumatera Utara (USU), status berijazah. Tahun 2006 – 2008 melanjutkan pendidikan di Sekolah Pascasarjana Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Universitas Sumatera Utara (USU).

Bekerja sejak tahun 1987 di Puskesmas Kota Jantho Aceh Besar. Tahun 1987 -1989, bekerja di Rumah Sakit Zainal Abidin Banda Aceh. Tahun 1989-1993 di Poliklinik Lembaga Administrasi Negara Jakarta. Tahun 1994 - 1997 di Rumah Sakit Umum Pemda Tapaktuan. Tahun 2000-2002 di Akper Pemda Tapaktuan. Tahun 2002-2005 Kepala Seksi Gizi. Tahun 2005-2006, Kepala Seksi Pengawasan dan Pengendalian pada Dinas Kesehatan Aceh Selatan.


(19)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... ... i

ABSTRACT... .... ii

RIWAYAT HIDUP... ... iii

KATA PENGANTAR... .... iv

DAFTAR ISI... .... viii

DAFTAR TABEL... ... x

DAFTAR GAMBAR... ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 7

1.3 Tujuan Penelitian... 7

1.4 Hipotesis ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 10

2.1 Konsep Revitalisasi Posyandu... 10

2.2 Konsep tentang Kader ... 20

2.3 Landasan Teori ... 37

2.4 Kerangka Konsep ... 40

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 41

3.1 Jenis Penelitian ... 41

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41

3.3 Populasi dan Sampel ... 41

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 42

3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 45

3.6 Metode Pengukuran ... 46

3.7 Metode Analisa Data... 51

BAB 4 HASIL PENELITIAN... . 51

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... . 51

4.2 Karakteristik Responden... ... 56

4.3 Analisa Univariat... ... 58

4.4 Hasil Uji Statistik... ... 72


(20)

5.2 Pengaruh Pendidikan Terhadap Keaktifan Kader... 77

5.3 Pengaruh Status perkawinan terhadap keaktifan Kader... .. 79

5.4 Pengaruh Pekerjaan Terhadap Keaktifan Kader... ... 80

5.5 Pengaruh Sikap Terhadap Keaktifan Kader... 80

5.6 Pengaruh Motivasi Terhadap Keaktifan Kader... 83

5.7 Pengaruh Pelatihan terhadap Keaktifan Kader... ... 86

5.8 Pengaruh Dukungan Terhadap Keaktifan Kader... ... 87

5.9 Pengaruh Struktur Terhadap Keaktifan Kader... 89

5.10 Keaktifan Kader Posyandu... 90

5.11 Keterbatasan Penelitian... 93

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 95

6.1 Kesimpulan... 95

6.2 Saran... 96


(21)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Independen ... 48 Tabel 3.2 Aspek Pengukuran Variabel Dependen ... 49


(22)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Jadwal Penelitian ... 51 2. Kuesioner Penelitian ... 53


(23)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

3.1 Aspek Pengukuran Variabel Bebas (Independen)... 49 3.2 Aspek Pengukuran Variabel terikat (Dependen)... 50 4.1 Distribusi Kecamatan Di Kabupaten Aceh Berdasarkan Luas

Wilayah, Jumlah Desa, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga ( KK ), Rata - rata Jiwa / Rumah Tangga

Dan Kepadatan Penduduk ... 52 4.2 Distribusi Puskesmas Berdasarkan Kecamatan dan Jumlah SDM

di Kabupaten Aceh Selatan... 54 4.3 Data posyandu Dan Kader Dalam Wilayah Kerja Kabupaten

Aceh Selatan... 55 4.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Kader Posyandu... 57 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indikator Variabel

Sikap... 58 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Sikap... 61 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indikator Motivasi.. 62 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Motivasi... 63 4.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indikator Pelatihan.. 64 4.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Pelatihan 65 4.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indikator Dukungan 66 4.12 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Dukungan 67 4.13 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indikator Struktur.... 68


(24)

4.15 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indikator Perilaku

Kader... 69 4.16 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Perilaku 71 4.17 Hasil Uji Regresi Linier Berganda Variabel Independen Terhadap


(25)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1 Bagan Sebuah Sistem Posyandu... 38 2.2 Konsep Teoritis dan Faktor Determinan Perilaku Kader Posyandu... 39 2.3 Kerangka konsep Penelitian... 40


(26)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian Pengaruh Karakteristik Kader dan Strategi Revitalisasi Posyandu Terhadap Keaktifan Kader Posyandu di Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan Tahun

2008... 102 2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas... 108 3. Master Tabel Kuesioner Penelitian... 112 4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Variabel Penelitian... 114 5. Master Tabel Indikator Pertanyaan Sikap, Motivasi, Pelatihan,

Dukungan, Struktur dan Keaktifan... 116 6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Indikator Variabel Penelitian.... 120 7. Surat Permohonan Ijin Penelitian... 131 8. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian... 132 9. Surat Keterangan Selesai Pelaksanaan Penelitian... 133


(27)

(28)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Gangguan gizi pada anak dibawah usia lima tahun (balita) pada umumnya secara kuantitas kasusnya tidak pernah berkurang, demikian pula halnya terjadi di Indonesia selama ini, cenderung meningkat akibat krisis ekonomi tahun 1997. Akibat kurang gizi dikhawatirkan dapat mengancam kualitas sumberdaya manusia generasi penerus, sesungguhnya kita memiliki sarana untuk mengatasinya. Apabila posyandu dapat melaksanakan fungsi dasarnya sebagai unit pemantau tumbuh kembang anak, melaksanakan imunisasi, memberi makanan tambahan (PMT) dan penyuluhan kesehatan kepada ibu dan anak (Depdagri, 2001).

Pemeliharaan dan perawatan kesejahteraan ibu dan anak-anak sejak usia dini, merupakan strategi dalam upaya pemenuhan pelayanan dasar yang meliputi peningkatan derajat kesehatan dan gizi yang baik, lingkungan yang sehat, aman, pengembangan daya pikir dan daya cipta serta perlindungan terhadap anak. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar masyarakat dengan fokus pada ibu dan anak dapat dilakukan di posyandu. Karena posyandu merupakan wadah peran serta masyarakat untuk menyampaikan dan memperoleh pelayanan kesehatan dasarnya, maka diharapkan pula strategi operasional secara dini dapat dilakukan di setiap posyandu (Depkes RI, 2001).


(29)

Posyandu merupakan sarana kesehatan berbasis masyarakat yang paling memasyarakat dewasa ini. Posyandu yang meliputi 5 program prioritas (KB, KIA, Gizi, Imunisasi dan penanggulangan diare) terbukti mempunyai manfaat besar terhadap penurunan angka kematian bayi. Sejak dicanangkan pada tahun 1984 oleh presiden Soeharto, pertumbuhan jumlah posyandu bertambah besar dan ternyata juga dibarengi dengan peranannya yang menonjol, khususnya dalam meningkatkan cakupan program. Dapat kita lihat bahwa posyandu membawa kontribusi yang besar pada peningkatan cakupan program, khususnya pada sasaran populasi bayi bawah lima tahun (Balita) dan ibu (Depdagri,2001).

Selama ini banyak ditemukan kasus gizi buruk yang disebabkan kurang berfungsinya posyandu, rendahnya kemampuan kader, banyak kader yang tidak aktif dari pada yang aktif, kurang pembinaan dan perhatian dari unsur Pemerintah desa dan dinas/instansi/lembaga terkait, yang mengakibatkan rendahnya minat masyarakat untuk menggunakan posyandu. Akibat lebih lanjut adalah banyak hal yang sesungguhnya dapat bermanfaat bagi ibu-ibu untuk memahami cara merawat anak secara baik sejak dalam kandungan, dapat meningkatkan keselamatan ibu saat melahirkan. Oleh karena itu perlu diupayakan langkah dalam memberdayakan kader agar lebih profesional dalam melayani masyarakat di posyandu (Depdagri, 2001).

Terkait dengan seruan yang dilontarkan oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2005 di Surabaya, Jawa Timur, dalam rangka minum susu Nasional untuk merevitalisasi posyandu, dan seruan Wakil


(30)

Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla saat peringatan hari kesehatan nasional di Subang yang meminta posyandu dihidupkan lagi (Depkes RI, 2006).

Dengan datangnya badai krisis ekonomi pada tahun 1997 yang lalu, pamor posyandu mulai memudar, sulitnya kondisi ekonomi memaksa kader posyandu yang biasanya aktif , lebih memilih memanfaatkan waktunya untuk kegiatan ekonomi yang menjanjikan akan mendapat tambahan penghasilan untuk keluarganya. Dan pada tahun 1994/1995 sampai dengan 1996/1997 jumlah posyandu berkurang sebanyak 5.918 posyandu dan 22,3% posyandu termasuk kategori posyandu kurang aktif dan untuk mendapatkan model revitalisasi posyandu. Untuk itu telah dilakukan penelitian oleh Departemen Kesehatan di Sukabumi dan Kerawang meliputi masyarakat nelayan dan tani. Sebanyak 67 posyandu, 170 kader, 50 pembina dan 1.234 pengguna posyandu. Urutan faktor yang berperan terhadap posyandu aktif adalah faktor pembina (28,5% pada masyarakat nelayan dan 19,7 masyarakat tani), faktor kader (16,1% pada masyarakat nelayan dan 19,7% masyarakat tani), faktor posyandu (10,6% pada masyarakat nelayan dan 11,4% masyarakat tani), faktor pengguna (5,4% pada masyarakat nelayan dan 0,5% masyarakat tani).

Upaya yang perlu dilakukan agar posyandu aktif khusus di daerah penelitian ini adalah : pada masyarakat nelayan pembina harus mempunyai pengalaman lebih dari 24 bulan dan jumlah posyandu yang dibina tidak lebih dari 15 posyandu. Kader posyandu sebaiknya tidak mempunyai pekerjaan tetap dan kader mempunyai pengalaman menjadi kader sekurangnya 60 bulan. Tidak boleh pergantian kader sedikitnya dalam setahun dan jumlah kader sedikitnya 5 orang. Layanan yang


(31)

diharapkan oleh pengguna posyandu agar mendapatkan PMT untuk balita dan kesediaan pengguna memberi imbalan untuk kader. Pada masyarakat tani Pembina posyandu harus mempunyai pendidikan SLTA ke atas. Layanan yang diharapkan berupa penyuluhan gizi dan kesehatan serta layanan KB, kesediaan pengguna posyandu memberi imbalan berupa uang untuk kader diterapkan (Depkes RI, 2000).

Kondisi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sebagai bagian dari Negara Republik Indonesia yang perlu mendapatkan perhatian khusus, dengan adanya tekanan politik akibat konflik yang berkepanjangan dari tahun 1998 sampai dengan 2006, disusul musibah Nasional gempa dan gelombang tsunami pada akhir desember 2004, menghancurkan infrastruktur dan tentunya juga memberikan dampak psikologis kepada masyarakat dan memberikan pengaruh buruk terhadap pelaksanaan kegiatan posyandu. Apabila dilihat dari jumlah dan persentase posyandu menurut Kabupaten/Kota terdapat 64,09% tergolong posyandu pratama, 22,99% posyandu madya, 7,46% posyandu purnama dan 1,71% strata mandiri (Dinkes NAD, 2006).

Dalam rangka revitalisasi posyandu untuk pengembangan surveilens gizi dan kesehatan, telah dilakukan survey cepat (Need Assessment) di Kabupaten Acah Besar Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada tahun 2005 bekerja sama dengan Plan Internasional dan Depkes RI. Wawancara ditujukan kepada aparat Desa, tokoh masyarakat, kelompok kader, keluarga balita, dan sarana prasarana posyandu. Hasil wawancara dengan kelompok kader posyandu dengan jumlah sampel 50 orang dari


(32)

10% masih sekolah/kuliah, 10% hanya tugas sosial tanpa honor, 4% karena terpaksa, 4% jauh tempat tinggal (Dinkes NAD, 2005).

Banyak masalah yang menyebabkan posyandu tidak berfungsi dan kader tidak aktif sebagaimana diketahui dari laporan posyandu Aceh Selatan tahun 2006/2007 diketahui jumlah posyandu 288 buah, yang berfungsi 234 (81.3%) posyandu seharusnya target standar pencapaian diharapkan 95%. Jumlah kader yang tercatat sebanyak 1.380 orang yang aktif berkisar 702 (50,9%) kader, target standar pencapaian yang diharapkan 95%. Ditinjau dari kemampuan kader menjalankan kegiatan posyandu masih sangat rendah berkisar 20% target pencapaian diharapkan 90%. Kemampuan program untuk menggerakan masyarakat juga sangat rendah berkisar rata-rata 40%, target pencapaian diharapkan 90%. Partisipasi dan kesadaran masyarakat dalam mendukung pelaksanaan kegiatan posyandu masih rendah dapat dilihat dari seluruh balita yang terdata 16.220, balita yng ditimbang di posyandu hanya 10.766 (66,37%) balita, target standar pencapaian balita yang ditimbang 95%. Dari jumlah yang ditimbang tersebut 57,69 diantaranya naik berat badannya, 5,02% BGM dan 5,56% yang BGT (Dinkes Aceh Selatan, 2007).

Menurut keterangan dari beberapa tenaga kesehatan dan tokoh masyarakat yang di wawancarai saat survey pendahuluan di posyandu-posyandu dalam wilayah kerja Puskesmas samadua mengatakan bahwa, di kecamatan samadua terdapat 27 buah desa dan 29 buah posyandu , tahun 2005 jumlah kader seluruhnya 145 orang, yang aktif 77 (53,10%) kader. Tahun 2006 jumlah kader seluruhnya 145 orang, aktif 87 (60%) kader, tahun 2007 jumlah kader 145 orang, aktif 87 (60%) kader,


(33)

pencapaian target yang diharapkan masing-masing setiap tahunnya 95%. hasil pengamatan penulis banyak posyandu tidak berfungsi sebagaimana yang diharapkan, banyak kader yang tidak aktif dari pada kader yang aktif pada kegiatan posyandu, fasilitas kerja tidak memadai, tugas dan fungsi kader tidak sesuai sebagaimana yang diharapkan, disamping strategi pelaksanaan kegiatan Posyandu tidak jelas jadwal, struktur, fungsi dan tugas masing-masing kader yang tidak tertata secara rapi sebagaimana yang diharapkan (Dinkes Aceh Selatan, 2007).

Tempat pelaksanaan kegiatan posyandu tidak tepat/layak, begitu juga dengan gaya pimpinan posyandu terhadap pelaksanaan strategi tidak berperan secara aktif. Seharusnya jumlah kader yang aktif setiap bulan untuk kegiatan posyandu sebanyak 5 orang, mempunyai 5 meja kegiatan, adanya makanan tambahan (PMT), ada tempat khusus yang sesuai dan layak untuk pelaksanaan kegiatan posyandu, ada jadwal, struktur yang tertata dengan jelas, ada laporan bulanan, dan ada salah seorang ditunjuk sebagai pemimpin kader. Umur kader yang banyak dijumpai berkisar 30-4- tahun, pendidikan rata-rata SLTP sederajad yang diharapkan slta ke atas. Kader sudah menikah mempunyai anak balita, pekerjaan senagai ibu rumah tangga, kader kurang termotivasi dalam melaksanakan kegiatan posyandu alasannya karena tidak pernah mendapatkan insentif dari pemerintah daerah maupun pihak lainnya.

Berdasarkan uraian permasalahan tersebut di atas, maka Pelaksanaan revitalisasi posyandu untuk menunjang keaktifan kader di Kabupaten Aceh Selatan perlu dilakukan penelitian, agar ke depan dapat terselenggaranya posyandu dengan


(34)

antara kader dengan petugas kesehatan secara berkesinambungan, maka laporan hasil kegiatan posyandu maupun di lapangan dapat mengalir dari tingkat desa secara berjenjang sampai pada Dinas Kesehatan Kabupaten dan untuk seterusnya melaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi (Dinkes NAD, 2007).

1.2.Permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut;

1.2.1. Bagaimana pengaruh karakteristik kader yang terdiri dari; umur, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, sikap, dan motivasi terhadap perilaku kader dalam melaksanakan kegiatan posyandu di Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan.

1.2.2. Bagaimana pengaruh strategi revitalisasi posyandu yang terdiri dari; pelatihan, dukungan, dan struktur terhadap perilaku kader posyandu dalam melaksanakan kegiatan posyandu di Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Untuk menganalisis pengaruh karakteristik kader yang terdiri dari; umur, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, sikap, dan motivasi terhadap perilaku kader posyandu dalam melaksanakan kegiatan posyandu di Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan.


(35)

1.3.2. Untuk menganalisis pengaruh strategi revitalisasi posyandu yang terdiri dari; pelatihan, dukungan, dan struktur terhadap perilaku kader posyandu dalam melaksanakan kegiatan posyandu di Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan.

1.4. Hipotesis Penelitian

1.4.1. Karakteristik kader yang terdiri dari; umur, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, sikap, dan motivasi mempunyai pengaruh terhadap perilaku kader posyandu dalam melaksanakan kegiatan posyandu di Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan.

1.4.2. Strategi revitalisasi posyandu yang terdiri dari; pelatihan, dukungan, dan struktur mempunyai pengaruh terhadap perilaku kader posyandu dalam melaksanakan pelayanan kegiatan posyandu di Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintahan daerah khususnya Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan dalam merumuskan kebijakan-kebijakan guna mendukung strategi peningkatan keaktifan kader sebagai tumpuan upaya optimalisasi revitalisasi posyandu.

1.5.2. Bagi program studi administrasi dan kebijakan kesehatan Universitas Sumatera Utara merupakan tambahan kekayaan penelitian kasus untuk dapat


(36)

pemberdayaan tenaga kesehatan dan keaktifan kader posyandu di Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan.

1.5.3. Menambah dan memperluas wawasan serta pengalaman bagi peneliti dalam mengaplikasikan keilmuan di bidang administrasi kebijakan kesehatan yang berhubungan dengan Keaktifan kader posyandu.

1.5.4. Bagi peneliti selanjutnya sebagai bahan perbandingan dan acuan dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan kebijakan pelaksanaan pelayanan kesehatan dasar di posyandu.


(37)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Revitalisasi Posyandu

2.1.1. Pengertian dan Pedoman Revitalisasi Posyandu

Revitalisasi adalah upaya untuk menghidupkan kembali kawasan mati, yang pada masa silam pernah hidup, atau mengendalikan, dan mengembangkan kawasan untuk menemukan kembali potensi yang dimiliki atau pernah dimiliki atau seharusnya dimiliki oleh sebuah kota, baik dari segi sosio-kultural, sosio ekonomi, segi fisik alam lingkungan, sehingga diharapkan dapat peningkatan kualitas hidup dari penghuninya.

Pedoman revitalisasi posyandu ditujukan bagi pemangku kepentingan (Stakeholder) dalam upaya penyelenggaran revitalisasi posyandu yang meliputi masyarakat, petugas, kader, Pembina posyandu, pengelola posyandu, tokoh masyarakat, tokoh adat, seluruh lintas sektor pemerintahan, dan pihak terkait mencakup swasta, dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan organisasi non pemerintah. Pedoman ini dapat memberikan petunjuk tentang penyelenggaraan revitalisasi posyandu (Depdagri & Otda 2001)

2.1.2. Sasaran dan Prinsip Pelaksanaan Revitalisasi Posyandu

Posyandu yang tidak berfungsi, posyandu yang tidak memiliki bangunan, posyandu yang terbatas cakupan, jenis, waktu dan tenaga pelayanannya, posyandu


(38)

lainnya yang dibutuhkan masyarakat desa, posyandu yang tidak mendapatkan partisipasi atau peran serta masyarakat ( Depkes RI, 2006).

Prinsip pelaksanaan revitalisasi, bahwa pada hakikat dilaksanakannya, revitalisasi posyandu adalah sebagai upaya pemenuhan kebutuhan kesehatan dasar dan peningkatan status gizi masyarakat, yang secara umum terpuruk sebagai akibat langsung maupun tidak langsung adanya krisis multi dimensi di Indonesia. Oleh karena itu untuk meningkatkan setiap keluarga dalam memaksimalkan potensi pengembangan kualitas sumber daya manusia, diperlukan upaya revitalisasi posyandu sebagai unit pelayanan kesehatan dasar masyarakat dan langsung dapat dimanfaatkan untuk melayani pemenuhan kebutuhan dasar pengembangan kualitas manusia dini, sekaligus merupakan salah satu komponen perwujudan kesejahteraan keluarga untuk melaksanakan revitalisasi posyandu perlu dihimpun keseluruh kegiatan masyarakat, agar berperan serta secara aktif sesuai dengan kemampuannya, baik sebagai pelaksana maupun sebagai pembina dilingkungannya masing-masing, sehingga cakupan sasaran kelompok masyarakat yang membutuhkan pelayanan posyandu pada hari buka dan kunjungan rumah dapat mencapai hasil yang setinggi-tinginya (Depdagri, 2001). Dengan prinsip pelaksanaan revitalisasi adalah :

a. Partisipasi; revitalisasi posyandu melibatkan peran serta seluruh komponen dalam masyarakat, pemerintahan dan organisasi non pemerintah, LSM, swasta dan dunia usaha.


(39)

b. Efesiensi (Hemat); Revitalisasi posyandu diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang tersedia dari masyarakat secara terorganisir dan ekonomis.

c. Efektif (Berdaya guna dan berhasil guna); Revitalisasi posyandu diupayakan untuk dapat mencapai tujuan dan memberikan manfaat kepada seluruh komponen masyarakat.

d. Transparan (Terang untuk dilihat); Revitalisasi posyandu merupakan proses yang bisa diketahui oleh semua pihak.

e. Terbuka (Bisa dimasuki); Revitalisasi posyandu memberikan kesempatan kepada semua pihak untuk berperan sepanjang memenuhi ketentuan dan persyaratan yang ditetapkan.

f. Adil; Revitalisasi posyandu memberikan perlakuan yang sama kepada semua pihak yang mengambil bagian atau berperan.

g. Dapat dipertanggungjawabkan; Dalam pelaksanaan kegiatan revitalisasi posyandu dana yang digunakan dapat dipertanggungjawabkan kepada seluruh komponen masyarakat dengan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya (Depkes RI, 2006).

2.1.3. Strategi Revitalisasi Posyandu

Menurut Susilo (2005), strategi adalah suatu seni menggunakan kecakapan dan sumber daya suatu organisasi untuk mencapai sasarannya melalui hubungannya yang


(40)

efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan. Hal ini harus dihayati karena strategi dilaksanakan oleh setiap orang pada setiap tingkat.

Strategi pemerintah yang berhubungan dengan kebijakannya terhadap keaktifan kader dalam pelaksanaan kegiatan posyandu disebut enterprise strategi yaitu strategi yang berkaitan dengan respon masyarakat. Diketahui bahwa setiap organisasi mempunyai hubungan dengan masyarakat. Masyarakat adalah kelompok yang berada di luar organisasi yang dapat dikontrol. Strategi enterprise relasi antara organisasi dan masyarakat luar, strategi itu juga menampakkan sungguh-sungguh bekerja dan berusaha untuk memberi pelayanan yang baik terhadap tuntutan dan kebutuhan masyarakat.

Strategi pemerintah dibidang kesehatan yang telah ditetapkan terhadap posyandu adalah strategi revitalisasi posyandu, yang mencakup;

a. Meningkatkan kemampuan pengetahuan dan keterampilan teknis, serta dedikasi kader di posyandu.

b. Memperluas sistem posyandu dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan di hari buka dan kunjungan rumah.

c. Menciptakan iklim kondusif untuk pelayanan dengan pemenuhan sarana dan prasarna kerja posyandu.

d. Meningkatkan peran serta masyarakat dan kemitraan dalam penyelenggaraan dan pembiayaan kegiatan posyandu.

e. Menyediakan sistem pilihan jenis dalam pelayanan (paket minimal dan tambahan) sesuai dengan perkembangan kebutuhan masyarakat.


(41)

f. Menggunakan azas kecukupan dan urgensi dalam penetapan sasaran pelayanan dengan perhatian khusus pada balita untuk mencapai cakupan keseluruhan.

g. Memperkuat dukungan pembinaan dan pendampingan teknis dari tenaga profesional dan tokoh masyarakat termasuk unsur LSM.

2.1.4. Pedoman Penyelenggaraan Revitalisasi

Revitalisasi posyandu dapat dicapai dengan memenuhi standar yang telah ditetapkan sebagai berikut :

a. Prasarana, adanya tanah dan bangunan.

b. Sarana, adanya ruangan, alat-alat kerja,tenaga, penyediaan tenaga dilakukan dengan mengacu pada tugas dan fungsi masing-masing yang ditetapkan yaitu: tenaga kesehatan puskesmas, kader, Pembina posyandu, pengelola posyandu. Dan petugas lainnya. Disamping yang tersebut diatas juga kegiatan sangat penting dalam optimalisasi revitalisasi posyandu seperti: kegiatan pelayanan pada hari buka dan hari tidak buka, hal ini merupakan kelanjutan kegiatan di dalam posyandu yaitu: program kegiatan kesehatan dan gizi seperti layanan kunjungan rumah, penggalangan partisipasi masyarakat, peningkatan kemampuan dan pembinaan posyandu, penerapan system kewaspadaan pangan dan gizi.


(42)

posyandu yaitu: pelatihan - pelatihan kepada kader posyandu, meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan melalui kegiatan pelayanan pada hari buka posyandu dan kunjungan rumah, meningkatkan peran serta masyarakat dan membangun kemitraan, optimalisasi kegiatan posyandu, pelayanan menggunakan sistem kafetaria, memberikan perhatian khusus pada kelompok sasaran berdasar azas kecukupan (terutama pada Baduta), memperkuat dukungan pendampingan dan pembinaan oleh tenaga professional dan tokoh masyarakat (Depkes RI, 2006).

2.1.5. Indikator Kemajuan Revitalisasi Posyandu

Kemajuan kegiatan revitalisasi posyandu dapat diukur dari aspek input/asupan, proses, luaran (output) dan dampak (out come) yaitu sebagai berikut:

a. Indikator input: meliputi jumlah posyandu yang sudah lengkap sarana dan obat-obatannya, jumlah kader yang telah dilatih dan aktif bekerja, jumlah kader yang mendapat akses untuk meningkatkan ekonominya, adanya dukungan pembiayaan dari masyarakat setempat, pemerintah dan lembaga donor untuk kegiatan posyandu.

b. Indikator proses: yaitu meningkatkan prekwensi pelatihan pendampingan dan pembinaan kader posyandu, meningkatkan jenis pelayanan yang dapat diberikan dan partisipasi masyarakat untuk posyandu, menguatkan kapasitas pemamtauan pertumbuhan anak.

c. Indikator luaran: dengan cara meningkatkan cakupan bayi dan balita yang dilayani, pencapaian cakupan seluruh balita, meningkatkan cakupan ibu


(43)

hamil dan ibu menyusui yang dilayani serta cakupan kasus yang dipantau dalam kunjungan rumah.

d. Indikator dampak (out come): yaitu meningkatkan status gizi balita, berkurangnya jumlah anak yang berat badannya tidak cukup naik, prevalensi penyakit anak (cacingan, diare, ispa), anemia ibu hamil dan ibu menyusui menurun, serta mantapnya pola pemeliharaan anak secara baik ditingkat keluarga dan kesinambungan posyandu (Depdagri, 2001)

2.1.6. Pengertian dan Intervensi Posyandu

Pengertian posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih tehnologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat dan keluarga berencana yaitu dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan keluarga berencana, yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini yaitu dalam peningkatan mutu manusia masa yang akan datang dan akibat dari proses pertumbuhan dan perkembangan manusia (Depkes RI, 2005). Ada 3 intervensi posyandu yaitu;

1. Pembinaan kelangsungan hidup anak (Child survival) yang ditujukan untuk menjaga kelangsungan hidup anak sejak janin dalam kandungan ibu sampai usia balita.

2. Pembinaan perkembangan anak (Child Development) yang ditujukan untuk membina tumbuh kembang anak secara sempurna, baik fisik maupun mental,


(44)

3. Pembinaan kemampuan kerja (Employment) untuk memberikan kesempatan berkarya dan berkreasi dalam pembangunan bangsa dan negara.

Intervensi satu dan dua dapat dilaksanakan sendiri oleh masyarakat dengan sedikit bantuan dan pengarahan dari petugas penyelenggara dan pengembangan posyandu. Intervensi ke tiga perlu dipersiapkan dengan memperhatikan aspek-aspek poleksosbud (Nasab, 1999).

2.1.7. Pengorganisasian Posyandu

Untuk melaksanakan revitalisasi posyandu, perlu dilakukan pengorganisasian, sebab sebagai unit yang memberi pelayanan langsung kepada masyarakat dan bersifat organisasi fungsional yang dipimpin oleh seorang ketua/penanggungjawab dan dibantu oleh para pelaksana pelayanan yang terdiri dari kader posyandu sebanyak 4-5 orang. Agar posyandu dapat berjalan dengan baik perlu dukungan tenaga administrasi dan tenaga teknis operasional.

Secara fungsional organisatoris posyandu berada dalam wadah LKMD, dimana segala aktifitas dan upaya yang dilakukan tetap dalam koordinasi LKMD. Sedangkan secara teknis operasional dikelola oleh kelompok kerja (pokja), posyandu berada dalam fungsi koordinasi seksi pembinaan kesejahteraan keluarga (PKK) bekerja sama dengan seksi kesehatan, pendidikan dan keluarga berencana serta seksi-seksi lain dalam LKMD (Depdagri, 2001)

Disetiap desa/kelurahan hendaknya dikembangkan wadah posyandu, idealnya satu posyandu dapat melayani 100 balita (120 KK), atau sesuai dengan kemampuan


(45)

petugas dan keadaan setempat seperti: keadaan geografis, jarak antara kelompok rumah, jumlah kepala keluarga dalam satu kelompok, jadi jumlah posyandu disetiap desa/kelurahan tidak sama.

Bentuk susunan organisasi unit pengelola posyandu di desa ditetapkan melalui kesepakatan dari para anggota pengelola posyandu. Tugas dan tangngungjawab masing-masing unsur pada setiap kepengurusan, disepakati dalam unit/kelompok pengelola posyandu bersama masyarakat setempat, namun pada hakekatnya susunan kepengurusan itu sifatnya fleksibel tergantung kondisi setempat. Dalam tatanan kehidupan masyarakat di desa, unit pengelola posyandu mempunyai kewajiban melaporkan keberadaannya kepada kepala desa/lurah. Oleh karena itu kepala desa/lurah berkewajiban membina keberadaan unit pengelola posyandu, karena kegiatan posyandu pada dasarnya adalah untuk kepentingan pemajuan perkembangan kualitas sumber daya masyarakat (SDM) dini di daerahnya (Depdagri, 2001)

2.1.8. Tujuan dan Fungsi Penyelenggaraan Posyandu

a. Mempercepat penurunan angka kematian bayi, balita dan angka kelahiran. b. Mempercepat penerimaan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera

(NKKBS)

c. Peningkatan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR.

d. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang kemampuan hidup


(46)

Sedangkan fungsi posyandu adalah sebagai tempat pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita (PBB) dengan kegiatan penimbangan balita dengan menggunakan 5 (lima) meja pelayanan yang terdiri dari keluarga berencana, kesehatan ibu dan anak, gizi, imunisasi, dan penanggulangan diare untuk para ibu dan anak di tingkat masyarakat. Dengan sasaran utamanya adalah untuk menurunkan angka kematian bayi serta memperbaiki status kesehatan dan gizi para balita maupun ibu hamil dan menyusui (Depkes RI, 2005).

Posyandu harus dapat melaksanakan fungsinya sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan semua sektor dalam pemerintahan, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan swasta untuk penyelenggaraan revitalisasi posyandu. Sebagai unit pemantauan tumbuh kembang anak, mampu secara profesional memberikan pelayanan kesehatan dasar termasuk meningkatkan kesadaran terhadap asuhan gizi keluarga sehingga terwujud keluarga sadar gizi (KADARZI) dalam rangka menuju desa siaga.

Dalam hal pelaksanaan demokratisasi kehidupan masyarakat diharapkan dapat menjangkau pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kesehatan dasar masyarakat, dimana posyandu mampu berperan , sebagai wadah pelayanan kesehatan dasar berbasis masyarakat. Melalui penyelenggaraan posyandu yang dikelola dengan prinsip dari, oleh dan untuk masyarakat, maka hal itu dapat diartikan bahwa posyandu secara terbuka dapat dikelola oleh unsur masyarakat atau kelompok masyarakat yang mempunyai minat dan misi dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia dini (Depdagri, 2001)


(47)

2.2. Konsep Tentang Kader

2.2.1. Pengertian dan Tugas Kader

Kader adalah warga masyarakat pada tempat yang dipilih atau dituju oleh masyarakat, dengan kata lain kader kesehatan merupakan wakil dari warga setempat untuk membantu masyarakat dalam masalah kesehatan, agar diperoleh kesesuain ántara fasilitas pelayanan dan kebutuhan masyarakat yang bersangkutan (Depkes RI, 2005).

Kader adalah siapa saja dari anggota masyarakat yang mau bekerja secara suka rela dan iklas, mau dan sanggup malaksanakan kegiatan usaha perbaikan gizi keluarga. Secara umum kader diartikan sebagai tenaga sukarela yang tertarik dalám bidang tertentu, tumbuh dalam masyarakat dan merasa berkewajiban untuk melaksanakan dan meningkatkan serta membina kesejahteraan termasuk dalam bidang kesehatan (Depkes RI, 2005).

Adapun Tugas Kader adalah sebagai berikut :

Mengingat bahwa kader bukanlah tenaga profesional dan teknis, melainkan hanya membantu dalam memberikan pelayanan kesehatan dasar, untuk itu perlu adanya pembagian tugas yang diembankan padanya, baik menyangkut jumlah maupun jenis pelayanan. Adapun tugas kader adalah sebagai berikut:

a. Sehari sebelumnya semua ibu hamil, ibu menyusui, ibu balita diberitahu akan adanya kegiatan posyandu.

b. Mencatat semua sasaran wanita usia subur, pasangan usia subur dan lanjut usia. Mempersiapkan alat-alat dan bahan yang akan diperlukan, bila ada yang


(48)

kurang dan belum tersedia dapat meminjam dan meminta pada petugas atau membuat sendiri.

c. Pembagian tugas diantara sesama kader dan dibantu oleh ibu-ibu lainnya, misalnya: kegiatan sebelum hari H posyandu (H+), hari H posyandu, dan

sesudah H (H-).

2.2.2. Faktor Yang Mempengaruhi Keaktifan Kader

Keaktifan kader adalah keterlibatan kader dalam kegiatan kemasyarakatan yang merupakan pencerminan akan usahanya untuk memenuhi berbagai kebutuhan yang dirasakan dan pengabdian terhadap pekerjaannya sebagai kader. Keaktifan kader posyandu tersebut dari ada atau tidaknya dilaksanakan kegiatan-kegiatan posyandu sebagai tugas dan tanggungjawab yang diembankan padanya, kegiatan ini akan berjalan dengan baik bila didukung oleh fasilitas yang memadai. Fasilitas yang disediakan hendaknya harus cukup dan sesuai dengan tugas dan fungsi yang harus dilaksanakan serta adanya tersedia waktu, tempat yang tepat, sesuai dan layak untuk menunjang kegiatan posyandu (Depkes RI, 2006).

Menurut Martoyo (2000) mengutip pendapat Maslow (1970), menyatakan bahwa sebagian besar perilaku sadar dari manusia berdasarkan adanya motif (kebutuhan tertentu). Disebutkan pula bahwa motif memiliki tingkatan-tingkatan mulai dari yang terendah sampai tertinggi. Motif terendah adalah kebutuhan psikologis seperti makan, minum, seks, dan sebagainya. Di atas kebutuhan dasar adalah kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan rasa disukai dan menyukai, kebutuhan


(49)

akan kedudukan atau status, tertinggi adalah kebutuhan akan meningkatnya peran serta diri atau pengabdian. Rasa pengabdian sesungguhnya akan dimiliki oleh orang yang telah mencapai tingkatan kebutuhan tertinggi.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan para peneliti sebelumnya yang dianggap ada relevansinya dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis antara lain adalah penelitian yang dilakukan Anies dan Irawati tahun 2000.

Hasil penelitian Anies dan Irawati (2000) yang berjudul “faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan kader posyandu” melakukan penelitian di Kecamatan Mianggo Kabupaten Jepara ditemui beberapa masalah dan hambatan kader dalam pelaksanaan kegiatan posyandu antara lain sebagai berikut:

Kurangnya korodinasi antara tokoh masyarakat, pamong pemerintah, tenaga kesehatan dan kader, serta lintas program dan lintas sektor yang terkait di luar kesehatan, yaitu sebagai berikut;

1. Tokoh masyarakat (pemuka agama) belum sepenuhnya berperan aktif

2. Kader (yang bersifat tenaga sukarela) tidak dapat melaksanakan aktifitasnya secara rutin.

3. Latar belakang pendidikan serta perekonomian kader relatif masih rendah. 4. Kurangnya pembinaan (supervisi) dari puskesmas dan dinas kesehatan.

5. Buku petunjuk pedoman (manual) posyandu yang belum tersebar secara merata.

6. Belum ada keserasian jadwal kerja puskesmas dengan kegiatan posyandu. Menurut Anies dan Irawati (2000) di Sukabumi dan Kerawang meneliti pada


(50)

1.234 pengguna posyandu menemukan bahwa ciri-ciri kader aktif adalah sebaiknya tidak mempunyai pekerjaan tetap, mempunyai pengalaman menjadi kader sekurangnya 60 bulan, tidak ada pergantian kader sedikitnya dalam setahun dan jumlah kader setiap posyandu 5 orang, layanan yang diharapkan pengguna posyandu agar mendapat PMT untuk balita, kesediaan pengguna memberi imbalan untuk kader yang bekerja secara suka rela, pendidikan kader harus SLTA ke atas.

Menurut Razak (2006) dalam penelitiannya di Makasar menemukan bahwa kader posyandu sebaiknya tidak mempunyai pekerjaan tetap, mempunyai pengalaman menjadi kader sekurang-kurangnya 60 bulan, jumlah kader sedikitnya 5 orang, tidak ada pergantian kader sedikitnya dalam setahun, pendidikan SLTA ke atas.

Sementara itu pada penelitian yang dilakukan di kelurahan Tegal II Sumatera Utara menemukan ciri-ciri kader aktif adalah : sudah menikah, berpenghasilan, ada sarana dan fasilitas posyandu, adanya pelatihan dan pembinaan dari tenaga kesehatan dan tenaga lain yang terkait (Nurhayati, 1997).

Menurut para ahli dan beberapa peneliti tentang kader antara lain Hartono (1978) Sumardilah (1985) di Kebayoran Lama Jakarta menemukan ciri-ciri kader yang aktif adalah : berumur 25-34 tahun, ibu rumah tangga, tidak bekerja, pendidikan tamat SLTP dan sederajad, mempunyai rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya, dapat mengikuti kegiatan sosial bermasyarakat, inovatif, tinggal di RW/RT posyandu berada, mempunyai motivasi yang positif.


(51)

Menurut Prayudha (1990) jumlah kendala yang menghadang upaya revitalisasi posyandu diantaranya, kurang kesadaran warga akan arti pentingnya keberadaan posyandu, keterbatasan ketrampilan kader, serta minimnya pendanaan.

2.2.3. Keaktifan dan Pembentukan Kader

Keaktifan kader adalah keterlibatan kader dalam kegiatan kemasyarakatan, yang merupakan pencerminan akan usahanya untuk memenuhi berbagai kebutuhan yang dirasakan dan pengabdian terhadap pekerjaannya sebagai kader posyandu. Keaktifan kader tersebut dapat dilihat dari ada atau tidaknya dilaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai tugas dan tanggung-jawab yang diembankan padanya, kegiatan-kegiatan ini akan berjalan dengan baik bila didukung oleh fasilitas yang memadai. Bila fasilitas kerja yang disediakan harus cukup dan sesuai dengan tugas dan fungsi yang harus dilaksanakan serta adanya tersedia waktu dan tempat yang tepat (Depkes RI, 2006).

Pembentukan kader merupakan salah satu metode pendekatan edukatif, untuk melibatkan masyarakat dalam pembangunan di bidang kesehatan. Dan menjadi pelopor pembaharuan untuk mencapai visi dan misi Indonesia sehat tahun 2010 bagi masyarakat. Dalam rangka mencapai Indonesia sehat tahun 2010 untuk pelayanan kesehatan diarahkan pada prinsip bahwa manusia bukan objek dari misi dan visi tersebut, pada hakekadnya pelayanan kesehatan dipolakan mengikutsertakan masyarakat secara aktif dan bertanggung jawab. Keikutsertakan masyarakat dalam meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan adalah atas dasar


(52)

Dengan demikian sangat menentukan keaktifan masyarakat akan memamfaatkan sumber daya yang ada di dalam masyarakat seoptimal mungkin. Pemikiran ini merupakan penjabaran dari karsa pertama, berbunyi meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan (Depkes RI, 2006).

2.2.4. Karakteristik dan Strategi Revitalisasi Posyandu

a. Umur

Umur adalah usia seseorang yang dihitung mulai sejak lahir sampai dengan batas terahkir masa hidupnya. Umur sangat mempengaruhi seseorang dalam melaksanakan suatu kegiatan di posyandu.

Menurut Bahri (1981), Sumardilah (1985), menyatakan bahwa ciri-ciri kader yang aktif sebaiknya berumur antara 25-34 tahun, karena pada masa muda kader mempunyai lebih motivasi yang positif, merasa lebih bertanggungjawab, dan inovatif.

b. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu jenjang pendidikan formal terakhir yang ditempuh dan dimiliki oleh seorang kader posyandu dengan mendapatkan sertifikasi kelulusan/ijazah, baik sekolah dasar (SD), sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP), sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA), dan perguruan tinggi (PT).

Pendidikan adalah suatu proses yang unsur-unsurnya terdiri dari masukan (input), yaitu sasaran pendidikan, keluaran (output) yaitu suatu bentuk perilaku baru


(53)

atau kemampuan baru dari sasaran pendidikan. Proses tersebut dipengaruhi oleh perangkat lunak (soft ware) yang terdiri dari kurikulum, pendidik, metode dan sebagainya serta perangkat keras (hard ware) yang terdiri dari ruang, perpustakaan (buku-buku), dan alat-alat bantu pendidikan lain (Notoatmodjo, 2005).

Jalur pendidikan formal akan membekali seseorang dengan dasar-dasar pengetahuan, teori dan logika, pengetahuan umum, kamampuan analisis serta pengembangan kepribadian. H.L. Blum menjelaskan bahwa pendidikan merupakan suatu proses dengan tujuan utama menghasilkan perubahan perilaku manusia yang secara operasional tujuannya dibedakan menjadi 3 aspek yaitu; pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan aspek ketrampilan (psikomotor).

Azwar, 2002 menerangkan bahwa pendidikan merupakan kegiatan yang sengaja dilakukan untuk memperoleh hasil berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap seseorang. LW.Green, (1980) menyatakan bahwa gangguan terhadap penyakit juga disebabkan oleh manusia itu sendiri, terutama menyangkut pendidikan, pengetahuan dan sikap seseorang dalam menjaga kesehatan, sehingga ia mempunyai kesadaran tinggi terhadap kesehatan baik kesehatan pribadi maupun kesehatan keluarga, begitu juga dalam mengkonsumsi makanan yang bernilai gizi tinggi dan cukup kalori sehingga dapat menjaga kesehatannya terutama pada saat ibu hamil (Azwar, 2007).

Pendidikan yang tinggi seseorang akan lebih mudah memahami tentang suatu imformasi, bila pendidikannya tinggi maka dalam menjaga kesehatan sangat diperhatikan, termasuk cara menjaga bayi, mengatur gizi seimbang, dan sebaliknya


(54)

dapatkan, baik dari petugas kesehatan maupun dari media-media lainnya. Pendidikan sangat berpengaruh terhadap kesehatan keluarga. Jika pendidikan tinggi, maka banyak mengetahui, ada kemauan untuk mengerjakan apa yang dapat bermanfaat bagi keluarganya.

Penelitian di 11 negara oleh pusat Demografi Amerika Latin (Grant, 1984) menunjukan bahwa pengaruh pendidikan ibu terhadap kesempatan hidup anak ternyata lebih kuat dibandingkan dengan pengaruh tingkat pendapatan rumah tangga. Pengamatan di Kenya mencatat adanya penurunan tingkat kematian bayi sebesar 86% setelah dilaksanakan program peningkatan pendidikan kaum wanita (Kardjati, 2000). c. Pekerjaan

Pekerjaan adalah tugas utama atau kegiatan rutinitas yang dimiliki oleh seorang kader posyandu untuk membantu, dan membiayai kehidupan keluarganya serta menunjang kebutuhan rumah tangganya. Pekerjaan juga dapat mempengaruhi seseorang dalam menjaga kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan keluarga. Karakteristik yang berhubungan dengan pekerjaan karena kesibukan membuat seseorang terabaikan akan kesehatannya, termasuk kader posyandu. Kesibukan akan pekerjaan terkadang ibu lupa terhadap tugas dan tanggungjawab yang diembankan padanya. Sebaiknya seorang kader posyandu tidak mempunyai pekerjaan yang tetap, dan mempunyai pengalaman yang lama menjadi kader sekurang-kurangnya 60 bulan, dan tidak adanya pergantian kader dalam satu tahun, serta jumlah kader setiap posyandu lima orang (Benny, 2005).


(55)

Disamping itu adanya hubungan antara jenis pekerjaan dengan keaktifannya sebagai keder, misalnya saja seorang ibu yang dengan kesibukan tertentu akan mempengaruhi keaktifan posyandu sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan setiap bulannya. Begitu juga dengan status sosial ekonomi yang lemah dapat mempengaruhi kelancaran kegiatan posyandu dan menjadi faktor penghambat dalam melaksanakan tugasnya ( Notoadmodjo,2005 ).

d. Status Perkawinan

Status perkawinan adalah suatu bentuk perkawinan antara laki-laki dan perempuan secara syah dipandang dari segi agama melalui pernikahan dengan mempunyai surat nikah dan terdaftar di kantor agama. Status perkawinan sangat mempengaruhi seseorang kader dalam melaksanakan kegiatan posyandu, karakteristik yang berkaitan dengan perkawinan karena larangan suami membuat seseorang kader terabaikan akan kegiatan posyandu setiap bulan, sebaliknya yang sudah kawin mempunyai motivasi tinggi untuk menjadi kader, karena adanya keinginan untuk menambah pendapatan keluarga (Nurhayati, 1997).

e. Sikap

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi seseorang. Newcomb dalam buku Notoatmodjo(2005), menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan


(56)

Sikap terdiri-dari 3 komponen pokok yaitu; kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek. Artinya, bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek. Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave). Artinya sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka (tindakan). Ketiga komponen tesebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total adtitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting (Notoatmodjo, 2005).

f. Motivasi

Motif adalah sesuatu yang merupakan alasan mengapa seseorang memulai tindakan. Motivasi adalah suatu set atau kumpulan perilaku yang memberikan landasan bagi seseorang untuk bertindak dalam suatu cara yang diarahkan kepada tujuan spesifik tertentu (spesific goal directed way). Memotivasi adalah menunjukan arah tertentu kepada seseorang sekelompok orang dan mengambil langkah yang perlu untuk memastikan mereka sampai ketujuan (Soeroso, 2003). Motivasi adalah: kemampuan individu, kecerdasan, keterampilan, dan pengetahuan. Persepsi peranan, perasaan individu tentang pekerjaan yang ditugaskan. Motivasi muncul dalam dua bentuk dasar, yaitu :

1. Motivasi ekstrinsik (dari luar)


(57)

Berdasarkan pendapat McClelland dan Edward Murray, dapat dikemukakan bahwa karakteristik orang mempunyai motivasi berprestasi tinggi antara lain : memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi, memiliki program kerja berdasarkan rencana dan tujuan yang realistik serta berjuang untuk merealisasinya, memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dan berani mengambil resiko yang dihadapinya, melakukan pekerjaan yang berarti dan menyelesaikannya dengan hasil yang memuaskan, mempunyai keinginan untuk menjadi orang terkemuka yang menguasai bidang tertentu.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya motivasi, antara lain kebutuhan. Teori yang paling terkenal adalah teori hierarki.

Abraham Maslow (1970), menyatakan bahwa terdapat lima kelompok kebutuhan utama manusia, yaitu : kebutuhan dasar, kebutuhan rasa aman, kebutuhan bersosialisasi, kebutuhan ego/penghargaan, kebutuhan beraktualisasi diri. Pada hakekadnya manusia selalu mempunyai keinginan untuk memenuhi kebutuhannya.

Terdapat beberapa cara terbaik untuk menerapkan konsep motivasi dengan mengembangkan model motivasi, melalui pengenalan motivasi model-model motivasi seseorang dapat dimotivasi berproduksi dan berprestasi. Adapun model-model tersebut adalah; Model manusia rasional, seseorang akan termotivasi mendapatkan penghargaan berupa uang bila berprestasi atau hukuman bila tidak berprestasi. Model hubungan manusia ini menunjukkan bahwa produktifitas secara langsung berhubungan dengan kepuasan kerja yang lebih banyak dipengaruhi oleh


(58)

Menurut Mangkunegara (2005) mengutip pendapat Amstrong; Robins (1991) (1998) bahwa Model aktualisasi diri, seseorang tidak dipengaruhi oleh sistem yang mengendalikan dari luar, tetapi bisa mengarahkan diri dan mengendalikan diri sendiri dalam pencapaian sasaran.

Model komplek, memandang dua faktor utama yang menentukan motivasi seseorang pada saat diberikan penugasan yaitu, nilai penghargaan kepada individu, harapan bahwa usaha yang dilakukan akan menghasilkan penghargaan yang mereka inginkan. Usaha tersebut harus efektif apabila akan menghasilkan prestasi kerja yang dikehendaki.

Menurut Mangkunegara (2005) mengutip pendapat Osborne dan Plastrik (2000), terdapat tujuh faktor penting yang dapat digunakan untuk memotivasi kinerja seseorang (Motivator) yaitu; Prestasi, pengakuan, tantangan, kepentingan, tanggung jawab, promosi, gaji dan tunjangan.

g. Pelatihan

Pelatihan adalah suatu upaya kegiatan yang dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan, pengetahuan, ketrampilan teknis dan dedikasi kader posyandu. Memperluas sistem posyandu dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan di hari buka dan kunjungan rumah. Serta menciptakan iklim kondusif untuk memberikan pelayanan kesehatan dengan pemenuhan sarana, prasarana, pelaporan dan pendataan kerja posyandu (Depkes RI, 2005).

Menurut Frank Sherwood dan Wallas Best dalam (Moekijat,1981 : 5), pelatihan adalah : Training is the procåss of aiding employees to gain effektiviness in thair


(59)

present of future work through the development of appropriate habist of thought and action, skill, knowledge, and attitudes ( pelatihan adalah proses membantu pegawai

untuk memperoleh efektifitas dalam pekerjaan mereka yang sekarang atau yang akan datang melalui pengembangan kebiasaan-kebiasaan pikiran, tindakan, dan keterampilan.

Materi dalam pelatihan kader dititik beratkan pada keterampilan teknis menyusun rencana kerja kegiatan di posyandu, cara yang benar dalam menimbang balita, menilai pertumbuhan anak baik fisik maupun mental, cara menyiapkan kegiatan pelayanan seseuai dengan kebutuhan anak dan ibu, menyiapkan peragaan cara pemberian makanan tambahan (PMT), makanan pendamping ASI untuk anak yang pertumbuhannya tidak sesuai, membantu pemeriksaan ibu hamil dan menyusui, serta membuat pelaporan.

Pelatihan bertujuan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan sekaligus dedikasi kader agar timbul kepercayaan diri untuk melaksanakan tugas sebagai kader posyandu dalam melayani masyarakat, baik di posyandu maupun saat melakukan kunjungan rumah (Depdagri & Otda, 2001)

Menurut Mortoyo (2000) mengutip pendapar Moekijat (1981) tujuan umum dari pelatihan sebenarnya adalah :

1. Untuk mengembangkan keahlian seseorang sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif.


(60)

3. Untuk mengembangkan sikap sehingga menimbulkan kemajuan kerja sama dengan sesama teman sekerja dan di luar kerja serta dengan pimpinan (Moekijad, 1981)

Plippo membedakan antara pelatihan (training) dengan pendidikan adalah “training is concerned with increasing knowledge and skill in doing a particular job,

education is concerned with increasing general knowledge and understanding our total environment”. General knowledge and understanding our total environment”

(training/pelatihan berhubungan dengan menambah pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu, pendidikan berhubungan dengan penambahan pengetahuan umum dan pengertian tentang seluruh lingkungan kita).

Agar pelatihan kader dapat berjalan efektif, maka diperlukan unsur pelatih kader yang mampu berdedikasi dalam memberikan pelatihan secara efektif dan berkesinambungan, yakni melalui pendampingan dan bimbingan. Pelatihan kader diberikan secara berkelanjutan berupa pelatihan dasar dan berjenjang yang berpedoman pada modul.

h. Dukungan

Sarwono (1990) mendeskripsikan bahwa dukungan sosial adalah suatu kesenangan, perhatian, penghargaan dan bantuan yang diberikan dan dirasakan oleh orang lain atau kelompok. Dukungan juga merupakan suatu upaya yang diberikan kepada kader posyandu baik secara moril maupun materil untuk mendorong kader dalam melakukan kegiatan posyandu. Dukungan ini seharusnya diberikan oleh masyarakat dan pemimpin dalam masyarakat. De Santis dkk (1996) berpendapat


(61)

bahwa kepuasan kerja seseorang dipengaruhi banyak faktor, salah satunya adalah dukungan dari lingkungan kerjanya, ciri pekerjaannya dan situasi.

Menurut Yusuf (2007) mengutip pendapat Daravino (1990), dukungan juga merupakan suatu upaya yang diberikan kepada kader posyandu, baik secara moril maupun materil untuk mendorong kader dalam melakukan kegiatan posyandu. Sedangkan menurut penulis sendiri berpendapat bahwa tugas kader posyandu untuk mengelola dan melayani masyarakat dalam rangka mendukung peningkatan kualitas SDM dini merupakan tugas yang berat dan dilakukan secara suka rela. Berkaitan dengan hal tersebut, mengingat berbagai keterbatasan yang dimiliki kader, maka keberhasilannya akan sangat tergantung dari seberapa jauh upaya pelaksanaan tugas kader mendapatkan dukungan pendampingan maupun bimbingan dari tenaga profesional terkait maupun dari para tokoh masyarakat.

Secara teknis dukungan pendampingan dapat dilakukan oleh tenaga profesional pada saat posyandu buka, yakni melalui pelayanan pada meja II, III, IV dengan cara meningkatkan keterampilan kader dalam menimbang, mencatat hasil penimbangan, serta melakukan penyuluhan perorangan tentang hal-hal yang perlu diketahui oleh para ibu baik untuk dirinya maupun untuk anak dan keluarganya. i. Struktur

Struktur adalah merupakan suatu titik organisasi posyandu untuk mengendalikan atau membedakan bagian yang satu dengan bagian yang lain, kegiatan yang satu dengan kegiatan yang lain yang akan memudahkan organisasi dalam


(62)

membuat pilihan yang mutlak dan bebas dalam melakukan sesuatu pekerjaan dan cara mengerjakannya. Struktur juga sangat mempengaruhi perilaku dan fungsi kegiatan di dalam organisasi. Untuk dapat menciptakan efektivitas dan efisienci organisasi diperlukan keputusan yang sarat dengan mendesain struktur organisasi, isi dari keputusan sangat penting dipusatkan kepada pekerjaan individu bagaimana membagi tugas secara menyeluruh menjadi tugas yang lebih kecil secara berurutan, dan bagaimana membagi wewenang kepada pekerjaan (Riduwan, 2005)

Menurut Riduwan (2005) mengutip pendapat Robins (1994:260) menjabarkan sebuah struktur organisasi mempunyai 3 (tiga) komponen yaitu:

1. Kompleksitas, mempertimbangkan tingkat diferensiasi yang ada dalam organisasi termasuk di dalamnya tingkat spesialisasi atau tingkat pembagian kerja serta jumlah kegiatan di dalam hirarkhis organisasi serta tingkat sejauh mana unit-unit organisasi tersebar secara geografis.

2. Formulasi, beberapa organisasi beropersi dengan pedoman yang telah distandarkan secara minimum.

3. Sentralisasi, mempertimbangkan dimana letak dari pusat pengambilan keputusan. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa keputusan desain (pembagian kerja, pendelegasian wewewnang, departementalisasi, dan rentang kendali) yang menghasilkan struktur organisasi. Dengan memakai konsep struktur organisasi dari hubungannya dengan prestasi perilaku, kepuasan, kemampuan, motivasi, dan pelayanan serta variabel lain terhadap 3 (tiga) dimensi yang lazim digunakan yaitu : formasi, sentralisasi dan kompleksitas.


(63)

j. Keaktifan Kader

Secara umum keaktifan kader posyandu adalah suatu frekwensi keterlibatan dan keikutsertaan kader dalam melaksanakan kegiatan posyandu secara rutin setiap bulan, yaitu bila kader membantu melaksanakan seluruh kegiatan di posyandu lebih dari 8 (delapan) kali dalam dua belas (12) bulan atau sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan terakhir secara berturut-turut (Depkes RI, 2005).

Aktif atau tidaknya pelaksanaan kegiatan posyandu sangat dipengaruhi oleh perilaku dari pada kader dalam melakukan kegiatan di posyandu. Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, perilaku manusia mempunyai bentangan yang sangat lugas, mencakup : berbicara, berjalan, bereaksi, berpakaian, dan lain sebagainya. Bahkan kegiatan internal seperti berpikir, persepsi, dan emosi juga merupakan perilaku manusia.

Menurut Green (2005), perilaku manusia merupakan refleksi dari beberapa gejala kejiwaan, seperti keinginan, minat, kehendak pengetahuan, emosi, berpikir, sikap, motivasi, reaksi dan sebagainya, namun sulit dibedakan antara refleksi dengan kejiwaan. Apabila ditelusuri lebih lanjut, gejala kejiwaan yang tercermin dalam perilaku manusia itu adalah pengalaman, keyakinan, sarana fisik, dan sosio masyarakat, aktif tidaknya seseorang dalam melakukan suatu tindakan sangat dipengaruhi oleh perilaku, dimana keaktifan merupakan Out came dari perilaku.


(64)

2.3. Landasan Teori

Revitálisasi adalah “upaya untuk menghidupkan kembali kawasan mati, yang pada masa silam pernah hidup, atau mengendalikan dan mengembangkan kawasan untuk menemukan kembali potensi yang dimiliki atau pernah dimiliki atau seharusnya dimiliki oleh sebuah kota baik dari segi sosio-kultural, sosio-ekonomi, segi fisik alam lingkungan, sehingga diharapkan dapat memberikan penigkatan kualitas lingkungan kota yang pada akhirnya berdampak pada kualitas hidup dari penghuninya (Mendari & Otda, 2001).

Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih tehnologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat dan keluarga berencana dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan keluarga berencana, yang mempunyai nilai strategis untuk mengembangkan sumber daya manusia sejak dini yaitu dalam peningkatan mutu manusia masa yang akan datang dan akibat dari proses pertumbuhan dan perkembangan manusia (Depkes RI, 1999).

Kegiatan posyandu bertujuan untuk mempercepat penurunan angka kematian bayi, balita, dan angka kelahiran. Mempercepat penerimaan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS). Peningkatan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan kesehatan dan kegiatanan lain yang menunjang kemampuan hidup sehat. Mengurangi angka kurang energi protein (KEP) dan kebutuhan karena kurang vitamin A pada anak balita, serta anemi gizi pada ibu hamil. Tujuan ini dapat dicapai


(65)

lebih efektif dan efeisien dengan jalan memadukan kegiatan pelayanan gizi dan pelayanan dasar di posyandu, dengan demikian sasaran pelayanan gizi dan pelayanan dasar di posyandu adalah bayi, anak balita, ibu hamil dan menyusui (Depkes RI, 2006). Berdasarkan teori tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Lingkungan - Internal

Kesejahteraan masyarakat dan tuntutan

- Eksternal

Dukungan dan pembinaan

Kebijakan pemerintah daerah Outcome - Meningkatnya derajad kesehatan masyarakat - Menurunnya angka

kesakitan dan kematian ibu (MMR), kematian anak (IMR), dan kelahiran (BR) - Menurunnya fertilitas

PUS

- Menurunnya balita kurang gizi Out Put

Implementasi Kebijakan kesehatan

yang berpokus pada revitalisasi posyandu Proses

- Karakteristik Posyandu : umur, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, sikap, motivasi

- Strategi Revitalisasi posyandu,

dukungan, pelatihan, struktur Input permasalahan

- Posyandu tidak berfungsi. - Perilaku, Kader

tidak aktif

keterampilan kader - keadaan, dukungan, sarana, prasarana, keuangan, sistem manajemen kurang optimal Tuntutan Masyarakat akan pelayanan kesehatan di Posyandu

Gambar 2.1. Bagan Sebuah Sistem Posyandu (Riduwan, 2005)

Perilaku dan gejala perilaku dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik dan lingkungan ini merupakan penentu dari perilaku manusia. Heriditas atau faktor keturunan adalah merupakan konsep dasar atau modal untuk


(66)

merupakan kondisi atau lahan untuk perkembangan perilaku tersebut. Suatu mekanisme permanen antara kedua faktor tersebut dalam rangka terbentuknya perilaku disebut proses belajar (Learning process).

Perilaku kader dalam melakukan kegiatan di posyandu sangat mempengaruhi masalah kesehatan dan gizi yang terjadi di masyarakat. Perilaku kader posyandu didukung oleh faktor determinan seperti faktor predisposisi, faktor inabling dan faktor reinforcing, seperti yang tertera pada gambar.

Faktor predisposisi yang berkaitan dengan karakteristik kader :

- umur

- pendidikan - pekerjaan

- status perkawinan - sikap

- Motivasi - Pengetahuan

Faktor enabling yang berkaitan dengan strategi revitalisasi posyandu : - Dacin - KMS - PMT - Gedung

Pelayanan Kesehatan Perilaku Kader

Posyandu Lingkungan Keaktifan kader posyandu Status kesehatan Faktor reinforcing

- Dukungan Pemda

- Dukungan LSM

- Dukungan TP-PKK

- Dukungan

masyarakat - Struktur Posyandu


(67)

2.4. Kerangka Konsep`

Berdasarkan landasan teori, maka peneliti merumuskan kerangka konsep

penelitian sebagai berikut :

KARAKTERISTIK KADER - Umur

- Pendidikan - Pekerjaan

- Status Perkawinan - Sikap

- Motivasi Perilaku Kader Posyandu

Keaktifan Kader Posyandu STRATEGI

REVITALISASI POSYANDU - Pelatihan

- Dukungan - Struktur


(68)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan survei dengan tipe explanatory

reaserch. Notoatmodjo (2005), menyatakan survey adalah suatu cara penelitian

deskriptif yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya cukup banyak dalam jangka waktu tertentu, dengan tujuan untuk membuat penilaian terhadap suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu program di masa sekarang, hasilnya digunakan untuk menyusun perencanaan perbaikan program dan pengambilan keputusan di masa mendatang.

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini sudah dilakukan di posyandu yang berada dalam wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan. Penelitian ini membutuhkan waktu 7 (tujuh) bulan terhitung bulan Januari 2008 sampai Juli 2008.

3.3. Populasi Dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kader dari 29 posyandu yang ada di Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan sebanyak 145 orang (responden).


(69)

3.3.2. Sampel

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari kader yang berada di posyandu Kecamatan Samadua yang berjumlah 145 kader, dengan besar sampel yang diambil mengacu pada pendapat Arikunto (2003), dalam menentukan perkiraan besarnya sampel terhadap populasi diambil sebesar 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih, maka sampel yang diambil sebesar 50% atau 145x 50% = 72 orang kader posyandu (responden). Jadi N = 145 orang, n = 72 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder yaitu sebagai berikut ;

3.4.1. Data Primer

Data primer, dikumpulkan melalui wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Data primer yang dikumpulkan adalah semua data yang termasuk dalam variabel independen dan variabel dependen, wawancara dilakukan dengan cara kunjungan ke rumah responden dan ketempat berlangsungnya pelaksanaan kegiatan posyandu di Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder, diperoleh dari studi dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan dan mempelajari data yang diperoleh dari profil kesehatan, catatan dan dokumentasi-dokumentasi yang berhubungan dengan masalah penelitian, baik


(70)

berupa laporan bulanan, triwulan, dan tahunan yang berhubungan dengan kader posyandu, sedangkan data demografi dan geografis lainnya diperoleh dari kantor kelurahan, kantor camat, Puskesmas sama dua, dan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan.

3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas alat ukur dilakukan pada 36 kader di lokasi penelitian. Uji validitas bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen layak digunakan dan mampu menghasilkan data yang valid dengan sahih. Cara mengukur validitas data yaitu dengan mencari korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total menggunakan teknis korelasi Pearson Product Moment Corellation

Coeficient (r), dengan ketentuan (Riduwan, 2005) :

a. Jika nilai r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid. b. Jika r hitung < r tabel, maka dinyatakan tidak valid

Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Dalam penelitian ini teknik untuk menghitung indeks reliabilitas yaitu dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran dengan ketentuan (Riduwan, 2005) :

a. Jika nilai r alpha > r tabel, maka dinyatakan reliabel. b. Jika r alpha < r tabel, maka dinyatakan tidak reliabel.


(71)

Berdasarkan tabel r dengan taraf signifikan 5% diperoleh nilai r tabel dengan menggunakan rumus df = n – 2, maka nilai r tabel adalah sebagai berikut:

Df = n – 2 = 36 – 2 = 34 r tabel = 0,444

Hasil pengujian instrumen yang dilakukan terhadap 36 responden diperoleh bahwa :

1. Untuk instrumen sikap terdiri dari 12 item pertanyaan didapatkan r minimum 0,4870, dan r maksimum 0,8523, maka dinyatakan valid; dan nilai alpha

cronbach = 0,9329, maka dinyatakan reliabel.

2. Untuk instrumen motivasi kader terdiri dari 6 item pertanyaan didapatkan nilai r minimum 0,6867, dan r maksimum 0,9151, maka dinyatakan valid; dan nilai alpha cronbach = 0,9470, maka dinyatakan reliabel.

3. Untuk instrumen pelatihan terdiri dari 3 item pertanyaan didapatkan nilai r minimum 0,6558, r maksimum 0,8996, maka dinyatakan valid; dan nilai

alpha cronbach 0,878, maka dinyatakan reliabel.

4. Untuk instrumen dukungan terdiri dari 7 item pertanyaan didapatkan nilai r minimum 0,6915, r maksimum 0,9415, maka dinyatakan valid; dan nilai alpha cronbach 0,9503, maka dinyatakan reliabel.


(72)

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1. Variabel Independen

1. Umur adalah lamanya waktu perjalanan hidup kader posyandu (responden) yang dihitung sejak menjadi kader sampai batas usia waktu penelitian dinyatakan dalam satuan tahun.

2. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh oleh kader posyandu (responden) dengan mendapatkan sertifikasi kelulusan (STTB) atau ijazah.

3. Pekerjaan adalah suatu kegiatan rutinitas tetap yang dimiliki oleh kader posyandu (responden) untuk dapat memberikan penghasilan bagi keluarganya.

4. Status perkawinan adalah suatu pengakuan kader (responden) tentang status dirinya telah mempunyai ikatan pernikahan dibuktikan dengan surat nikah yang sah dari kantor agama.

5. Sikap adalah suatu reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek tertentu.

6. Motivasi adalah suatu pernyataan kader posyandu (responden) tentang keadaan yang berpengaruh atau membangkitkan dorongan baik di dalam maupun di luar diri kader yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan posyandu.

7. Pelatihan adalah pernyataan kader posyandu (responden) tentang pernah atau tidaknya mengikuti atau mendapatkan pelatihan dan penjenjangan dari


(1)

IX. STRUKTUR

No Pertanyaan Jawaban

1. Apakah menurut ibu, perlu dibuat struktur organisasi di Posyandu binaan ibu, agar kader dapat menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing sebagaimana diharapkan ?

a. Ya (2) b. Tidak (1)

Jika Ya, bagaimana bentuk struktur tersebut: a. Terdiri dari Ketua, Sekretarus,

bendahara dan anggota;

b. Terdiri dari ketua dan sekretaris Alasan:

VARIABEL DEPENDEN (KEAKTIFAN KADER) Sebelum hari

”H”Posyandu

Apakah Ibu melaksanakan beberapa kegiatan?

1. Menyiapkan tempat pelaksanaan, peralatan, sarana dan prasarana, PMT sebelum posyandu dimulai.

2. Memberitahukan warga adanya kegiatan di posyandu?

3. Mendata jumlah sasaran Ibu hamil, WUS, PUS, Ibu menyusui, Ibu balita, dan sasaran UPGK yang ada diwilayah posyandu binaan Ibu?

1. Ya (2) 2. Tidak (1)

1. Ya (2) 2. Tidak (1) 1. Ya (2) 2. Tidak (1)

Pada Hari ”H”Posyandu

Apakah ibu?

4. Melaksanakan pendaftaran pengunjung

Posyandu balita dan ibu hamil.

5. Melakukan penimbangan balita dan Ibu hamil yang berkunjung ke posyandu?

6. Melakukan pencatatan balita dan Ibu hamil yang berkunjung ke posyandu?

7. Melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan dan gizi serta pemberian PMT bila menemukan

1. Ya (2) 2. Tidak (1) 1. Ya (2) 2. Tidak (1) 1. Ya (2) 2. Tidak (1) 1. Ya (2) 2. Tidak (1)


(2)

balita BBnya BGM dan KEP ?

8. Membantu memberikan pelayanan kesehatan : KB, imunisasi, Fe, Oralit dan obat-obatan lainnya bersama petugas kesehatan di Posyandu kepada pengunjung Posyandu

9. Mencatat di secarik kertas yang diselipkan kedalam KMS/ buku KIA setelah menimbang balita dan Ibu hamil kemudian baru mencatat hasilnya di KMS/ buku KIA dan mengisi buku register ?

10. Melakukan konsultasi kepada petugas

kesehatan bila menemukan balita sudah 3 (tiga) kali berturut-turut BBnya tidak naik ?

1. Ya (2) 2. Tidak (1)

1. Ya (2) 2. Tidak (1)

1. Ya (2) 2. Tidak (1)

Setelah hari ”H”Posyandu

Apakah ibu?

11. Merapikan tempat posyandu, melengkapi pencatatan dan evaluasi kegiatan

12. Membuat grafik SKDN jumlah semua balita yang ada di wilayah binaan posyandu. S : Jumlah balita yang mempunyai KMS/ buku KIA. K : Jumlah balita yang datang ke Posyandu. D : Jumlah balita yang ditimbang. N : Jumlah Balita yang naik BBnya

13. Melakukan tindak lanjut dan kunjungan rumah kepada sasaran yang tidak datang ke posyandu? 14. Melakukan tatap muka ke tokoh masyarakat

setempat dan menghadiri pertemuan rutin organisasi keagamaan dalam masyarakat seperti pengajian, wirit, arisan dan lain-lain.

1. Ya (2) 2. Tidak (1) 1. Ya (2) 2. Tidak (1)

1. Ya (2) 2. Tidak (1) 1. Ya (2) 2. Tidak (1)


(3)

Lampiran 4

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Variabel Penelitian

Frequencies

Statistics

72 72 72 72 72 72 72 72 72 72

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Valid Missing N

Sikap PelatihanUmur KadePendidikan Status

PerkawinanPekerjaanMotivasi

Dukungan Pihak lain

Struktur Organisasi

Keaktifan Kader

Frequency Table

Sikap

36 50.0 50.0 50.0

36 50.0 50.0 100.0

72 100.0 100.0

SETUJU TIDAK SETUJU Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Pelatihan

28 38.9 38.9 38.9

44 61.1 61.1 100.0

72 100.0 100.0

ADA TIDAK Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Umur Kader

42 58.3 58.3 58.3

24 33.3 33.3 91.7

6 8.3 8.3 100.0

72 100.0 100.0

21-30 31-40 41-50 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Pendidikan

5 6.9 6.9 6.9

28 38.9 38.9 45.8

37 51.4 51.4 97.2

2 2.8 2.8 100.0

72 100.0 100.0

SD SLTP SLTA D3/SI Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(4)

Status Perkawinan

26 36.1 36.1 36.1

46 63.9 63.9 100.0

72 100.0 100.0

Sudah Kawin Belum Kawin Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Pekerjaan

27 37.5 37.5 37.5

1 1.4 1.4 38.9

44 61.1 61.1 100.0

72 100.0 100.0

IRT PNS

WIRASWASTA Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Motivasi

50 69.4 69.4 69.4

22 30.6 30.6 100.0

72 100.0 100.0

ADA TIDAK Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Dukungan Pihak lain

41 56.9 56.9 56.9

31 43.1 43.1 100.0

72 100.0 100.0

MENDUKUNG TIDAK MENDUKUNG Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Struktur Organisasi

41 56.9 56.9 56.9

31 43.1 43.1 100.0

72 100.0 100.0

PERLU TIDAK PERLU Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Keaktifan Kader

35 48.6 48.6 48.6

37 51.4 51.4 100.0

72 100.0 100.0

AKTIF TIDAK AKTIF Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(5)

MASTER TABEL KUESIONER PENELITIAN

No I N D E P E N D E N DEPENDEN

Resp Umur Didik St.Kawin Kerja Sikap Motivasi Latih Dukung Struktur Keaktifan

1 1 3 2 3 1 1 1 1 1 1

2 1 2 2 1 2 2 1 2 1 2

3 2 2 2 3 2 1 2 1 1 1

4 1 3 1 1 2 2 2 2 2 2

5 1 3 2 3 1 1 1 1 1 1

6 2 2 1 3 2 2 1 2 1 2

7 1 3 2 3 1 1 2 1 1 1

8 1 3 1 1 2 2 2 1 2 2

9 1 3 2 3 1 1 1 1 1 1

10 1 4 1 1 2 1 2 2 2 2

11 1 3 1 1 2 2 2 1 2 2

12 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1

13 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1

14 1 3 1 1 1 2 2 2 2 2

15 2 2 2 3 2 1 2 2 2 2

16 3 1 1 1 1 2 2 2 2 2

17 2 3 1 1 2 2 2 2 2 2

18 1 2 2 3 1 1 1 1 1 1

19 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2

20 2 2 2 3 1 1 1 1 1 1

21 2 3 1 1 2 2 2 1 2 2

22 2 2 2 3 1 1 1 1 1 1

23 1 3 1 1 2 1 2 2 2 2

24 1 3 2 3 1 1 1 1 1 1

25 2 3 2 3 2 1 2 2 2 2

26 1 3 2 3 2 1 1 1 1 1

27 1 2 2 3 1 1 1 1 1 1

28 2 3 1 1 2 2 2 2 2 2

29 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2

30 1 2 2 3 1 1 1 2 1 1

31 2 3 1 3 2 1 2 2 2 2

32 1 3 2 3 1 1 2 2 2 2

33 1 2 2 3 1 1 2 2 2 1

34 1 2 2 3 1 1 1 1 1 1

35 1 2 1 3 2 2 2 1 2 2

36 2 2 2 3 2 2 1 2 1 2

37 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1

38 1 3 2 1 1 1 1 1 1 1

39 1 3 2 3 1 1 2 1 2 1

40 2 2 1 3 1 1 1 2 1 2

41 1 3 1 3 1 1 1 1 1 1

42 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1


(6)

44 2 3 2 1 1 1 1 1 1 1

45 2 1 2 3 2 1 2 2 2 2

46 1 1 2 3 1 1 1 2 1 1

47 1 2 1 1 2 2 2 2 1 2

48 3 1 2 1 1 1 1 1 1 1

49 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2

50 3 3 2 3 1 1 1 2 1 1

51 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2

52 1 3 2 3 2 1 1 1 1 1

53 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2

54 1 3 2 3 1 1 2 2 1 1

55 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1

56 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2

57 1 3 2 3 1 1 1 1 1 1

58 1 3 2 3 2 2 2 2 2 2

59 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1

60 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2

61 1 3 1 3 2 1 1 2 1 1

62 2 2 1 3 2 1 2 1 1 2

63 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1

64 1 3 2 3 2 1 1 1 1 2

65 1 2 2 3 2 1 1 2 2 2

66 1 3 1 3 1 1 1 1 1 1

67 1 3 2 1 2 1 2 2 2 2

68 1 3 1 3 1 1 1 1 1 1

69 1 3 2 3 2 2 2 1 1 2

70 1 3 2 1 1 1 1 1 2 1

71 2 4 2 2 2 1 1 2 2 2