Penentuan Waktu Kestabilan Kontrol Positif pada ג Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi

46 nm menggunakan metode FTC. Grafik hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang ditunjukkan pada Gambar 14. Gambar 14. Grafik Hubungan Panjang Gelombang dengan Absorbansi Berdasarkan grafik tersebut menunjukkan bahwa absorbansi terbesar terjadi pada puncak kurva, yaitu pada panjang gelombang 490 nm dengan absorbansi sebesar 0,239. Selanjutnya panjang gelombang maksimum ג maks 490 nm tersebut digunakan untuk mengukur absorbansi pada penelitian selanjutnya.

5. Penentuan Waktu Kestabilan Kontrol Positif pada ג

maks Penentuan waktu kestabilan ditentukan dengan cara mengukur absorbansi larutan kontrol positif pada panjang gelombang maksimum 490 nm dimulai dari menit ke-1 sampai menit ke-20. Pengukuran absorbansi dilakukan setiap selang 1 menit, mulai dari 1 menit setelah penambahan FeCl 3 0,02 M dalam HCl 3,5 sebanyak 0,1 mL. Hasil pengukuran menunjukkan kestabilan dimulai dari pada menit ke-8 hingga menit ke-13, namun dalam penelitian ini ditetapkan menit ke-10 sebagai waktu kestabilan yang digunakan pada penelitian selanjutnya. Penentuan kestabilan 0,03 0,06 0,09 0,12 0,15 0,18 0,21 0,24 0,27 0,3 70 140 210 280 350 420 490 560 A b so rb an si Panjang Gelombang 47 ini bertujuan untuk mengetahui kapan waktu larutan menunjukkan absorbansi stabil, sehingga dengan kestabilan ini diharapkan absorbansi senyawa yang diukur tidak mengalami penurunan maupun penaikan absorbansi. Grafik hubungan antara waktu dan absorbansi yang terukur ditunjukkan pada Gambar 15. Gambar 15. Grafik Hubungan Waktu dengan Absorbansi pada ג maks

6. Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi

Pengujian aktivitas antioksidan yang terkandung dalam ekstrak etanol daun pandan wangi menggunakan minyak kelapa krengseng sebagai substrat. Pengujian dilakukan dengan cara membandingkan antara proses oksidasi minyak kelapa krengseng tanpa dan dengan penambahan ekstrak etanol daun pandan wangi. Proses oksidasi tanpa ekstrak etanol daun pandan wangi bertindak sebagai kontrol negatif. Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode FTC. Penggunaan metode ini dengan pertimbangan karena mudah dilakukan, akurat, dan menggunakan alat sederhana. Prinsip pengujian ini adalah pembentukan senyawa radikal bebas dari oksidasi minyak kelapa pada proses autooksidasi yang dihambat karena adanya 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 A b so rb an si Waktu Menit 48 senyawa antioksidan yang berasal dari ekstrak etanol daun pandan wangi tersebut. Besarnya penghambatan oksidasi yang terjadi dapat ditentukan dengan membandingkan absorbansi larutan kontrol negatif terhadap larutan sampel ekstrak etanol daun pandan wangi dengan konsentrasi berturut-turut 0,01 mgmL, 0,05 mgmL, dan 0,1 mgmL. Dalam penelitian ini juga digunakan kontrol positif, yaitu larutan yang mengandung tanin 0,05 mgmL. Adapun kegunaan dari larutan kontrol positif ini adalah untuk mengetahui bahwa pada larutan sampel yang diduga mengandung senyawa polifenol tanin dengan perbandingan absorbansi yang minimal sama dengan absorbansi kontrol positif atau lebih besar yang disebabkan kemungkinan adanya antioksidan lain dalam ekstrak etanol daun pandan wangi selain tanin. Pengujian dilakukan selama 8 hari dengan menginkubasi kontrol negatif, kontrol positif, dan sampel dalam berbagai variasi konsentrasi pada suhu 55 o C. Suhu 55 o C dipilih karena pada suhu tersebut minyak kelapa dapat mengalami oksidasi Ketaren, 2008: 139. Absorbansi yang terukur dari hari ke-0 hingga hari ke-8 mengalami kenaikan yang tajam. Hal ini menandakan bahwa proses autooksidasi yang terjadi pada minyak kelapa krengseng yang diinkubasi pada suhu 55 o C bertambah setiap hari. Penambahan ekstrak etanol daun pandan wangi dan tanin menyebabkan penurunan nilai absorbansi apabila dibandingkan dengan larutan kontrol tanpa penambahan ekstrak etanol daun pandan wangi dan tanin. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, absorbansi rata-rata dari ekstrak etanol daun pandan wangi pada masing-masing konsentrasi, kontrol negatif, 49 dan kontrol positif setiap 24 jam ditunjukkan pada Tabel 6. Grafik hubungan antara absorbansi rata-rata terukur dengan lama pengujian ditunjukkan pada Gambar 16. Gambar 16. Grafik Hubungan Absorbansi Rata-rata Larutan Kontrol -, Kontrol +, dan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi dengan Lama Penyimpanan Hari Semakin besar konsentrasi ekstrak etanol daun pandan wangi yang ditambahkan pada pengujian aktivitas antioksidan menunjukkan hasil absorbansi semakin kecil. Dengan kata lain semakin besar konsentrasi, maka semakin besar pula aktivitas antioksidannya. Nilai absorbansi yang dihasilkan dari hari ke hari akan semakin meningkat seiring bertambahnya waktu inkubasi yang dilakukan. Hal ini terjadi karena proses autooksidasi pada minyak kelapa terus menghasilkan senyawa radikal peroksida. Radikal peroksida dengan adanya oksigen tunggal O n akan membentuk hidroperoksida ROOH dalam suasana asam. Oksigen tunggal O n ini dapat mengoksidasi ion besiII menjadi ion besiIII yang apabila ada ammonium tiosianat NH 4 SCN akan membentuk kompleks [FeSCN 6 ] 3- yang berwarna merah. 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45 0,5 0,55 0,6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 A b so rb an si Hari Kontrol Kontrol + A 0,01 mgmL B 0,05 mgmL C 0,1 mgmL 50 Semakin banyak hidroperoksida yang terbentuk dari radikal minyak kelapa, maka oksigen tunggal O n yang dihasilkan semakin banyak pula. Dengan demikian oksidasi ion besiII menjadi ion besiIII juga semakin banyak, sehingga kompleks yang terbentuk semakin banyak. Peristiwa ini ditunjukkan dengan nilai absorbansi yang semakin besar seiring berjalannya waktu penyimpanan. Gambar 17. Mekanisme Penghambatan Asam Oleat dengan Metode Tiosianat Ayu Sulung, 2016: 36 Antioksidan flavonoid dan polifenol yang terdapat pada ekstrak etanol daun pandan wangi akan menghambat oksidasi dari minyak kelapa dengan melepaskan atom hidrogen dari salah satu cincinnya, sehingga menimbulkan radikal flavonoid dan radikal polifenol secara sinergi. Radikal flavonoid dan radikal polifenol 51 tersebut relatif stabil dan tidak reaktif karena adanya efek stabilisasi dari inti aromatis flavonoid dan polifenol. Semua larutan uji yang digunakan dalam penelitian ini memiliki aktivitas antioksidan sebagai penghambat reaksi oksidasi minyak kelapa. Persentase penghambatan rata-rata oksidasi minyak kelapa oleh ekstrak etanol daun pandan wangi dan tanin sebagai pembanding dengan metode FTC ditunjukkan pada Gambar 18. Gambar 18. Grafik Hubungan Persentase Penghambatan Oksidasi Rata-rata Minyak Kelapa oleh Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi dan Tanin pada Berbagai Waktu Penyimpanan Data yang diperoleh tersebut didapatkan dari nilai rata-rata hasil persentase dari tiap ekstrak dan tanin sebagai kontrol positif dengan menggunakan persamaan: I = A � − A � A � x Absorbansi yang diperoleh digunakan untuk menghitung persen inhibisi menggunakan rumus diatas. Kemudian dilakukan regresi antara I dengan 8 16 24 32 40 48 56 64 72 1 2 3 4 5 6 7 8 9 A b so rb an si Hari Kontrol + A 0,01 mgmL B 0,05 mgmL C 0,1 mgmL 52 konsentrasi ekstrak etanol daun pandan wangi. Hasilnya diperoleh kurva baku dengan persamaan Y= a+bX. Dimana a adalah intersep, dan b adalah slope, yang selanjutnya dihitung nilai IC 50 menggunakan rumus. IC 50 = 5 − a b Berdasarkan hasil perhitungan persentase inhibisi oksidasi minyak kelapa pada Lampiran 7 menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun pandan wangi 0,1 mgmL memiliki aktivitas antioksidan yang paling besar dibandingkan dengan aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun pandan wangi 0,05 mgmL, 0,01 mgmL dan tanin 0,05 mgmL. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dalam ekstrak etanol daun pandan wangi tidak hanya mengandung senyawa tanin namun terdapat senyawa antioksidan lain, yaitu flavonoid. Ketaren 2008: 134, menyatakan ekfektivitas antioksidan dapat ditingkatkan dengan mengkombinasikan dua senyawa antioksidan yang akan memberikan efek sinergis pada minyak. Pengujian ekstrak etanol daun pandan wangi dilakukan dengan 3 variasi konsentrasi, dan dilakukan perhitungan IC 50 pada hari ke 1, 2, dan 8 setelah inkubasi. Maka diperoleh kurva regresi yang terdapat pada Lampiran 9 menunjukkan bahwa untuk hari pertama, Y = 30.533 + 87.29x dengan R² = 0.9842. Selanjutnya dihitung nilai IC 50 , dan diperoleh nilai sebesar 0.223015 µgmL. Untuk hari ke dua, y = 48.541 + 109.1x dengan R² = 0.9769, dan diperoleh nilai IC 50 sebesar 0.013373 µgmL. Sedangkan untuk hari ke delapan, y = 27.139 + 109.03x dengan R² = 0.9043, dan diperoleh nilai IC 50 sebesar 0.209676 µgmL. Nilai tersebut menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun pandan wangi memiliki aktivitas antioksidan sangat kuat. Sebagaimana dikatakan Phongpaichit 53 2007 dalam Ramawati et al. 2009: 100, bahwa aktivitas antioksidan sangat kuat jika nilai IC 50 50 µgmL, kuat jika IC 50 50-100 µgmL, sedang jika IC 50 100-150 µgmL, sedangkan jika IC 50 150-200 µgmL dikatakan antioksidannya rendah dan jika bernilai IC 50 200 µgmL maka aktivitas antioksidannya sangat rendah. Persentase penghambatan oksidasi minyak kelapa terbesar terjadi pada hari kedua penyimpanan, yaitu kontrol positif 42,93, A 60,32, B 62,49, C 63,28. Semakin besar konsentrasi sampel ekstrak etanol daun pandan wangi yang diberikan, maka semakin besar pula penghambatan oksidasi yang dihasilkan. Hal ini berarti semakin besar aktivitas antioksidan semakin besar pula presentase penghambatan antioksidan minyak kelapa. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun pandan wangi mengandung flavonoid dan tanin terkondensasi yang dapat digunakan sebagai antioksidan alami. Hal ini dapat dilihat dari besarnya hambatan yang diberikan oleh ekstrak etanol daun pandan wangi terhadap minyak kelapa krengseng. Aktivitas antioksidan optimal terjadi pada ekstrak etanol daun pandan wangi dengan konsentrasi 0,1 mgmL yang berasal dari proses maserasi daun pandan wangi 40 gram. 54 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Ekstrak etanol daun pandan wangi teridentifikasi mengandung senyawa flavonoid dan tanin terkondensasi yang berpotensi sebagai antioksidan alami. 2. Variasi konsentrasi ekstrak daun pandan wangi sangat berpengaruh terhadap aktivitas antioksidan pada minyak kelapa krengseng. Semakin besar konsentrasi, maka aktivitas antioksidan semakin besar seperti pada hari ke-2, konsentrasi 0,01 60,32, 0,05 62,49, dan 0,1 63,28 3. Waktu inkubasi sangat berpengaruh terhadap aktivitas antioksidan ekstrak daun pandan wangi pada minyak kelapa krengseng. Semakin lama waktu inkubasi maka aktivitas antioksidan semakin berkurang. Hal ini disebabkan karena antioksidan dapat menguap jika dilakukan pemanasan secara terus-menerus.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diajukan beberapa saran: 1. Adanya penelitian lebih lanjut terhadap lamanya penyimpanan minyak kelapa krengseng dengan ekstrak etanol daun pandan wangi dan tanpa ekstrak pada suhu kamar. 2. Adanya penelitian mengenai uji kadar fenolik dan flavonoid yang terdapat didalam ekstrak etanol daun pandan wangi.