Latar Belakang IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAMPEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI NIRMALA JEBLOK TIRTONIRMOLO KASIHAN BANTUL.

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan ujung tombak kemajuan suatu bangsa. Bangsa akan menjadi maju apabila memiliki Sumber Daya Manusia SDM yang berkualitas. Sumber Daya Manusia SDM berkualitas tergantung pada pendidikan yang diberikan melalui sekolah. Pendidikan merupakan suatu proses yang kompleks dan berjangka panjang, dimana berbagai aspek yang tercakup dalam proses saling erat berkaitan satu sama lain dan bermuara pada terwujudnya manusia yang memiliki nilai hidup, pengetahuan hidup dan keterampilan hidup. Untuk mensukseskannya tidak semudah membalikan telapak tangan. Sebab dalam prosesnya banyak hal yang harus diperhatikan, diantaranya, kebijakan pemerintah yang memihak kepada masyarakat, anggaran dana pendidikan direalisasikan, visi, misi dan tujuan pendidikan yang jelas, peningkatan profesionalisme guru, sarana dan prasarana yang memadai serta kurikulum yang matang dan mudah diakses oleh seluruh pelaksana pendidikan di berbagai satuan pendidikan. Pendidikan merupakan sebuah proses penyempurnaan diri yang dilakukan manusia secara terus-menerus. Raka Joni, dkk Dirto Hadisusanto, Suryati Sidharto dan Dwi Siswoyo, 1995: 3 mengemukakan bahwa selama ini konsep pendidikan diajarkan di lembaga pendidikan oleh guru menggambarkan pendidikan sebagai bantuan pendidik untuk membuat siswa mengenal kedewasaan. Apabila siswa sudah mencapai kedewasaan pendidikan itu berhenti begitu saja sehingga tidak perlu lagi. 2 Kedewasaan yang dimaksud, yaitu kedewasaan kemampuan dalam menetapkan pilihan atau keputusan serta siswa mampu mempertanggungjawabkan setiap perbuatan dari perilaku secara mandiri. Menurut Carter V. Good Dirto Hadisusanto Suryati Sidharto dan Dwi Siswoyo, 1995: 6, pendidikan merupakan 1 kegiatan dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap, sikap itu bernilai positif dalam masyarakat dimana tempat tinggalnya. 2 proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang diawasi sehingga siswa dapat memperoleh perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimal. Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara 1977: 20 pendidikan merupakan tuntutan dalam setiap tumbuh kembangnya siswa. Adapun yang dimaksud dalam pendidikan menuntut segalah kekuatan kodrat yang terdapat pada siswa itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai pendidikan yang baik dalam mencapai kebahagian yang setinggi-tingginya. Pelaksanaan pendidikan memerlukan adanya beberapa faktor agar kegiatan pendidikan dapat terlaksana dengan baik. Suryosubroto 2010: 15-24 menjabarkan bahwa terdapat lima faktor utama dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan yaitu tujuan pendidikan, pendidik, anak didik, sarana pendidikan, dan lingkungan. Dari kelima faktor ini yang sangat besar pengaruhnya demi ketercapaian tujuan pendidikan adalah pendidik atau guru. Guru harus memiliki empat kompetensi guru yakni komptensi 3 professional, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi pedagogik. Kompetensi pedagogik mencakup pemahaman dan pengembangan potensi siswa, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran serta sistem evaluasi pembelajaran Siswoyo, dkk 2011: 130. Guru memiliki peran besar dalam mencapai tujuan pendidikan. Selain itu guru dituntut dapat menjalankan tugasnya sebagai pendidik di sekolah berdasarkan kurikulum yang berlaku. Guru harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan- perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan termasuk perubahan kurikulum. Kurikulum memiliki peranan yang sangat strategis dalam pencapaian tujuan pendidikan dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Semua kurikulum Nasional dikembangkan mengacu pada landasan yuridis Pancasila dan UUD 1945 Sholeh Hidayat 2013: 2. Kurikulum sebagai wadah dan sekaligus kesadaran bagi isi pendidikan dari keseluruhan mata pelajaran atau bidang studi atau kegiatan yang disusun secara sistematis dan secara berurutan sehingga ketika disajikan kepada siswa di sekolah maupun di luar sekolah dapat berjalan dengan baik dan sesuai perkembangan ilmu dan teknologi, kegiatan-kegiatan tersebut meliputi berbagai mata pelajaran atau bidang studi. 4 Pembaharuan suatu kurikulum perlu dilakukan mengingat kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan, harus menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakat yang senantiasa berubah dan terus berkembang. Perubahan kurikulum dimulai dari perubahan konseptual yang fundamental kemudian diikuti oleh perubahan struktural misalnya kurikulum 2013 . Kurikulum 2013 mendefinisikan Standar Kompetensi Lulusan SKL sesuai dengan yang seharusnya, yakni sebagai kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Acuan dan prinsip penyusunan kurikulum 2013 mengacu pada Pasal 36 Undang-Undang No. 20 tahun 2003, yang menyatakan bahwa penyusunan kurikulum harus memperhatikan peningkatan iman dan taqwa, peningkatan akhlak mulia, peningkatan potensi, kecerdasan dan minat peserta didik, keragaman daerah dan lingkungan, tuntutan pembangunan Daerah dan Nasional, tuntutan dunia kerja, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, agama, dinamika perkembangan global, dan persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan Riduwan Abdullah Sani 2014: 45. Pengimplementasian kurikulum 2013 dalam pembelajaran menekankan penggunaan pendekatan saintifik pendekatan ilmiah. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum dan prinsip melalui tahapan-tahapan atau yang dikenal 5 dengan sebutan 5 M yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal, berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak tergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan dapat mendorong siswa dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu oleh guru. Aktifitas-aktifitas tersebut dapat dilakukan di kelas, sekolah atau diluar sekolah sehingga kegiatan pembelajaran tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut bantuan guru diperlukan. Akan tetapi, bantuan guru tersebut hanya sebagai fasilitator dan atau motivator belajar, dan bukan sebagai satu-satunya sumber belajar, sehingga bantuan guru harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau tingginya kelas siswa. Pelaksanaan kurikulum 2013 tidak dilaksanakan merata untuk semua sekolah di Indonesia, tetapi hanya dilaksanakan untuk sekolah- sekolah tertentu. Pada tahun ajaran 20132014 kurikulum 2013 dilaksanakan pada semua sekolah akan tetapi karena permasalahan yang dialami dalam pelaksanaan kurikulum 2013 menjadi suatu pertimbangan bagi para perancang kurikulum yang kemudian memutuskan untuk memberhentikan sekolah yang baru melaksanakan selama satu semester. 6 Sedangkan sekolah yang telah menerapkan kurikulum 2013 selama tiga semester tetap melanjutkan kurikulum 2013. Menurut Kepala Disdikpora DIY saat ini jumlah sekolah dasar yang menerapkan kurikulum 2013 ada 64 sekolah Koran KR tanggal 22 Januari 2015 hal 7. Khususnya daerah Bantul masih banyak sekolah yang ragu kembali ke kurikulum KTSP, dikarenakan bagi sekolah yang baru melaksanakan satu semester dan harus kembali KTSP akan mengalami kerepotan, hal ini disebabkan karena buku panduan belum banyak tersedia, dan jumlah yang ada di pasaran cukup terbatas, berdasarkan data, diklat sekolah untuk kurikulum 2013 sudah mencapai 98 persen, sedangkan diklat bagi guru mencapai 87 persen, bahkan buku pendamping di Bantul sudah terpenuhi 100 persen. Masharun menyatakan kurikulum 2013 saat ini sudah baik diterapkan, hanya saja perlu penyempurnaan seperti untuk penilaian terkesan dan perlu disederhanakan. Untuk beberapa matapelajaran mapel karena kebijakan ini mendekati ujian semester, kami terpacu segera menentukan sikap akan menggunakan kurikulum mana. Maka Dinas koordinasi dengan Kepala Sekolah dari koordinasi tersebut ternyata hampir sekolah menghendaki Kurikulum 2013 jalan terus. Masharun menyatakan “kita menunggu surat izin Dirjen, apakah memakai kurikulum 2013 atau kurikulum 2006 kalau diperbolehkan melanjutkan kami lanjut kalau tidak kami siap mengganti.” 7 Ketua Komisi D DPRD Bantul, Enggar Suryo Jatmiko SE, menambahkan Komisi D telah melakukan klarifikasi dengan Diknas dan Dikmenof terkait indikasi pemaksaan Implementasi Kurikulum 2013 oleh Dinas. Dari hasil klarifikasi Komisi D menilai tak ada unsur pemakasaan kesiapan Bantul mengimplementasikan Kurikulum 2013. Seperti yang dikemukakan oleh Kepala Dikmenof Drs Masharun Ghozalie MM bahwa terdapat 98 sekolah di Bantul masih ingin tetap melanjutkan kurikulum 2013 dan enggan kembali ke kurikulum 2006. Data ini dikutip dari Koran KR tanggal 14 Januari 2015 halaman 4. Berdasarkan pengamatan awal di SD Negeri Nirmala, pada saat proses pembelajaran guru sudah menerapkan pembelajaran dengan menggunakan 5 M yaitu, mengamati, kegiatan mengamati pada siswa kelas V SDN Nirmala pada umumnya sudah terlaksana. Hal ini terlihat dalam proses pembelajaran siswa dapat mengamati sendiri seperti: siswa mengamati gambar tentang tokoh-tokoh perjuangan kemerdekaan di buku panduan melihat, membaca dan mendengar; b menanya, kegiatan menanya yang dilakukan oleh siswa sudah dapat memunculkan pertanyaan. Proses pembelajaraan siswa selalu bertanya apabila mengalami kesulitan seperti: siswa bertanya tentang gambar yang diamati, dan siswa bertanya tentang materi pembelajaran yang belum mengerti; c menalar yang dilakukan dalam proses pembelajaran sudah terlaksanakan. Guru selalu membimbing siswa dalam proses pembelajaran seperti: guru memberikan tugas kepada siswa untuk mencari informasi yang berbeda 8 tentang konsep yang dipelajari dan menarik kesimpulan; d mencoba yang dilakukan dalam proses pembelajaran sudah dilaksanakan. Siswa sudah mencoba untuk bekerja kelompok seperti: setiap kelompok menggambar tentang bangun ruang pada kertas karton; e mengkomunikasikan yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran sudah terlaksana. Siswa dapat menulisakan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam mengamati dan mencoba seperti: siswa menceritakan hasil pengamatan tentang benda- benda yang ada di lingkungan sekolah yang termasuk bangun ruang yaitu tiang bendera, knalpot motor, dan ruang kelas, serta siswa mempresentasikan atau melaporkan hasil diskusi kelompok tentang bangun ruang. Sesuai pengamatan awal, sekolah tersebut sudah melaksanakan kurikulum 2013 selama tiga semester dengan penerapan pendekatan saintifik yang terdiri dari mengamati, menanya, menalar, mencoba dan mengkomunikasikan. Oleh karena itu, peneliti ingin mengenal lebih dalam lagi bagaimana cara penerapan berdasarkan isu-isu yang telah dikemukakan di atas dan berdasarkan pengamatan awal peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang implementasi pendekatan saintifik di salah satu sekolah yang masih menggunakan kurikulum 2013 yaitu SD Negeri Nirmala Jeblok Tirtonirmolo Kasihan Bantul dengan mengangkat judul “Implementasi Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Tematik Integratif Pada Siswa Kelas V SD Negeri Nirmala Jeblok Tirtonirmolo Kasihan Bantul” 9

B. Identifikasi Masalah