IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN IPA DI KELAS V A SEKOLAH DASAR NEGERI CEPIT, KECAMATAN SEWON, KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015.

(1)

IPA DI KELAS VA SEKOLAH DASAR NEGERI CEPIT, KECAMATAN SEWON, KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Febriana Marthin Henukh NIM 11108249016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

,

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul "IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAlNTIFIK DALAM PEMBELAJARAN IPA DI KELAS VA SEKOLAH DASAR NEGERI CEPIT, KECAMATAN SEWON,KABUPATEN BANTUL" yang disusun oleh Febriana Marthin Henukh, NIM 11108249016initelah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.

Yogyakarta, 15 September 2015 Pembimbing Skripsi

H. SUJATI, M.Pd.


(3)

Nama

NIM

: FEBRlANA MARTHIN HENUKH : 11108249016

Program Studi : Pendidikan Prasekolah dan Sekolah Dasar Fakultas : Ilmu Pendidikan

,

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya

.

,

sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali dengan acuan/ kutipan dengan tata penulisan karya ilmiah yang telah berlaku.

Tanda tangan yang tertera dalam lembar pengesahan adalah asli. Apabila terbukti tanda tangan dosen penguji palsu, maka saya bersedia memperbaiki dan mengikuti yudisium periode berikutnya.

Yogyakarta, September 2015 Yang menyatakan

Febriana Marthin Henukh NIM 11108249016


(4)

Skripsi yang berjudul "IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN IPA DI KELAS VA SEKOLAH DASAR NEGERI CEPIT, KECAMATAN SEWON, KABUPATEN BANTUL TAHUN AJARAN 2015" yang disusun oleh Febriana Marthin Henukh, NIM. 11108249016 ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 27 Oktober 2015 dan dinyatakan luius.

DEWAN'-PENGUn

Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal

H. Sujati, M. Pd. Ketua Penguj" セNZAQNZNセイ

Woro Sri Hastuti, M. Pd. Sekretaris Penguji セNセNセNセNセF

Joko Sudomo, Drs. MA. Penguji Utama ... qgNNL。lNLNセHHL

o

5 FEB 2016

Yogyakarta, .

Fakultas IImu Pendidikan

..",'GLOG' "

iversitas Negeri Yogyakarta

il!i:'"

BNNZカML[Bセセ|_

'

0.. JI セN セP :q,

if r.t I; ,)\ '.. 0

, セ \' セN '<' '.

tjl;:

-I , - ' NRセBBBByGャBBBLNNLNNBBLLL

...-\ \ LZZNセ -:-:,-", セ I

.' '-'::'.. : , /セイOL aryanto, M. Pd セ

\ . セa " . " ' 19600902 198702 I 00


(5)

-=--mendapatkannya”.

(MAZMUR 34 :15)

“Jangan pernah berhenti untuk berusaha, yakinlah dan percayalah pada diri sendiri”.


(6)

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

1. Keluarga Besarku, (terutama orang tua) yang senantiasa mendoakan serta memotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Nusa bangsa dan agama.

3. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta.


(7)

Oleh

Febriana Marthin Henukh NIM 11108249016

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA dikelas V A SD Negeri Cepit.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa di kelas V A SD Negeri Cepit Kecamatan Sewon. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi partisipatif, wawancara semi terstuktur, dan dokumentasi. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti yang dibantu dengan panduan observasi, panduan wawancara, dan dokumentasi. Data dianalisis dengan metode alur yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman yang meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Uji keabsahan data yang digunakan adalah uji kredibilitas dan uji dependabilitas. Uji kredibilitas dilakukan dengan cara triangulasi sumber dan bahan refrensi, sedangkan uji dependabilitas dilakukan oleh dosen pembimbing skripsi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA di kelas V A Sekolah Dasar Negeri Cepit sudah berjalan baik yaitu melalui kegiatan pengamatan sudah dilaksanakan sesuai dengan pendekatan saintifik. Guru juga selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan pengamatan. Mengajukan pertanyaan sudah dilaksanakan dengan baik dan benar. Guru sudah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan di setiap pembelajaran. Kegiatan menalar sudah sesuai dengan tahap pelaksanaan pendekatan saintifik, siswa sudah diberikan kesempatan untuk mengolah informasi. Kegiatan mencoba, guru sudah memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan percobaan sesuai dengan pendekatan saintifik. Semuanya berjalan dengan baik dan benar. Siswa menjadi mudah paham dan mudah untuk bereksperimen dengan hal-hal yang baru yang terkait dengan proses pembelajaran yang ada di lingkungan sekitar. Siswa bisa menerima dengan baik kegiatan percobaan yang dilakukan, siswa juga menjadi semakin lebih aktif, kreatif dan bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Melalui kegiatan mengkomunikasikan, siswa sudah bisa berkomunikasi dalam proses pembelajaran yaitu dengan menceritakan kembali pembelajaran yang dapat dipahami dan yang tidak dapat dipahami.


(8)

Puji syukur kehadirat TYME yang telah memberikan kekuatan, perlindungan dan bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA dikelas V A Sekolah Dasar Negeri Cepit, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul Yogyakarta”.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi sebagai persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan. Tentu tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak mungkin berhasil disusun. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Negri Yogyakarta yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu di kampus FIP Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan berbagai

kemudahan.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Pra Sekolah Dasar yang telah memberikan menyetujui pemilihan judul karya ini.

4. H. Sujati. M. Pd. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan waktunya dengan sabar membimbing, mengarahkan, serta memberi masukan pada setiap masalah yang berhubungan dengan penelitian mulai dari awal hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh dosen jurusan PPSD (Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar) Universitas Negeri Yogyakarta yang telah banyak membantu selama kuliah dan penyusunan skripsi ini.


(9)

7. Dinas Pendidikan Kabupaten Rote Ndao yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk melanjutkan studi di kota Yogyakarta.

8. Kedua orang tua saya tercinta, Ayah Yusuf Henukh dan Ibu Elisabeth Henukh yang telah memberikan material, motivasi, dan kasih sayang serta senantiasa berdoa tiada hentinya untuk saya.

9. Saudara saya (Ferdy Fernando Henukh, Lili Diana Henukh, Frida Moniana Fransina Henukh, Haris Hermensen Henukh, Risna Jusella Henukh, Nirmala Henukh, dan Nesya Ivana Henukh) yang telah membantu menghilangkan rasa jenuh dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi.

10. Keluarga besarku Henukh, Balla, dan Hilly yang selalu menyemangati dan

mendo’akan.

11. Teman-teman seperjuangan PPGT PGSD UNY 2011(Robinson Bara Inna, Sangkani Dewi Puspita, Aser Rumbiak, Ismail Kamahi, Wita Juanti, Dewiana, Elsa Monita, Silfina Nugrahwati, Camelia, Faisal, Finna Yuliska, Muzdalifa, Eva Safitri, Lusi Safiana, Siti Fajaria Golu, Riberto Weni, Sesilia Kendari Niron, Indah Haryati Amakae, Maria Yohanesti Gola Nuhan, Diana Sulastry Bethan, Sufance Anaci Niab, Sesri Yunita Aplonia Masus, Mega Selvira Paut, Justus Benyamin Batmalo, Yohanis Ndun, Yublina Kuanaben, Oryanci Jermias, Yanus Nap, Candra Kirana, Maria Yunita Didja, dan Nova Srimulyani).


(10)

13. Sahabat baikku Dhian, Candra, Elwan, Nando, Yuyun, Edo, Eman yang selalu memberikanku motivasi dan semangat baru.

14. Sahabat KKN 23 UNY yang selalu memberikan motivasi dan semangat dalam penyusunan skripsi ini.

15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Semoga segala bantuan yang diberikan menjadi berkat dan mendapat umur panjang dari TYME. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi keluarga, nusa, bangsa dan agama.

Yogyakarta, September 2015

Febriana Marthin Henukh NIM 11108249016


(11)

HALAMAN JUDUL` ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Fokus penelitian ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian tentang pembelajaran IPA ... 9

1. Pengertian pembelajaran ... 9

2. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam ... 11

B. Kajian tentang Pendekatan Saintifik ... 16

1. Pengertian Pendekatan Saintifik ... 16


(12)

B. Subjek Penelitian ... 30

C. Sumber Data ... 31

D. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

E. Teknik Pengumpulan Data ... 32

F. Instrumen Penelitian ... 35

G. Teknik Analisis Data ... 36

H. Uji Keabsahan Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 40

B. Hasil Penelitian ... 41

C. Deskripsi Data ... 42

D. Pembahasan ... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59


(13)

hal

Gambar 1. Komponen dalam analisis data ... 36

Gambar 2. Ketika siswa sedang mengamati air dalam gelas yang isi pulpen yang bisa memantulkan cahaya untuk menyelesaikan tugas ... 45

Gambar 3. Ketika siswa sedang bertanya ... 47

Gambar 4. Ketika siswa sedang menalar ... 48

Gambar 5. Ketika siswa sedang mencoba ... 50


(14)

Lampiran 1. Panduan Wawancara... 62

Lampiran 2. Panduan Observasi ... 67

Lampiran 3. Redukdi Data ... 72

Lampiran 4. Display Data ... 87

Lampiran 5. Transkrip Data ... 88

Lampiran 6. Hasil Observasi ... 97

Lampiran 7. Foto Pendukung ... 132


(15)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.Tujuan dari pembelajaran adalah pembentukan warga negara menjadi warga negara lebih baik untuk dapat bekerja di masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 yakni:

“berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”(Abdullah Sani Ridwan, 2014: 45).

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 35 yakni “Standar nasional pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan”. Karena proses kegiatan belajar mengajar belum sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang mengacu pada pendekatan ilmiah (Scientific) dalam pembelajaran Ipa kelas VA. Pendekatan saintifik disini adalah mengacu pada pada 5M yaitu mengamati (observing), menanya (questioning), menalar

(associating),mencoba (experimentil), dan membentuk jejaring (networking)


(16)

Sains merupakan bagian dari kehidupan kita dan kehidupan merupakan bagian dari pembelajaran sains. Belajar sains bukan hanya untuk memahami konsep-konsep ilmiah dan aplikasinya dalam masyarakat, melainkan juga untuk mengembangkan berbagai nilai. Sains IPA merupakan “suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, dan yang tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati dan di eksperimentasi lebih lanjut.

IPA (sains) berupaya membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh dengan rahasia yang tak habis-habisnya. Oleh karena itu, untuk menciptakan sekolah dengan suasana pembelajaran yang demokratis serta menyenangkan, dibutuhkan perubahan yang cukup mendasar dalam sistem pendidikan. Perubahan tersebut berkaitan dengan kurikulum, karena kurikulum merupakan suatu respon pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat dan bangsa dalam membangun generasi muda bangsanya. Secara pedagogis, kurikulum adalah rancangan pendidikan yang memberi kesempatan untuk peserta didik mengembangkan potensi dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan kemampuan dirinya untuk memiliki kualitas yang diinginkan masyarakat bangsanya.

Proses pembelajaran berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific


(17)

approach) dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melalui

mengamati (observing), menanya (questioning), menalar

(associating),mencoba (experimentil), dan membentuk jejaring (networking).

Untuk setiap mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.

Abdullah Sani Ridwan, 2014: 50-51 mengemukakan bahwa pendekatan saintifik berkaitan erat dengan metode saintifik. Metode saintifik (ilmiah) yang umumnya melibatkan kegiatan pengamatan atau observasi yang dibutuhkan untuk perumusan hipotesis atau mengumpulkan data.

Langkah-langkah pendekatan pembelajaran saintifik tersebut yang merujuk pada teknik-teknik investigasi atas sesuatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya.Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian

(method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat

diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis. Dengan


(18)

demikian, guru harus menerapkan 5M sesuai dengan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik sangat penting untuk diterapkan karena akan melahirkan anak yang berjiwa pemberani yang sudah ditanamkan melalui jenjang pendidikan sesuai komponen pembelajaran saintifik yang telah diterapkan di Sekolah Dasar. Proses pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada pengembangan ketiga ranah pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan tersebut secara utuh/holistik, artinya pengembangan ranah yang satu tidak bisa dipisahkan dengan ranah lainnya. Dengan demikian, proses pembelajaran secara utuh melahirkan kualitas pribadi yang mencerminkan keutuhan penguasaan sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan yang terintegrasi (psikomotor).

Hasil studi awal melalui observasi dan wawancara dengan Wali Kelas VA di SD Negeri Cepit peneliti menemukan permasalahan sebagai berikut: (1) Pendekatan saintifik sudah berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini dijelaskan bahwa harapan guru kelas dengan proses pembelajaran saintifik belum bisa mencapai target 100% tetapi masih mencapai target 70%; (2) Buku sumber tentang KTSP belum mencukupi masih dalam tahap perlengkapan; (3) dalam pembelajaran IPA sudah dilaksanakan pendekatan saintifik tetapi masih ada tahap pokok-pokok tertentu yang belum dilaksanakan; (4) guru bingung untuk menerapkan karena kurikulum selalu diganti terus; (5) siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran IPA. Hal ini disebabkan karena kurangnya sarana


(19)

prasarana; (6) dalam kelas untuk kelompok bawah sulit untuk mengikuti kalangan kelompok atas yang sudah bisa mengikuti yang dikarenakan kurangnya dorongan dan mativasi dari orang tua /wali untuk mendukung anaknya di rumah dari yang kalangan rendah.

Berdasarkan uraian dan hasil pengamatan tentang Implementasi pendekatan saintifik di Sekolah Dasar ternyata guru masih kurang efektif untuk menerapkan pembelajaran saintifik sesuai UU PERMENDIKBUD NO 57 Tahun 2014 Pasal 11 (1) Pelaksanaan pembelajaran pada Sekolah Dasar /Madrasah dilakukan dengan pendekatan pembelajaran tematik-terpadu. (2) Pembelajaran tematik-terpadu merupakan Muatan pembelajaran dalam mata pelajaran Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah yang diorganisasikandalam tema-tema. Kegiatan pembelajaran di SD Negeri Cepit dan berbagai permasalahan yang ada, maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai bagaimana mengimplementasi pembelajaran saintifik di SD Negeri Cepit yang berkaitan dengan dengan peran guru kelas V terutama kelas VA dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, maka peneliti mengangkat dengan judul : “Implementasi pendekatan Saintifik dalam pembelajaran IPA di kelas VA di Sekolah Dasar Negeri Cepit Kecamatan sewon Kabupaten Bantul”.


(20)

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, dapat diidentifikasikan beberapa masalah yang timbul di SDN CEPIT KECAMATAN SEWON antara lain:

1. Pendekatan saintifik sudah berjalan tetapi belum sebagaimana mestinya. 2. Buku sumber tentang KTSP belum mencukupi masih dalam tahap

perlengkapan.

3. Pembelajaran IPA sudah menggunakan pendekatan saintifik tetapi belum lengkap.

4. Siswa dengan kemampuan akademik rendah sulit untuk mengikuti siswa yang kemampuan akademik atas.

C. Fokus penelitian

Melihat luasnya permasalahan yang ada pada penelitian ini, maka akan difokuskan pada:

Peran guru dalam mengimplementasikan pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA kelas VA yang belum maksimal sebagaimana mestinya di SD Negeri Cepit Kecamatan Sewon.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian di atas, maka dalam penelitian ini dapat diajukan rumusan masalah yaitu :

Bagaimana implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA kelas VA di SD Negeri Cepit Kecamatan Sewon?


(21)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi Pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA kelas VA di SD Negeri Cepit Kecamatan Sewon. Namun secara khusus tujuan penelitian ini untuk : Mendapatkan data empiris tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA di SD Negeri Cepit Kecamatan Sewon.

F. Manfaat penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini bermanfaat : 1. Secara teoritis

Memberi masukan dalam upaya mengimplementasikan pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA

2. Secara praktis a. Bagi Sekolah

1) Memberi gambaran sejauh mana implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA itu diterapkan di sekolah tersebut.

2) Meningkatkan kesadaran bagi sekolah untuk menampakkan pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA sebagaimana mestinya di sekolah.


(22)

b. Bagi Guru

Memberi gambaran sejauh mana implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA itu berjalan di dalam proses kegiatan belajar mengajar di sekolah tersebut.

1) Meningkatkan motivasi bagi guru untuk memgimplementasikan pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA .

c. Bagi Siswa

1) Memberi informasi bagi siswa agar siswa mendapatkan pendekatan pembelajaran saintifik dalam pembelajaran yang sebenarnya.

2) Membiasakan siswa untuk aktif mengamati, menanya, mencoba, menalar dan membentuk jejaring pada pembelajaran IPA yang berlangsung di sekolah dengan yang sesuai.


(23)

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian tentang pembelajaran IPA

1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan salah satu tindakan edukatif yang dilakukan di dalam kelas. Tindakan dapat dikatakan bersifat edukatif bila berorientasi pada pengembangan pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Guru dituntut untuk mengembangkan semua aspek tersebut. Dengan demikian guru harus berkompeten dalam mengembangkan suatu pembelajaran (Wina Sanjaya 2006: 86).

Majid (Dedeng 201: 11) mengemukakan bahwa pembelajaran atau pengajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Disisi lain, Aunurrahman (2010: 9) menempatkan pembelajaran sebagai proses transfer informasi atau transfer of knowledge dari guru kepada siswa. Sedangkan Abdurrakhman (2010: 5) mempunyai pandangan berbeda tentang pembelajaran. Pembelajaran baginya hanya kegiatan memotivasi dan memberikan fasilitas kepada siswa agar dapat belajar sendiri. Bahkan secara filosofis, Razali (2006: 152) menguraikan pembelajaran sebagai suatu bentuk desakan bagi “kemandirian” spesies manusia.


(24)

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.

Dari berbagai pendapat pengertian pembelajaran di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang memungkinkan guru dapat mengajar dan siswa dapat menerima materi pelajaran yang diajarkan oleh guru secara sistematik dan saling mempengaruhi dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang diinginkan pada suatu lingkungan belajar.

Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan, saluran atau media dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses komunikasi. Proses yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran ataupun didikan yang ada dalam kurikulum, sumber pesannya bisa juga melalui guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku dan media. Demikian pula kunci pokok pembelajaran ada pada guru (pengajar), tetapi bukan berarti dalam proses pembelajaran hanya guru yang aktif sedang siswa pasif. Pembelajaran menuntut keaktifan kedua belah pihak yang sama-sama menjadi subjek pembelajaran.Jadi, jika pembelajaran ditandai oleh keaktifan guru sedangkan siswa hanya pasif, maka pada hakikatnya kegiatan itu hanya disebut mengajar maka diharuskan untuk siswa sama-sam aktif seperti pengajar.Demikian pula bila


(25)

pembelajaran dimana siswa yang aktif tanpa melibatkan keaktifan guru untuk mengelolanya secara baik dan terarah, maka hanya disebut belajar.Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran menuntut keaktifan guru dan siswa.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran dialami setiap orang sepanjang hayat serta dapat berlaku dimanapun dan kapanpun. Pembelajaran merupakan interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dalam pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Pada dasarnya Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. 2. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Memurut Usman Samatowa (2011: 3) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atau sains yang berasal dari bahasa Inggris science.Kata science sendiri berasal dari bahasa latin yaitu scientia

yang berarti saya tahu. Sedangkan science terdiri dari dua kata yaitu social

science (Ilmu Pengetahuan Sosial ) dan natural science (Ilmu Pengetahuan

Alam). Namun dalam perkembangannya, science sering diterjemahkan sebagai sains yang berarti ilmu pengetahuan alam saja. Oleh karena itu yang menjadi pilihan dalam pembahasan ini untuk lebih fokus adalah diantara salah satunya yaitu natural sicence (Ilmu Pengetahuan Alam).


(26)

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada dipermukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat diamati dengan indera. Menurut H.W Fowler (Trianto 2010: 134), IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan yang berhubungan dengan gelaja-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan dedukasi. Sedangkan Kardi dan Nur (Trianto 2010: 134) mengatakan bahwa IPA atau ilmu kealaman adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati. Adapun menurut Wahana (Trianto 2010:136), IPA adalah suatu kumpulan pengetahuaan yang tersusun secara sistematis dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.

Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya.

Piaget (Usman Samatowa 2011: 5) mengatakan bahwa pengalaman langsung memegang peranan penting sebagai pendorong lajunya perkembangan kognitif anak. Pengalaman langsung anak yang terjadi secara spontan dari kecil (sejak lahir) sampai umur 12 tahun. Anak akan siap untuk mengembangkan konsep tertentu hanya bila telah memiliki struktur kognitif


(27)

(skemata) yang terjadi prasyaratnya yakni perkembangan kognitif yang bersifat hirarkhis dan integrative.

Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam)menjadi penting, tetapi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam perlu diberikan kesempatan untuk berlatih keterampilan-keterampilan proses Ilmu Pengetahuan Alam dan yang perlu dimodifikasikan sesuai dengan tahap perkembangan kognitifnya (Usman Samatowa 2011: 5).

Keterampilan proses sains menurut kurikulum 2006 adalah Pemberian pengalaman belajar secara langsung dalam pembelajaran sains sangat ditekankan melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah dengan tujuan untuk memahami konsep-konsep dan mampu memecahkan masalah yang dapat di definisikan dalam lima M yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar, membentuk jejaring.

Wina Sanjaya (2011:157) mengatakan bahwa struktur kurikulum SD/ MI meliputi subtansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama enam tahun mulai Kelas I sampai dengan Kelas VI. Struktur kurikulum SD disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi pembelajaran. Pembentukan kompetensi, dan karakter peserta didik yang direncanakan berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Oleh karena itu, pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri dari komponen-komponen yang satu sama yang lain yang saling


(28)

berkaitan dan dengan demikian, maka merencanakan pelaksanaan pembelajaran adalah merencanakan setiap komponen sesuai dengan struktur dan tujuan dari pembelajaran.

Peraturan Pemerintah dalam Nomor 19 tahun 2005 bab IV pasal 20 yang menyatakan bahwa perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya lima komponen pokok, yaitu tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, sumber belajar dan penilian hasil belajar. (1) tujuan pembelajaran dalam standar isi dan standar kompetensi lulusan tujuan pembelajaran di rumuskan dalam bentuk kompetensi yang harus dicapai oleh siswa setelah berakhir suatu proses pembelajaran (2) materi/isi pembelajaran berkenaan dengan bahan pembelajaran yang harus dikuasai siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Materi pembelajaran harus digali dari berbagai sumber belajar sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai (3) metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk dapat mendorong siswa dalam beraktivitas sesuai dengan gaya belajarnya (4) media dan sumber belajar. Media dalam proses pembelajaran dapat diartikan sebagai alat bantu untuk mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran. Sedangkan sumber belajar adalah segala sesuatu yang mengandung pesan yang harus dipelajari sesuai dengan materi pelajaran (5) Evaluasi dalam KTSP diarahkan bukan hanya sekadar untuk mengukur keberhasilan setiap siswa dalam pencapaian


(29)

hasil belajar, tetapi juga untuk mengumpulkan informasi tentang proses pembelajaran yang dilakukan setiap siswa.

Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi siswa untuk mengembangkan prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Dalam rangka pelaksanaan KTSP, guru harus menyusun RPP dengan menyesuaikan beberapa komponen dengan dokumen kurikulum tersebut. Selain itu di dalam rencana pelaksanaan pembelajarannya harus menerapkan pendekatan saintifik (scientific) dalam penyusunan kegiatan pembelajaran yaitu dengan merencanakan proses kegiatan pembelajaran.

Diketahui bahwa kurikulum KTSP mengembangkan dua modus proses pembelajaran yaitu proses pembelajaran langsung dan proses pembelajaran tidak langsung. “Proses pembelajaran langsung adalah proses pendidikan di mana peserta didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP berupa kegiatan-kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran langsung tersebut peserta didik melakukan kegiatan belajar mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring sesuai dengan apa yang sudah


(30)

ditemukannya dalam kegiatan analisis. Proses pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung atau yang disebut dengan instructional effect. Pembelajaran tidak langsung adalah proses pendidikan yang terjadi selama proses pembelajaran langsung tetapi tidak dirancang dalam kegiatan khusus. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap. Berbeda dengan pengetahuan tentang nilai dan sikap yang dilakukan dalam proses pembelajaran langsung oleh mata pelajaran tertentu, pengembangan sikap sebagai proses pengembangan moral dan perilaku dilakukan oleh seluruh mata pelajaran dan dalam setiap kegiatan yang terjadi di kelas, sekolah dan masyarakat” (Kemendikbud, 2013: 17-18).

B. Kajian Tentang Pendekatan Saintifik 1. Pengertian Pendekatan Saintifik

Hosnan (2014: 34) mengemukakan bahwa pendekatan saintifik adalah proses pembelajarn yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan, mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan”.

Menurut Nur (Putra, 2013: 12) pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran dimana peserta didik diajak untuk melakukan


(31)

proses pencarian pengetahuan berkenaan dengan materi pelajaran melalui berbagai aktivitas proses sains sebagaimana dilakukan oleh para ilmuwan

(scientific) dalam melakukan penyelidikan ilmiah yang artinya peserta didik

diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru yang diperlukan untuk kehidupannya.

Pendekatan pembelajaran berbasis peningkatanketerampilan proses sains adalah pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan proses sains ke dalam sistem penyajian materi secara terpadu menurut Beyer (Djohar, 2007: 20). Pendekatan ini menekankan pada proses pencarian pengetahuan dari pada transfer pengetahuan. Peserta didik dipandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, guru hanyalah seorang fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar.

Menurut Daryanto (2014: 51) pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang


(32)

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik merupakan pendekatan dalam proses pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan sains yaitu mencari tahu sendiri fakta-fakta dan pengetahuan yang dikaitkan dengan materi pembelajaran. Pendekatan saintifik lebih menekankan kepada peserta didik sebagai subjek belajar yang harus dilibatkan secara aktif.

Pendekatan saintifik pada dasarnya memandang fenomena khusus (unik) dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan pada simpulan. Demikian diperlukan adanya penalaran dalam rangka pencarian. Untuk dapat disebut sebagai pendekatan saintifik, metode pencarian (method

of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi,

empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik.

Penerapan pendekatan ilmiah memiliki beberapa kriteria yang harus dipenuhi diantaranya adalah sebagai berikut (1) materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu dengan pelaksanaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata (2) penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis untuk guru harus mengetahui perencanaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran (3) mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi,


(33)

memsahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran (4) mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran (5) mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran (6) berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan (7) tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya (Kemendikbud, 2013: 2-3).

Kegiatan Pelaksanaan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran adalah guru harus perlu mengetahuai hal-hal pokok atau permasalahan yang ada dalam penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA dikelas yaitu: (1) bagaimana perencanaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA (2) bagaimana pelaksanaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA (3) apa yang menjadi kendala bagi guru kelas dalam mengimplementasikan pendekatan saintifik dalam pembelajaran (4) bagaimana solusi yang diterapkan oleh guru untuk mengatasi kendala dalam mengimplementasikan pendekatan saintifik dalam pembelajaran.

Kegiatan pelaksanaan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Adapun yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah


(34)

mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. Dalam kegiatan ini, peserta didik diharapkan sudah dapat mempresentasikan hasil temuannya untuk kemudian ditampilkan didepan khalayak ramai sehingga rasa berani dan percaya dirinya dapat lebih terasa. Peserta didik yang lain pun dapat memberikan komentar, saran, atau perbaikan mengenai apa yang dipresentasikan oleh rekannya.

Berdasarkan teori Dyer (Ridwan Abdullah Sani, 2014:53-71) pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah dalam pembelajaran memiliki lima komponen sebagai berikut: mengamati, menanya, mencoba, menalar dan membentuk jejaring.

a. Observasi (mengamati)

Mengamati adalah menggunakan panca indra untuk memperoleh informasi. Sebuah benda dapat diobservasi untuk mengetahui karakteristiknya, misalnya: warna, bentuk, suhu, volume, berat, bau, suara, dan teksturnya. Benda dapat menunjukan karakteristik yang berbeda jika dikenai pengaruh lingkungan.Perilaku manusia juga dapat diobservasi untuk mengetahui sifat, kebiasaan, respons, pendapat, dan karakteristik lainnya. Pengamatan dilakukan secara pengamatan kualitatif untuk membuktikanya valid yang mengandalkan panca indra dan hasilnya dideskripsikan secara naratif. Contoh data kualitatif adalah warna putih pada benda, bersuara nyaring ketika jatuh ke lantai, tekstur


(35)

permukaan yang kasar.Proses mengamati fakta atau fenomena mencakup beberapa hal untuk mendapatkan fakta yaitu dengan mencari informasi, melihat, mendengar, membaca, dan atau menyimak.

Menurut Hosnan (2014: 39-41) mengamati (observing) merupakan salah satu strategi pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual dan media asli dalam rangka membelajarkan siswa yang mengutamakan kebermaknaan proses belajar. Oleh karena itu, siswa harus mengedepankan pengamatan langsung pada obyek yang akan dipelajari agar siswa mendapatkan fakta berbentuk data yang obyektif yang kemudian dianalisis sesuai tingkat perkembangan siswa. Maka mengamati/ observing adalah kegiatan studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena social dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan.

Menurut Daryanto (2014: 60) metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki makna yang tinggi. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana dinyatakan dalam Permendikbud Nomor 81a, hendaklah guru membuka secara luas dan memberi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari


(36)

suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.

b. Menanya

Menanya adalah mengajukan pertanyaan. Siswa perlu dilatih untuk merumuskan pertanyaan terkait dengan topik yang akan dipelajari. Aktivitas belajar ini sangat penting untuk meningkatkan keingintahuan dalam diri siswa dan mengembangkan kemampuan mereka untuk belajar sepanjang hayat. Guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat.

Hosnan (2014: 48) mengemukakan bahwa menanya (questioning) adalah dalam kegiatan belajarnya mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan factual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Kompetensi yang dikembangkan adalah kreatititas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskam pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.Pada kegiatan pembelajaran ini, siswa melakukan pembelajaran bertanya. Bertanya sendiri merupakan salah satu pintu masuk untuk memperoleh pengetahuan. Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana nyatakan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 adalah


(37)

mengajukan pertanyaan tentang informasi yang dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan factual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Adapun adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan kreatifitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.

Menurut Daryanto (2014: 64-65) dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang dilihat, disimak dan dibaca. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang hasil obyek yang konkrit dan abstrak sesuai dengan konsep, fakta dan prosedur yang terjadi.

Fungsinya untuk membangkitkan rasa ingin tahu, minat, peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran adalah dengan: mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk tetap aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari orang lain dan untuk dirinya sendiri; mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan rancangan untuk mencari solusinya; menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan; membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara;


(38)

mendorong partisipasi dalamberdiskusi; membangun sikap keterbukaan untuk saling member dan menerima pendapat atau gagasan; membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat; melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.

Kriteria pertanyaan yang baik yaitu: singkat dan jelas; menginspirasi jawaban;memiliki fokus; bersifat probing atau divergen, bersifat validatifatau penguatan. Fungsi penguatan memberi kesempatan peserta didik untuk berfikir ulang.

c. Mengumpulkan Informasi/ Melakukan Eksperimen

Mengumpulkan Informasi/ melakukan eksperimen merupakan belajar dengan menggunakan pendekatan ilmiah akan melibatkan siswa dalam melakukan aktivitas menyelidiki fenomena dalam upaya menjawab suatu permasalahan. Oleh karena itu guru juga dapat menugaskan siswa untuk mengumpulkan data/ informasi dari berbagai sumber.

Menurut Hosnan (2014: 56) kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu, diharapkan peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Eksperimen/ mencoba merupakan kegiatan terinci yang direncanakan untuk menghasilkan data untuk menjawab suatu masalah atau menguji sesuatu hipotesis. Eksperimen atau


(39)

percobaan yang dilakukan tidak selalu harus dilaksanakan didalam laboratorium, tetapi dapat dilakukan pada alam sekitar.

Aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen,

membaca sumber lain selain buku teks, mengamati

objek/kejadian/aktivitas wawancara dengan nara sumber, dan sebagainya. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.

d. Mengasosiasikan/ Mengolah Informasi/Menalar

Menalar adalah kemampuan mengolah informasi melalui penalaran dan berfikir rasional merupakan kompetensi penting yang harus dimiliki oleh siswa.Informasi yang diperoleh dari pengamatan atau percobaan yang dilakukan harus diproses untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya dan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan.

Menurut Hosnan (2014: 60) associating (menalar/mengelolah informasi) adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Persepektif psikologi, sosiasi merujuk pada koneksi antara


(40)

entitas konseptual atau mental sebagai hasil dari kesamaan antara pikiran atau kedekatan dalam ruang dan waktu.

Associating/ mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar” dalam

kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a tahun 2013, adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan, baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengelolaan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengelolaan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan.Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut.

Menurut Daryanto (2014: 75) terdapat dua cara menalar, yaitu penalaran deduktif dan penalaran induktif. Penalaran induktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari fenomena atau atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum. Jadi menalar secara induktif adalah proses penarikan simpulan dari kasus-kasus yang bersifat nyata seacara individual atau spesifik menjadi simpulan yang bersifat umum dan penalaran deduktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari pertanyaan-pertanyaan fenomena yang bersifat umum menuju pada hal-hal yang bersifat khusus.


(41)

e. Membentuk Jejaring atau Mengkomunikasikan

Membentuk Jejaring atau Mengkomunikasikan dalam Pendekatan Saintifik Maksudnya adalahguru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.

Kompetensi yang menjadi penting dalam membangun jaringan atau disebut membentuuk jejaring adalah sebagai salah satu keterampilan intrapersonal, keterampilan interpersonal, dan keterampilan organisasional (social). Pengertian dari ketiga keterampilan ini adalah yang pertama: Keterampilan intrapersonal terkait dengan kemampuan seseorang mengenal keunikan dirinya dalam memahami dunia, diantaranya: kesadaran emosi, penilaian diri secara akurat, penghargaan diri, kontrol diri, manajemen diri dan motivasi diri. Kedua Keterampilan interpersonal adalah kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain. Contohnya: empati, orientasi layanan, kesadaran organisasional, keterampilan komunikasi, keterampilan negosiasi, kohesi social, dan kepemimpinan. Sementara itu yang ketiga keterampilan organisasional (atau keterampilan sosial) adalah kemampuan untuk berfungsi dalam struktur sosial sebuah organisasi atau sistem social.


(42)

Menurut Hosnan (2014 :76-77) networking (membentuk jejaring) yang terbentuk dari model networked, model networked adalah model pembelajaran berupa kerja sama antara siswa dengan seorang ahli dalam mencari data, keterangan, atau lainnya sehubungan dengan mata pelajaran yang disukainya atau yang diminatinya sehingga siswa secara tidak langsung mencari tahu dari berbagai sumber. Sumber dapat berupa buku bacaan, internet, saluran radio, TV, atau teman, kakak, orang tua, atau guru yang dianggap ahli olehnya.Siswa memperluas wawasan belajarnya sendiri, artinya siswa termotivasi belajar karena rasa ingin tahunya yang besar dalam dirinya.

Networking adalah kegiatan siswa untuk membentuk jejaring pada

kelas. Kegiatan belajarnya adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis atau media lainnya.Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. Pada tahapan ini, siswa mempresentasikan kemampuan mereka mengenai apa yang telah dipelajari sementara siswa lain menanggapi. Tanggapan siswa lain bisa berupa pertanyaan, sanggahan atau dukungan tentang materi presentasi.


(43)

C. Pertanyaan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi pertanyaan peneliti adalah :

1. Apakah dalam pelaksanaan pembelajaran guru sudah memberikan siswa kesempatan untuk melakukan pengamatan?

2. Apakah dalam pelaksanaan pembelajaran guru sudah memberikan siswa kesempatan untuk mengajukan pertanyaan?

3. Apakah dalam pelaksanaan pembelajaran guru sudah memberikan siswa kesempatan untuk melakukan penalaran?

4. Apakah dalam pelaksanaan pembelajaran guru sudah memberikan siswa kesempatan untuk melakukan percobaan?

5. Apakah dalam pelaksanaan pembelajaran guru sudah memberikan siswa kesempatan untuk melakukan komunikasi?


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena data yang disajikan berupa kata-kata. Nana Syaodih Sukmadinata, (2005; 12) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif (Qualitative research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Penelitian ini untuk mendeskripsikan suatu keadaan, melukiskan dan menggambarkan pelaksanaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran di SD Negeri Cepit. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang disajikan secara deskriptif. Oleh karena itu, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan seseorang atau sesuatu yang darinya diperoleh keterangan dan untuk selanjutnya disebut informan. Penelitian ini menggunakan kriteria berbasis seleksi (criterion-based selection) yang didasarkan pada asumsi bahwa subjek tersebut sebagai aktor dalam tema penelitian. Peneliti dalam menentukan informan penelitian menggunakan model

snow ball untuk memperluas subjek penelitian. Teknik snow ball memulai dari

jumlah subjek yang sedikit semakin lama berkembang menjadi banyak. Dengan teknik ini, jumlah informan yang akan menjadi subjeknya akan terus bertambah


(45)

sesuai dengan kebutuhan dan terpenuhinya informasi. Penelitian ini mengambil informan kunci. Maka dalam subjek penelitian ini adalah guru dan siswa Sekolah Dasar Negeri Cepit Kecamatan Sewon, yang didasarkan pada alasan guru dan siswa merupakan pelaksana utama dalam pembelajaran.

C. Sumber data

Penentuan sumber data dalam penelitian ini menggunakan teknik snowball

sampling, Sugiyono (2007: 125) menjelaskan snowball sampling adalah teknik

penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Dalam penelitian ini peneliti akan meneliti tentang implementasi pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran, maka sampel datanya adalah guru dan siswa kelas VA.

D. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Januari 2015 hingga maret 2015 di SD Negeri Cepit. SD Negeri Cepit terletak di Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul Provinsi Yogyakarta jalan masuk jembatan depan lapangan bola. SD Negeri Cepit ini setiap tahun selalu menampung dua ratus lebih siswa dengan bermayoritas Islam, lokasi sekolah berada ditengah-tengah masyarakat. Hal ini memberi keunikan tersendiri karena siswa yang berada di SD Negeri Cepit hanya berasal dari daerah sekitar itu sendiri sehingga dalam proses pembelajaran tidak membuat siswa untuk memikirkan waktu perjalanan saat pulang sekolah nanti. proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah,


(46)

karenanya kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam pembelajaran.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Menurut Sugiyono (2010: 62-63) teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dalam penelitian kualitatif pengumpulan data yang dilakukan dalam kondisi yang alamiah

(naturalsetting), sumber data primer,dan teknik pengumpulan data yang lebih

banyak pada observasi (pengamatan), interview (wawncara). Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut.

1. Wawancara

Sugiyono (Esterberg 2002; 72) mendefinisikan wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Esterberg (Sugiyono, 2005: 73-74) mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur, wawancara semiterstruktur, dan wawancara tak berstruktur. Maka peneliti memilih untuk menggunakan wawancara semi-terstruktur karena wawancara ini termasuk kategori wawancara mendalam (in-depht interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap


(47)

muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama (Sutopo 2006: 72). dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara ini untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya.

Peneliti menggunakan kepala sekolah sebagai informan utama dan akan bertambah melibatkan guru kelas, dan siswa yang berada di SD Negeri Cepit. Peneliti memilih informan berdasarkan dengan kebutuhan dan terpenuhinya informasi mengenai pelaksanaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran SDN Cepit yaitu orang-orang yang memiliki peran penting dalam permasalahan yang ingin diketahui untuk menjawab pertanyaan penelitian.

2. Observasi

Nana syaodih Sukmadinata (2005: 220) menyatakan bahwa, observasi

(observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara

mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.

Sanafiah Faisal (Sugiyono, 2010: 64-67) mengklasifikasikan observasi menjadi observasi berpartisipasi (participant observasion)


(48)

data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden,observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (overt observasion dan covert

observacion) dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data

menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia akan melakukan penelitian, sehingga mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas si peneliti. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau si peneliti menyatakan terus terang maka peneliti tidak akan diijinkan untuk melakukan penelitian dan obsevasi yang tak berstruktur

(unstructured observasion) merupakan observasi yang dilakukan tanpa

menggunakan guide observasi. Pada observasi ini peneliti atau pengamat harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu objek. Peneliti menggunakan observasi terus terang atau tersamar dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti.

3. Dokumentasi

Nana syaodih (2005: 221) mengemukakan bahwa Studi dokumenter

(documentary study) merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan


(49)

gambar maupun elektronik. Sugiyono (2010: 82-83) menyatakan bahwa dokumen catatan peristiwa peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. F. Instrumen Penelitian

Menurut Nasution (Sugiyono, 2007: 306) menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, manusia adalah instrumen utama, karena segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti.Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, semuanya belum dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Oleh karena itu, yang menjadi intrumen adalah peneliti sendiri, yang bisa bertindak sebagai alat yang adaptif serta responsif. Penelitian ini dibantu dengan instrumen pedoman wawancara, pedoman observasi, serta dokumentasi.

Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan pedoman observasi dan pedoman wawancara:

1. Pedoman Observasi

Observasi digunakan untuk memperoleh data situasi sosial yang terdiri dari tempat (Place), pelaku (Actor), dan kegiatan (Activity). Peneliti menggunakan pedoman observasi pelaksanaan pembelajaran saintifik di sekolah.

2. Pedoman Wawancara

Wawancara ini bertujuan memperoleh data melalui tanya jawab secara langsung dan terpimpin. Wawancara dilakukan dengan kepala sekolah,


(50)

guru dan siswa untuk mengetahui pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA diSD Negeri Cepit. Wawancara ini menggunakan pedoman wawancara guru kelas dan kepala sekolah tentang pelaksanaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA yang diterapkan di SD Negeri Cepit melalui lima M. G. Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan (Sugiyono, 2006: 334), analisis data kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Miles dan Huberman, (1992: 15-20) menyatakan bahwa data yang diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi data), data dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Aktivitas analisis data digambarkan seperti di bawah ini:

Gambar 1. Komponendalam analisis data (model interaktif) 1. Data Reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu (Sugiyono, 2007:338). Data yang telah

Data Display Data

collection

Data

reduction Conclusions:


(51)

direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti unuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

Setelah peneliti mendapatkan data dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi maka peneliti akan mereduksi data atau menyingkirkan beberapa data yang relevan kemudian memilih data yang relevan untuk dijadikan fokus dalam penelitian.

2. Data Display (penyajian data)

Setelah data direduksi, maka tahap selanjutnya adalah penyajian data. Pada tahap ini data yang telah dipilah-pilah diorganisasikan dalam kategori tertentu dalam bentuk matriks (display data) agar memperoleh gambaran secara utuh. Penyajian data dilakukan dengan cara penyampaian informasi berdasarka data yang dimiliki dan disusun secara runtut dan baik dalam bentuk naratif,sehingga mudah dipahami.

3. Conclusion Drawing/verification (Penarikan Kesimpulan)

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.Sugiyono, (2007: 345) menjelaskan bahwa, kesimpulan yang diambil masih bersifat sementara dan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dan mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.


(52)

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti yang telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada dilapangan untuk melakukan penelitian.

H. Uji Keabsahan Data

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan uji dependalitas dan uji kredibilitas. Uji depenbilitas dilakukan dengan cara berkonsultasi dengan dosen pembimbing skripsi sebagai yang mengaudit keseluruhan proses penelitian mulai dari penentuan masalah/ fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampai kesimpulan. Adapun cara pengujian kredibilitas data dilakukan melalui triangulasi dan bahan referensi.

Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan data dan sumber data yang telah ada (Sugiyono, 2007: 330). Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.

Pada tahap ini peneliti menggunakan triangulasi sumber yang digunakan adalah melalui wawancara kepada guru,observasi dan dokumentasi. Jika hasil


(53)

yang diperoleh dari tiga wawancara tersebut mengalami keterkaitan maka data yang diperoleh dapat dipercaya kebenarannya.


(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di salah satu sekolah dasar yang terdapat di kelurahan Panggung harjo kecamatan Sewon Kabupaten Bantul Yogyakarta. Lokasi SD ini berjarak 30 meter dari jalan besar, tidak diketahui secara pasti kapan SD Cepit ini dibangun, namun menurut Kepala Sekolah SD Cepit pada tahun 1959 SD Cepit sudah ada. Fasilitas yang dimiliki oleh SD Cepit berupa 12 ruang kelas, masing-masing kelas terdiri dari 2 kelas yaitu dari kelas I-VI.Ruang Kepala Sekolah dipisahkan dengan ruang guru, hanya ada satu pintu di dalam ruangan tersebut yang menghubungkan ruang Kepala Sekolah dan ruang guru.

SD Negeri memiliki 1 ruang perpustakaan di dalamnya satu kamar untuk penjaga perpustakaan atau pengurus perpustakaan, 1 ruangan untuk ruang UKS dan lab computer, dan ada 8 ruang toilet dan 1 ruangan luas untuk tempat parkir sepeda motor murid-murid SD Negeri Cepit. SD Negeri Cepit mempunyai halaman sekolah yang cukup luas sehingga mampu menampung seluruh siswa dari kelas I-VI dan para guru untuk melaksanakan upacara. Selain itu di depan bangunan sekolah SD Cepit terdapat lapangan bola milik masyarakat yang biasanya digunakan siswa pada saat kegiatan olahraga maupun yang lainnya,dibelakang bangunan SD Cepit juga terdapat bangunan masjid yang dimanfaatkan sekolah untuk bisa sholat Zuhur berjamaah bersama.


(55)

SD Negeri Cepit memiliki 1 Kepala Sekolah, 12 guru kelas, 4 guru bidang studi yaitu guru olahraga, guru pendidikan agama Islam, guru pendidikan agama Kristen Khatolik, guru pendidikan Agama Kristen Protestan, guru Kesenian, dan guru pendidikan Bahasa Jawa. SD ini memiliki 252 orang siswa, yang terbagi menjadi 12 kelas mulai dari kelas I sampai dengan kelas VI.Siswa di SD ini berasal dari berbagai kalangan, mulai dari kalangan ekonomi bawah, ekonomi menengah, sampai kalangan ekonomi atas. Meskipun demikian semua siswa tetap mendapatkan hak belajar yang sama sebagai siswa SD Negeri Cepit. Siswa di SD ini juga berasal dari berbagai agama mulai dari agama Islam, agama Kristen, dan juga agama Katholik.

Penetapan lokasi penelitian di SD Negeri Cepit dikarenakan sekolah ini merupakan salah satu sekolah yang sudah menggunakan kurikulum 2006 yaitu kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) tetapi tetap menerapkan pendekatan saintifik dalam setiap proses pembelajaran. Maka peneliti mengajukan untuk melakukan penelitian di sekolah ini.

B. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil observasi, wawancara dengan guru kelas dan siswa, catatan lapangan dan dokumentasi, didapatkan hasil penelitian tentang pelaksanaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA kelas V A sebagai berikut.


(56)

C. Deskripsi Data

1. Pelaksanaan pendekatan saintifik di Sekolah Dasar Negeri Cepit.

Guru kelas VA menjelaskan bahwa pendekatan saintifik adalah pendekatan yang digunakan untuk pembelajaran dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan infomasi/ mencoba, menalar/ mengasosiaikan, dan mengkomunikasikan/ membentuk jejaring. Penjelasan yang sama juga diutarakan oleh pak AK selaku kepala sekolah tentang pendekatan saintifik, pak AK menjelasakan bahwa pendekatan saintifik adalah sebuah pembelajaran yang diawali dari mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/ mencoba, menalar/ mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan, dan urutan tersebut selalu dimunculkan dalam setiap kali pertemuan.

Berikut ini adalah hasil wawancara peneliti dengan dan ibu “R” selaku guru kelas V A tentang pendekatan saintifik mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran melalui pendekatan sainfik semuanya berjalan sesuai rencana, guru sudah membuat langkah-langkah pendekatan saintifik sesuai dengan yang dibutuhkan siswa, selain itu menggunakan referensi lain yaitu buku-buku paket dan alam sekitar yang ada disekitar sekolah.

Dari hasil wawancara diatas maka dapat disimpulkan bahwa guru Ibu

“R” selaku guru kelas V A secara keseluruhan sudah memahami apa itu pendekatan saintifik dan apa saja langkah-langkah yang ada dalam pendekatan saintifik tersebut. Hasil wawancara diatas juga didukung dengan


(57)

hasil observasi yang dilakukuan peneliti dilapangan pada Senin, 18 Mei 2015 terkait dengan pelaksanaan pendekatan saintifik selama proses pembelajaran.

SD Negeri Cepit menerapkan pendekatan saintifik dalam pembelajaran sejak kurikulum sesudah yaitu kurikulum 2013 dan kembali pada kurikulum 2006 atau yang disebut KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) pun masih diterapkan sehingga guru-guru tidak merasa sulit dalam menerapkan langkah-langkah pendekatan saintifik dan guru-guru merasa lebih nyaman menerapkan pendekatan saintifik pada kurikulum 2006 dari pada kurikulum 2013 karena akan menyita banyak waktu dan menyulitkan guru pada saat penilaian.

Berikut ini juga adalah hasil wawancara peneliti dengan guru “R” selaku guru kelas V A terkait dengan penerapan pendekatan saintifik : Penyusunan RPP guru sudah menyusun sesuai dengan langkah-langkah dalam pendekatan saintifik kesesuaian dan ketidak sesuaian yang dimaksud yaitu dengan mengikuti sesuai materi yang dibutuhkan siswa dan guru kelas juga mengakui sejauh ini tidak pernah mengalami kesulitan sejak kembali pada kurikulum lama yaitu kurikulum 2006. Guru Sering menggunakan buku yang lain misalnya buku paket, buku refrensi dan alam sekitar sesuai dengan ada di alam sekitar sekolah.

Guru kelas menjelaskan bahwa dengan adanya kurikulum 2006 kembali diterapkan maka langkah-langkah pendekatan saintifik menjadi lebih menyenangkan dan tidak menyulitkan siswa tetapi memudahkan siswa


(58)

dan guru untuk aktif dalam proses pembelajaran dan guru merasa bahwa pendekatan saintifik memberikan manfaat yang sangat luar biasa bagi anak. Pernyataan peneliti di atas di dasarkan pada hasil wawancara bersama dengan guru kelas serta di dukung dengan hasil observasi yang di lakukan oleh peneliti selama mengambil data dilapangan.

2. Pelaksanaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Negeri Cepit.

Pelaksanaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran guru menggunakan langkah-langkah pendekatan saintifik yang dijabarkan menjadi lima aspek yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan.

Berikut ini adalah hasil wawancara antara peneliti dengan Ibu “R” selaku guru kelas VA dan juga hasil observasi peneliti yang berawal dari aspek/ langkah yang pertama yaitu:

a. Pelaksanaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA melalui pengamatan

Dalam pelaksanaan pembelajaran saat melakukan pengamatan, siswa sudah menggunakan indera penglihatan yaitu dengan cahaya menembus benda bening, pelaksanaan pembelajaran yaitu dengan obyek pengamatan guru memanfaatkan sumber belajar yang ada baik dikelas maupun di luar kelas. Contohnya dengan cahaya dibiaskan diluar kelas sehingga menembus sinar matahari dan menghasilkan pelangi, dalam


(59)

mengamati juga guru menyusun pedoman/ panduan bagi siswa secara langsung, proses pembelajarannya guru mendampingi siswa secara langsung dalam mengamati untuk membimbing anak yang kesulitan, guru juga menentukan lokasi dari obyek yang akan diamati siswa misalnya pohon mengeluarkan oksigen dan anak-anak disuruh untuk merasakan panasnya terik matahari setelah itu anak-anak dipindahkan kebawa pohon bagaimana rasanya.

Gambar 2. Ketika siswa sedang mengamati air dalam gelas yang isi pulpen yang bisa memantulkan cahaya untuk menyelesaikan tugas.

Kesimpulannya antara guru dan siswa sudah melaksanakan kegiatan mengamati sesuai dengan pendekatan saintifik yang dimaksud meskipun belum semua anak pandai tetapi mereka saling membantu dan mengingatkan satu sama lain sehingga kegiatan mengamati dalam


(60)

pelaksanaan pembelajaran IPA dapat berjalan dengan baik sesuai rencana atau panduan RPP dam Silabus.

b. Pelaksanaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA melalui mengajukan pertanyaan

Dari hasil wawancara dengan guru dan observasi peneliti yang diperoleh Pelaksanaan pembelajaran dalam kegiatan menanya sudah sesuai dengan konsep dan fakta yang dipelajari. Seperti pada contoh yang ada setelah siswa melakukan pengamatan, siswa di kasi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran siswa sudah lancar dalam bertanya, akan tetapi itu masih dalam tahap sesuai dengan kemampuan IQ siswa yang tinggi dan yang IQ siswa yang rendah, golongan IQ siswa yang kemampauannya lebih tinggi mudah untuk mengajukan pertanyaan sedangkan yang golongan IQ rendah terkadang memilih untuk diam. Pertanyaan yang diajukan siswa sudah sesuai dengan materi yang dipelajari.


(61)

Gambar 3. ketika siswa sedang bertanya.

Kesimpulannya dalam kegiatan menanya sudah berlangsung dengan baik. Guru sudah menerapkan pendekatan saintifik, hanya saja perlu lebih banyak memahami siswa yang memiliki kemampuan IQ ysng rendah agar lebih bisa bertanya sesuai dengan materi yang diajarkan.

c. Pelaksanaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA melalui penalaran

Dari hasil wawancara guru dan observasi peneliti tentang kegiatan menalar dalam proses pembelajaran sudah berjalan. Diketahui sebagian siswa sudah berpikir dengan logika, mengaitkan konsep dan fakta, mengaitkan keterhubungan fakta-fakta, dan mencari apakah ada sebab akibat antar fakta, baik linier maupun bertolak belakang. Kemampuan ini diperlukan oleh siswa untuk memahami fakta-fakta dan


(62)

menjelaskan fenomena ilmiah yang ada di dalamnya. Guru juga sudah mengetahuinya dari kemampuan masing-masing siswa. Guru mengajukan pertanyaan kepada semua peserta, dalam mengelola informasi sehingga siswa dapat menambah keluasan wawasannya yaitu dengan siswa bisa menambah wawasannya baik dari dalam kelas maupun dari luar kelas. Contohnya dengan melatih kemampuannya dengan caranya sendiri untuk mencari tahu agar dapat mengetahui kemampuan dari masing-masing temannya. Guru juga membentuk kelompok dengan bercampur golongan dari yang atas ke yang golongan paling terendah untuk saling membantu teman yang lain agar semuanya bisa memahami dan mengerti.


(63)

Kesimpulan dari kegiatan menalar adalah guru sudah melakukan tindakan yang benar. Siswa sudah memahami proses pembelajaran yang telah berlangsung dengan baik sesuai dengan pendekatan saintifik.

d. Pelaksaan Pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA melalui percobaan.

Dari hasil wawancara guru dan observasi peneliti,kegiatan mencoba sudah diterapkan yaitu dengan melibatkan siswa dalam melakukan aktivitas menyelidiki fenomena dalam upaya menjawab suatu permasalahan yang meskipun tingkatannya masih terlalumudah. untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengumpulkan informasi, guru membentuk siswa untuk melakukan eksperimen sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa. Siswa mulai membaca buku lain dari buku teks lalu berdidkusi, mendemonstrasikan, mulai meniru bentuk/ gerak, dan melakukan eksperimen. Sebagian dari siswa masih belum bisa, karena memiliki IQ yang rendah, sehingga dalam kegiatan berdiskusi dalam pelaksanaan pembelajaran siswa belum memiliki sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan temannya. Namun siswa yang memiliki IQ tinggi sudah saling membantu sehingga menghasilkan hasil eksperimen yang baik.


(64)

Gambar 5. Siswa sedang mencoba gelas yang terisi air dengan pulpen apakah benar menghasilkan cahaya pelangi untuk mengerjakan tugas.

e. Mengkomunikasikan dengan menyampaikan hasil pengamatan Dari hasil wawancara guru dan hasil observasi peneliti, kegiatan mengkomunikasikan dalam pendekatan saintifik melalui pembelajaran IPA guru sudah memberi kesempatan kepada siswa untuk berkomunikasi tentang apa yang dipelajari yaitu cahaya bermacam-macam yang memantul sehingga memunculkan cahaya lalu siswa bertanya dan membandingkan mengapa bisa terjadi sedangkan dibuku tidak bisa, guru juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk menuliskan atau menceritakan kembali apa yang ditemukan dari materi yang dipelajari melalui hasil percobaan agar siswa menuliskan dan menceritakan kembali, guru juga sudah menentukan siswa dalam menyampaikan hasil pengamatan melalui keterampilan masing-masing yaitu dengan


(65)

mencampuri siswa yang lebih pandai agar bisa membantu siswa yang kurang pandai agar saling memberitahu satu sama yang lain.materi yang dipelajari siswa boleh dari berbagai sumber siswa yang dirumahnya memilih jaringan internet dapat menggunakan internet dengan sebaik mungkin agar dapat menambah wawasannya untuk itu membuat siswa termotivasi dalam memperluas wawasan belajarnya dan membuat gurunya semakin bangga.

g ambar 6. Siswa sedang mengamati untuk menyampaikan hasilnya melalui komunikasi.

Kesimpulan dari kelima aspek pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA, Guru kelas menjelaskan bahwa dengan adanya kurikulum 2006 kembali diterapkan, maka sangat mempermudahkan siswa memahami langkah-langkah pendekatan saintifik menjadi lebih menyenangkan dan memudahkan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran dan guru merasa bahwa pendekatan saintifik memberikan


(66)

manfaat yang sangat luar biasa bagi siswa. Pernyataan peneliti di atas di dasarkan pada hasil wawancara bersama dengan guru kelas serta di dukung dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti selama mengambil data dilapangan yaitu pada tanggal 25 Mei sampai dengan 22 juni 2015.

D. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam mengimplementasikan pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA kelas V A melalui lima aspek langkah-langkah pendekatan saintifik sudah diterapkan dengan baik dalam proses pembelajaran. Lima aspek pendekatan saintifik ini sudah dijalankan sesuai aturan kurikulum 2006 seperti pada hasil berikut: pertama, dalam kegiatan mengamati siswa sudah melakukan proses pengamatan baik dalam kelas maupun diluar kelas. Kedua, dalam kegiatan menanya siswa sudah terlihat aktif untuk bertanya meskipun tidak semua siswa bisa bertanya dengan baik sesuai proses pembelajaran. Ketiga, dalam kegiatan mencoba siswa sudah melakukan percobaan yang diberikan oleh wali guru kelas dengan media yang disediakan. Keempat, dalam kegiatan menalar siswa sudah mencoba untuk mengaitkan antara konsep dan fakta dengan menghubungkan fakta-fakta yang telah ditemukan dalam proses pembelajaran. Kelima, dalam kegiatan mengkomunikasikan sudah terlihat jelas dari hasil observasi didalam kelas dengan didukung oleh hasil wawancara guru kelas. Kegiatan mengkomunikasikan sudah diterapkan dalam lima M pendekatan saintifik, siswa


(67)

terlihat jelas aktif dalam proses pembelajaran dan diakhir penjelasan guru, siswa diberi kesempatan untuk menceritakan ulang apa yang dijelaskan dan apa yang dipahami dengan yang tidak dipahami. Maka sangat terlihat bahwa siswa sudah melakukan kegiatan mengkomunikasi.

Menurut guru kelas V A, pendekatan saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang terdapat dalam kurikulum 2006 dengan menggunakan metode ilmiah yang terdiri dari lima aspek yaitu (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/ mencoba, menalar/ mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan). Deskripsi tersebut sesuai dengan langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran menurut Daryanto (2014: 59) meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta.

Manfaat yang diperoleh guru dalam menggunakan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran yaitu dengan adanya pendekatan saintifik siswa menjadi lebih aktif, kreatif, pembelajaran semakin lebih menyenangkan, siswa dapat berpikir lebih ilmiah dan karakter siswa semakin dibentuk. Hal tersebut sejalan dengan prinsip yang dikemukakan oleh Hosman (2014: 37) yang mengatakan bahwa pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru serta pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa.


(68)

Dari hasil penelitian, guru melakukan perencanaan terlebih dahulu sebelum melaksanakan pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Pada tahap perencanaan guru membuat silabus dan RPP serta menyiapkan materi yang akan diajarkan pada siswa. Selain silabus, RPP, dan materi pembelajaran guru juga menyiapkan media yang akan digunakan untuk proses pembelajaran karena dalam penerapan pendekatan saintifik penggunaan media sangat penting untuk membantu siswa dalam memahami materi yang diajarkan oleh guru.

Pada tahap pelaksanaan biasanya guru mulai menerapkan pendekatan saintifik yaitu (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/ mencoba, menalar/ mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan). Dalam tahap pelaksanaan ini guru harus mampu menempatkan diri sebagai fasilitator dan mediator yang baik dalam proses pembelajaran agar siswa lebih termotifasi dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini sejalan dengan prinsip pengelolaan pembelajaran menurut Trianto (2011: 154) yaitu pengelolaan pembelajaran dapat optimal apabila guru mampu menempatkan dirinya dalam keseluruhan proses. Guru harus mampu menempatkan diri sebagai fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran.

Terkait dengan peran siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik sudah terlihat dengan jelas bahwa siswa sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran, hal ini dapat dilihat dari keaktifan semua siswa serta kreatifitas yang ditonjolkan dan dihasilkan selama mengikuti proses pembelajaran. Siswa semakin lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran karena pembelajaran yang diberikan tidak terlalu


(69)

banyak menampilkan teori tetapi lebih banyak menampilakan praktek.Hasil temuan ini sejalan dengan salah satu tujuan dari pendekatan saintifik yang dijelaskan oleh Hosnan (2014: 36) yaitu terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.

Pendekatan saintifik dalam pembelajaran kurikulum 2006 atau yang disebut KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) guru-guru merasa sama sekali tidak memiliki kendalakarena lebih memudahkan siswa sesudah kurikulum 2013 diganti karena buku-buku sumber masih sangat banyak tersedia sehingga lebih memudahkan siswa dalam menerapkan pelaksanaan pendekatan saintifik.

Dari paparan hasil penelitian diatas, dapat diamati bahwa siswa sudah dapat memahami dengan baik dan jelas pendekatan saintifik melalui proses pembelajaran dengan baik dan tidak juga tidak ada kendala diatas yang dapat diatasi. Maka penerapan pendekatan saintifik sudah jelas bahwa telah diterapkan dengan sangat baik.


(70)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam bab IV, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Pelaksanakan pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA khususnya untuk kelas V A melalui pengamatan sudah dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip pendekatan saintifik. Guru juga sudah mengetahui prosedur penerapan pendekatan saintifik dengan baik dan benar sehingga selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan pengamatan. 2. Pelaksanaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA pada tahap

mengajukan pertanyaan sudah dilaksanakan dengan baik dan benar. Guru selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan di setiap pembelajaran.

3. Pelaksanaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA pada tahap menalar sudah sesuai dengan tahap pelaksanaan pendekatan saintifik, siswa sudah selalu diberikan kesempatan untuk mengolah informasi sesuai dengan kompetensi berfikir yang dimiliki siswa setelah melakukan percobaan. 4. Pelaksaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA pada tahap mencoba

sudah berjalan dengan baik. Guru sudah memberikan kesempatan kepada siswa melakukan percobaan sesuai dengan pendekatan saintifik. Semuanya berjalan dengan baik dan benar. Siswa menjadi mudah paham dan mudah


(71)

untuk bereksperimen dengan hal-hal yang baru yang terkait dengan proses pembelajaran yang ada dilingkungan sekitar. Siswa bisa menerima dengan baik kegiatan percobaan yang dilakukan, siswa juga menjadi semakin lebih aktif, kreatif dan bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran.

5. Pelaksanaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA pada tahap mengkomunikasikan sudah berjalan dengan baik. Siswa sudah bisa berkomunikasi dalam proses pembelajaran yaitu dengan menceritakan pembelajaran yang dapat dipahami dan yang tidak dapat dipahami. Guru merasa puas dan tidak mengalami kendala atau kesulitan-kesulitan selama dari kurikulum 2013 dipindahkan kembali menjadi kurikulum KTSP atau kurikulum 2006 dalam menerapkan pendekatan saintifik selama proses pembelajaran berlangsung.


(1)

Gambar siswa sedang mencoba media.

Ga mbar siswa sedang mencoba gambar.


(2)

134


(3)

(4)

(5)

(6)