Kajian tentang Pendekatan Saintifik

19

C. Kajian tentang Pendekatan Saintifik

1. Pengertian Pendekatan Saintifik M. Hosnan 2014: 32 mengemukakan bahwa pendekatan adalah suatu cara atau perbuatan yang digunakan guru untuk menyajikan bahan pelajaran. Kegiatan pembelajaran dalam Kurikulum 2013 diarahkan untuk memberdayakan semua potensi yang dimiliki siswa agar mereka dapat memiliki kompetensi yang diharapkan melalui upaya menumbuhkan serta mengembangkan sikapattitude, pengetahuanknowledge, dan keterampilanskill. Oleh karena itu, kurikulum 2013 mengembangkan proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik. Daryanto 2014: 51 mengemukakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep yang ditemukan. M. Hosnan 2014: 34 mengemukakan bahwa pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik agar siswa dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Pembelajaran diharapkan mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, bukan hanya diberi tahu. 20 Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang bersifat ilmiah dan sangat membutuhkan keaktifan siswa dalam mencari informasi sampai menyimpulkan serta mengkomunikasikan informasi yang didapatkan. 2. Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Daryanto 2014: 54 mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan ini, diantaranya. a. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. b. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik. c. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan. d. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi e. Untuk melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah. f. Untuk mengembangkan karakteristik siswa. 3. Prinsip-prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Dalam suatu sistem pendidikan, kurikulum sifatnya dinamis serta dilakukan perubahan pengembangan agar dapat mengikuti perkembangan dan tantangan zaman. Dalam perubahan tersebut, kurikulum harus memiliki prinsip yang dianut agar pelaksanaan selalu berdasarkan prinsip sebagai suatu landasan, begitu juga dengan kurikulum 2013. Daryanto, 2014: 58-59 mengemukakan beberapa prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik sebagai berikut: a. pembelajaran berpusat pada siswa, b. pembelajaran membentuk students self concept 21 c. pembelajaran terhindar dari verbalisme d. pembelajaran memberi kesempatan kepada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, e. pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa, f. pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru, g. melatih siswa dalam berkomunikasi, dan h. adanya validasi terhadap konsep, hukum. 4. Langkah –langkah Pembelajaran Saintifik Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah saintifik. Daryanto 2014: 59-81 mengemukakan tentang langkah-langkah umum pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang terdiri dari mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan. a. Mengamati Mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran dan memiliki keunggulan tertentu seperti menyediakan media suatu objek secara nyata sehingga peserta didik merasa senang dan tertantang serta dapat memenuhi rasa ingin tahu siswa. Oleh karena itu, guru perlu mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan secara matang sebelum proses pembelajaran. Kegiatan mengamati yang baik pada dasarnya melibatkan siswa secara langsung dengan suatu benda atau objek yang diamati secara nyata yang dapat mempengaruhi siswa untuk senang belajar dan merasa tertantang serta mudah dilaksanakan. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana yang disampaiakan dalam Permendikbud No 81A2013, hendaknya guru membuka 22 secara luas dan bervariasi kesempatan siswa untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar dan membaca. Guru juga memfasilitasi siswa untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan melihat, membaca, mendengar hal yang penting dari suatu benda yang diamati. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dialkukan dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut: 1 menentukan objek apa yang akan diobservasi, 2 membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi, 3 menentukan secara jelas data-data yang akan diobservasi, 4 menentukan tempat objek yang akan diobservasi, 5 menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan dengan lancar, 6 menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, misalnya menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat lainnya. Observasi dalam pembelajaran diharapkan dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa tentang objek yang dipelajari. Oleh karena itu, observasi yang dilakukan harus terstruktur dan terencana serta pelaksanaan dibawah bimbingan guru. Adapun prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan guru dan siswa selama pelaksanaan observasi: cermat, objektif, jujur serta terfokus pada objek yang diobservasi; sebelum observasi dilaksanakan, guru dan siswa sebaiknya menentukan cara dan prosedur pengamatan, dan guru dan siswa perlu memahami apa yang hendak dicatat, direkam, atau sejenisnya. 23 b. Menanya Selama kegiatan pembelajaran berlangsung guru membuka kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud No 81A tahun 2013, adalah “mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau perrtanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati”. Guru perlu membimbing siswa untuk dapat mengajukan pertanyaan karena melalui kegiatan bertanya rasa ingin tahu dapat dikembangkan dan siswa akan semakin terlatih serta dapat mengembangkan krativitas siswa. 1. Fungsi bertanya a. Membangkitkan rasa ingin tahu, minat dan perhatian siswa tentang suatu tema atau topik pembelajaran. b. Mondorong dan menginspirasi siswa untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari untuk dirinya sendiri. c. Mendiagnosis kesulitan belajar siswa sekaligus menyampaikan rancangan untuk mencari solusinya. d. Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan. e. Membangkitkan keterampilan siswa dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar. f. Mendorong partisipasi siswa dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik kesimpulan. g. Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial. 24 h. Membiasakan siswa berpikir spontan dan cepat, serta sikap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul. i. Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain. 2. Kriteria pertanyaan yang baik Kriteria pertanyaan yang baik diantaranya: singkat padat dan jelas, mengisnspirasi jawaban, memiliki fokus, bersifat probing atau divergen, serta bersifat validatif atau penguatan. 3. Tingkatan pertanyaan Pertanyaan guru yang baik dan benar menginspirasi peserta didik untuk memberikan jawaban yang baik dan benar pula. Guru harus memahami kualitas pertanyaan, sehingga menggambarkan tingkatan kognitif siswa. c. Menalar Menalar dalam konteks pembelajaran pada kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Menalar adalah aktivitas mental khusus dalam melakukan inferensi. Inferesnsi adalah menarik kesimpulan berdasarkan pendapat, data, fakta atau informasi, Ridwan Abdullah Sani 2014: 66. Upaya untuk melatih siswa dalam melakukan penalaran dapat dilakukan dengan meminta mereka untuk menganalisis data yang telah diperoleh sehingga mereka dapat menemukan hubungan antar konsep. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta- kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada 25 Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar. Dari perspektif psikologi, asosiasi merujuk pada koneksi antara entitas konseptual atau mental sebagai hasil dari kesamaan antara pikiran atau kedekatan dalam ruang dan waktu. Dalam menalar siswa dapat mengambil hikmah dari sikap dan pengetahuan yang didapat dari proses belajarnya. Kegiatan menalar yang baik dapat dilakukan dengan cara memberi tugas kepada siswa untuk mencari informasi yang berbeda tentang konsep yang dipelajari kemudian menarik kesimpulan. Kegiatan menalar pada anak sekolah dasar membutuhan bmbingan dari guru. d. Mencoba Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, siswa harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi yang sesuai. Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Agar pelaksanaan 26 percobaan dapat berjalan maka guru hendak merumuskan tujuan eksperimen sampai pelaksanaan eksperimen. Kegiatan mencoba dapat dengan melakukan eksperimen tentang suatu topik. Untuk teknik pelaksanaannya, siswa bisa dibagi dalam beberapa kelompok kecil dan minta setiap kelompok untuk mempersiapkan sendiri alat dan bahan percobaan. Sebelum melakukan eksperimen siswa diminta membuat sebah hipotesis atau jawaban sementara tentang apa yang akan terjadi setelah eksperimen. Kegiatan mencoba yang baik harus melibatkan semua siswa dalam satu kelompok. Jika eksperimen yang dilakukan mudah dilaksanakan setiap siswa dapat diminta bereksperimen. e. Mengkomunikasikan Kegiatan mengkomunikasikan dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapakan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan berbahasa yang baik dan benar. Kegiatan mengkomunikasikan yang baik dapat dilihat dari informasi yang diperoleh dari seluruh rangkaian pembelajaran, dari kegiatan mengamati, mencoba tentang konsep yang dipelajari. Jika memungkinkan setiap siswa diminta untuk mengkomunikasikan konsep yang telah dipelajari melalui sebuah tulisan atau disampaikan secara lisan. 27

D. Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Tematik