Usulan Rancangan Perbaikan Metode Kerja dan Alat Bantu pada Bagian Pengisian Bantal di CV. Wolken

(1)

DI CV. WOLKEN

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

Komanri Arisandi Sianipar 11 0 4 2 3 0 02

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N


(2)

(3)

(4)

1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas sarjana ini.

Tugas sarjana ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana teknik di Departemen Teknik Industri, khususnya program studi ekstensi strata satu, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul untuk tugas sarjana ini adalah “Usulan Rancangan Perbaikan Metode Kerja dan Alat Bantu pada Bagian Pengisian Bantal di CV. Wolken”.

Sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan, maka penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan tugas sarjana ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan masukan yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan tugas sarjana ini. Semoga tugas sarjana ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, perpustakaan Universitas Sumatera Utara, dan pembaca lainnya.

Medan, September 2015


(5)

UCAPAN TERIMAKASIH

Syukur dan terimakasih penulis ucapkan yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untukmerasakan dan mengikuti pendidikan di Departemen Teknik Industri USU sertatelah membimbing penulis selama masa kuliah dan penulisan laporan tugas sarjana ini.

Dalam penulisan tugas sarjana ini penulis telah mendapatkan bimbingandan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materil, spiritual, informasi maupunadministrasi. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasihkepada:

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT. selaku Ketua Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi izin pelaksanaan Tugas Sarjana ini.

2. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi izin pelaksanaan Tugas Sarjana.

3. Ibu Ir. Dini Wahyuni, MT selaku Dosen Pembimbing I atas waktu, bimbingan, pengarahan, danmasukan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

4. Ibu Khalida Syahputri, ST, MT selaku Dosen Pembimbing II atas waktu, bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.


(6)

1

5. Ibunda M. Simare-mare yang tiada hentinya mendukung penulis baik secara moril maupun materil sehingga laporan ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari tidak dapat membalas segala kebaikan dan kasih sayang dari keduanya, oleh karena itu izinkanlah penulis memberikan karya ini sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada Ibunda tercinta.

6. Kakak tercintaNora Sianipar, abang tercinta Gokcan Sianiparyang selalu membantu dan mendukung penulis untuk secepatnya menyelesaikan laporan ini.

7. Bapak Bolas Lumbanbatu selaku pemilik usaha yang telah mengizinkan serta membantu penulis melakukan penelitian dan membantu penulis dalam pengumpulan data.

8. Staf pegawai Teknik Industri, Bang Ridho, Bang Mijo, Kak Dina, Bang Nurmansyah, Kak Rahma dan Ibu Ani, terimakasih atas bantuannya dalam masalah administrasi untuk melaksanakan tugas sarjana ini.

9. Seluruh teman-teman ekstensi 2011 dan 2012, terimakasih atas dukungan dan kerjasamanya.

10. Dan seluruh pihak yang telah membantu penulis yang tidak mungkin disebutkan satu per satu, hanya Tuhan Yang Maha Esa yang dapat membalas kalian semua, Amin.


(7)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

ABSTRAK ... xi

I PENDAHULUAN ... .... I1 1.1 Latar Belakang PermasalahaI-1

1.2 Perumusan Masalah... ..I-3

1.3 Tujuan Penelitian ... I-4 1.4 Manfaat Penelitian... I-4 1.4 Batasan dan Asumsi Masalah ... I-5

1.5Sistematika Penulisan Laporan I-5

II LANDASAN TEORI ... II1 2.1 Sejarah Perusahaan ... II-1


(8)

1

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

2.2 Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2 2.3 Lokasi Perusahaan ... II-3 2.4 Organisasi dan Manajemen Perusahaan ... II-3 2.4.1Struktur Organisasi Perusahaan ... II-3 2.4.2 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-5 2.5 Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja...II-7

2.5.1 Jumlah Tenaga Kerja ... II-7 2.5.2 Jam Kerja ... II-8 2.6 Proses Produksi……….II-8

2.6.1Bahan yang Digunakan……….II-8

2.6.1.1 Bahan Baku... II-8 2.6.1.2 Bahan Tambahan………II-9

2.6.2 Uraian Proses Produksi………..II-9

2.7 Mesin ………II-10

III LANDASAN TEORIIII-1

3.1 Ergonomi………III-1 3.2Postur Kerja……….III-2

3.3 Nordic Body Map(NBM)……….III-4


(9)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

3.5 Beban Kerja………III-12

3.5.1Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja ... III-12 3.6 Antropometri ……….III-14

3.6.1Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengukuran

Antropometri ... III-15 3.6.2Prinsip-prinsip Penggunaan Data Antropometri ... III-16 3.6.3Dimensi Tubuh Pengukuran Data Antropometri ... III-18 3.6.4Aplikasi Distribusi Normal dalam Penetapan Data

Antropometri ... III-21 3.6.5Aplikasi Antropometri dalam Perancangan Produk ... III-22 3.6.6Uji Keseragaman Data ... III-25 3.6.7Uji Kecukupan Data ... III-27 3.6.4Uji Distribusi Normal dengan Kolomogorov-Smirnov

Test ... III-28

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian………IV-1

4.2 Objek Penelitian………IV-1 4.3 Jenis Penelitian……….IV-1 4.4 Populasi dan Sampel……….IV-1


(10)

1

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

4.5 Kerangka Berpikir………..IV-1 4.6 Instrumen Penelitian………IV-2 4.7 Metode Penelitian………..IV-3 4.8 Metode Pengumpulan Data………..IV-3 4.9 Metode Pengolahan Data...IV-4

4.10 Analisis Pemecahan Masalah... IV-4

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1 5.1 Pengumpulan Data... ...V-1

5.1.1Uraian Proses Kerja Aktual ... V-1 5.1.2 Data Standard Nordic Questionnaire (SNQ) ... V-6 5.1.3 Data Postur Kerja Operator Bagian Pengisian Bantal ... V-9 5.1.4 Data Waktu Pengisian Bantal ... V-11 5.1.5 Data Kerja Fasilitas Aktual ... V-11 5.1.6Data Antropometri ... V-12 5.2 Pengolahan Data V-15

5.2.1Keluhan Operator Berdasarkan Kuisioner SNQ ... V-15 5.2.2 Penentuan Level Tindakan Postur Kerja dengan metode


(11)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

5.2.3 Perhitungan Data Antropometri Tubuh Operator ... V-21 5.2.3.1 Perhitungan Rata-rata, standar Devisiasi, Nilai

Maksimum dan Minimum ... V-22 5.2.3.2 Perhitungan Rata-rata ... V-23 5.2.3.3 Perhitungan Standar Devisiasi ... V-23 5.2.3.4 Perhitungan Nilai Maksimum dan Minimum .... V-24 5.2.3.5 Uji Keseragaman Data Antropometri... V-25 5.2.3.6 Uji Kecukupan Data ... V-29 5.2.3.7 Uji Kenormalan Data dengan Kolmogorov-

Smirnov ... V-30 5.2.3.8 Perhitungan Persentil ... V-31

VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ... VI-1 6.1 Analisis Kondisi Kerja Aktual………VI-1

6.1.1 Analisis Keluhan Musculoskeletal Disorders

Berdasarkan SNQ ... VI-1 6.1.2 Analisis dan Evaluasi Postur Kerja Operator dengan

REBA ... VI-2 6.2 Pemecahan Masalah………VI-4


(12)

1

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

6.4 Analisis Postur Kerja Berdasarkan Prosedur Kerja UsulanVI-14

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1 7.1 KesimpulanVII-1

7.2 SaranVII-2


(13)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1 Hasil Produksi pada UKM Wolken ... II-2 2.2 Tenaga Kerja di CV. Wolken ... II-7 2.3 Daftar Mesin yang Digunakan ... II-10 3.1 Pemilihan Sikap Kerja Terhadap Jenis Pekerjaan yang Berbeda ... III-4 3.2 Penilaian Batang Tubuh (Trunk) ... III-7 3.3 Penilaian Leher (Neck) ... III-8 3.4 Penilaian Kaki (Legs) ... III-8 3.5 Penilaian Beban (Load)... III-9 3.6 Penilaian lengan Atas (Upper Arm) ... III-9 3.7 Skor Lengan Bawah ... III-10 3.8 Skor Pergelangan Tangan (Wrist) ... III-10 3.9 Coupling ... III-11 3.10 Skor Aktifitas ... III-11 3.11 Tingkat Tindakan REBA ... III-11 3.12 Persentil dan Cara Perhitungan Dalam Distribusi Normal ... III-22 5.1 Pembagian Operator Stasiun Pengisian Bantal ... V-1 5.2 Kegiatan Operator Pengisian Bantal yang Diamati ... V-10 5.3 Waktu Pengisian Bantal ... V-11 5.4 Dimensi Tubuh Operator ... V-13 5.5 Data Dimensi Tubuh Mahasiswa ... V-13


(14)

1

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.6 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Postur Kerja ... V-20 5.7 Data Dimensi Tubuh ... V-21 5.8 Hasil Pengukuran dengan X, σ, Xmin dan Xmaks ... V-24

5.9 Uji Keseragaman Data ... V-26 5.10 Uji Keseragaman Data ... V-27 5.11 Uji Keseragaman Data ... V-28 5.12 Uji Kecukupan Data ... V-30 5.13 Uji Kenormalan Data dengan Kolmogorov-Smirnov ... V-31 5.14 Perhitungan Persentil 5, 50 dan 95 untuk Seluruh Dimensi

Antropometri ... V-33 6.1 Hasil Penilaian Postur Kerja Aktual dengan Metode REBA ... VI-2 6.2 Percobaan Penampungan Dacron ... VI-7 6.3 Perbandingan Metode Kerja Aktual dengan Metode Kerja Usulan. VI-13 6.4 Hasil Penilaian Postur Kerja dengan Metode REBA Setelah


(15)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1 Struktur Organisasi CV. Wolken ... II-4 2.2 Bahan Baku Utama Penghasil Bantal ... II-9 3.1 Peta Tubuh ... III-5 3.2 Postur Batang Tubuh (Trunk) ... III-7 3.3 Postur Tubuh Bagian Leher (Neck) ... III-8 3.4 Postur Tubuh Bagian Kaki (Legs)... III-8 3.5 Ukuran Beban ... III-9 3.6 Postur Tubuh Bagian Lengan Atas (Upper Arm) ... III-9 3.7 Postur Lengan Bawah ... III-10 3.8 Postur Pergelangan Tangan ... III-10 3.9 Antropometri untuk Perancangan Produk ... III-19 3.10 Kurva Distribusi Normal dengan Persentil 95-th... III-21 4.1 Kerangka Berpikir Penelitian ... IV-2 4.2 Block Diagram Penelitian ... IV-5 5.1 Layout Kegiatan Pengisian Bantal ... V-2 5.2 Dacron Kasar dan Dacron Halus ... V-3 5.3 Operator Mengembangkan Dacron ... V-3 5.4 Operator Memasukan Dacron ke dalam Mesin Pencacah ... V-4 5.5 Operator Mengumpulkan Dacron yang Keluar dari Mesin


(16)

1

DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)

GAMBAR HALAMAN

5.6 Operator Mengantar Dacron ke Tempat Pengisian Bantal ... V-5 5.7 Pengisian Dacron ke Sarung bantal ... V-5 5.8 Keluhan Operator 1 ... V-7 5.9 Keluhan Operator 2 ... V-8 5.10 Mesin Pencacah Dacron ... V-11 5.11 Dimensi Mesin Pencacah Dacron ... V-12 5.12 Operator Mengambil Dacron yang Berserakan di Dinding Area

Kerja Pencacahan (Kanan) ... V- 17 5.13 Operator Mengambil Dacron yang Berserakan di Dinding Area

Kerja Pencacahan (Kiri) ... V- 19 5.14 Peta Kontrol Dimensi Diameter Genggaman (DG) ... V-26 5.15 Peta Kontrol Revisi I untuk Diameter Genggaman (DG) ... V-27 5.16 Peta Kontrol Revisi II untuk Diameter Genggaman (DG) ... V-28 6.1 Tempat Pengeluaran Dacron dari Mesin Pencacah ... VI-4 6.2 Penampung Dacron ... VI-5 6.3 Dimensi Penampung Dacron ... VI-6 6.4 Garpu Menjangkau Dacron ... VI-8 6.5 Dimensi Garpu Menjangkau Dacron ... VI-8 6.6 Fasilitas Kerja Usulan ... VI-9 6.7 Aktivitas Kerja Setelah Rancangan...VI-12


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Kuesioner SNQ ... L-1 2. Penilaian Postur Kerja Aktual ... L-2 3. Penilaian Postur Kerja Usulan ... L-3 4. Perhitungan Persentil ... L-4 5. Form Tugas Akhir... L-5 6. Surat Penjajakan... L-6 7. Surat Balasan ... L-7 8. Surat Keputusan Tugas Akhir ... L-8 9. Lembar Asistensi ... L-9


(18)

1

CV. Wolken merupakan salah satu industri kecil yang bergerak di bidang pembuatan bantal. Kondisi yang terjadi pada bagian pengisian bantal adalah fasilitas kerja dan postur kerjatubuh yang kurang ergonomis. Pekerja mengalami keluhan rasa sakit pada beberapa bagian tubuh. Keluhan dirasakan operatorsaat mengumpulkan dacron yang berserakan di lantai. Operator menyeret dacron ke tempat pengisian bantal dan operator mengisi dacron ke sarung bantal dalam posisi duduk di lantai. Metode REBA berfungsi untuk melihat level resiko pekerjaan berdasarkan postur kerja. Pada saat operator memasukan dacron ke sarung bantal memiliki level resiko tinggi dengan kategori perlu tindakan secepatnya. SNQ digunakan untuk mengetahui bagian tubuh yang mengalami keluhan. Bagian tubuh mengalami keluhan sangat sakit pada bahu, tangan, pinggang dan kaki. Data antropometri dan dimensi mesin digunakan sebagai pedoman perancangan fasilitas kerja usulan agar sesuai dengan postur tubuh pekerja. Hasil penelitian berupa rancangan fasilitas kerja yaitu wadah penutup pada tempat pengeluaran dacron, tempat penampung dacron dan garpu yang disesuaikan dengan dimensi tubuh dan dimensi mesin sehingga apabila diimplementasikan diharapkan dapat menghilangkan keluhan sakit yang dirasakan oleh operator.


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.LatarBelakang Permasalahan

Kegiatan produksi merupakan integrasi dari tenaga kerja, bahan baku, metode kerja, modal, mesin dan peralatan dalam suatu lingkungan untuk menghasilkan nilai tambah bagi produk sehingga dapat dijual dengan harga kompetitif di pasaran. Postur kerja adalah sikap tubuh pekerja saat melaksanakan aktivitas kerja. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumberpadaposisikerja operator yang kurang nyaman,

peralatanataupunfasilitaskerja yang kurangmemadaisehinggamenimbulkanmetodekerja yang kurangbaik,

efektifdanefisien.(Tarwaka, dkk. 2004).Postur kerja yang tidak baik bila berlangsung terus menerus dapat menyebabkan keluhan pada bagian-bagian tubuh tertentu maupun menimbulkan penyakit.

CV. Wolken adalah sebuah UKM yang bergerakdibidangproduksi bantal, sprei, bedcover, kasurlipat, danperlengkapantidurbayi.Bahanbaku yang

digunakanialahdacronkasardanhalus. Proses produksiterdiridarielemenpencacahandacron, menimbangdacron,

memasukandacronkedalam

sarungbantaldandijahitpadastasiunpenjahitan.Padaproses

produksiditemukanadanyaaktivitas pencacahan dacron dan aktivitas pengisian bantal yang perlu diperbaiki. Dacron yang dimasukan ke dalam mesin pencacah


(20)

1

berbentuk lembaran padat. Mesin pencacah berfungsi membuat dacron berukuran lebih kecil, sehingga dacron yang keluar dari mesin berupa dacron halus yang siap untuk diisikan ke dalam sarung bantal. Dacron yang keluar dari mesin pencacah langsung jatuh berserakan di lantai atau pun menempel di dinding area pencacahan. Tidak ada alat penampung atau alat pengumpul dacron tersebut pekerja mengumpulkan dacron yang berserakan tersebut menggunakan sapu.

Aktivitaskerjayang berlangsungselama lebih kurang 7 jam kerja/hari dan berulang-ulang tanpadisadarikurangmemperhatikan faktor kenyamanan karena tidakadanyafasilitas kerja dan postur kerja yang baik.Posturkerja pada proses pengisian bantal dilakukandengankondisi mengumpulkan dacron yang berserakan di lantai dan menempel di dinding serta pada saat memasukan dacron ke sarung bantal dengan posisi duduk di lantai dantangan menjangkau dacron tanpa alat bantu. Kondisiini menyebabkan gejala pada operator sehingga tubuh mengalami kesemutan pada kaki, pegal-pegal pada tangan, pinggang

dancepatmerasalelahdisebabkan tidakadanyafasilitaskerja yang ergonomisdansikapkerja yang salahmenimbulkankeluhan rasa sakit dan

berpengaruh pada hasil produktivitas kerja operator.

Penelitian tentang postur kerja pernah dilakukan Risky Hidayat, (2013) di perkebunan sawit dan karet. Penelitian difokuskan pada permasalahan pengangkutan TBS (tandan buah segar) kelapa sawit menggunakan angkong. Proses kerja pengangkutan dilakukan secara tidak ergonomis yang berpotensi menimbulkan keluhan musculoskeletal (MSDs). Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dan pemecahan masalah antara lain SNQ, REBA, dan


(21)

pendekatan anthropometri. Hasil penelitian berupa rancangan fasilitas kerja yaitu alat pengangkut TBS yang disesuaikan dengan dimensi tubuh sehingga apabila diimplementasikan diharapkan dapat menghilangkan keluhan sakit yang dirasakan oleh pekerja.

Penelitian sejenis pernah dilakukan Michael Hasibuan, (2014) di industri kecil yang bergerak di bidang pembuatan kerupuk putih. Kondisi yang terjadi pada stasiun penjemuran adalah fasilitas kerja yang tidak ergonomis dan postur tubuh pekerja yang statis. Pekerja mengalami keluhan rasa sakit pada beberapa bagian tubuhnya, karena sikap kerja dan fasilitas kerja yang tidak memadai. Metode REBA digunakan untuk menilai postur pada pekerja. Analisis dari lembar kerja REBA menunjukkan tingkat resiko tinggi yang dialami pekerja pada saat kegiatan produksi berlangsung di stasiun penjemuran. Hasil penelitian berupa rancangan fasilitas kerja yaitu meja dan kursi yang disesuaikan dengan dimensi tubuh sehingga apabila diimplementasikan diharapkan dapat menghilangkan keluhan sakit yang dirasakan oleh pekerja.

Dari gambaran di atas perlu dilakukan evaluasi postur kerja operator danfasilitaskerja di CV. Wolken yang akan digunakan untuk mendapatkan metode kerja yang lebih ergonomis.

1.2. PerumusanMasalah

Berdasarkanuraiandiatasmakarumusanmasalah yang dihadapiadalahadanyakeluhanmusculoskeletal operator sehinggaperluadanya


(22)

1

1.3.TujuanPenelitian

Tujuan umum penelitian adalah mendapatkan rancangan fasilitas kerja yang ergonomis pada bagian pengisian bantal.

Tujuan khusus penelitian adalah:

1. Mengidentifikasi keluhan musculoskeletal yang dirasakan oleh operator pada saat bekerja.

2. Menganalisa postur kerja operator dengan metode REBA(Rapid Entire Body Assesment).

3. Mengukur dimensi tubuh (antropometri) sebagai dasar perancangan fasilitas kerja.

4. Merancang fasilitas kerja berupa alat bantu untuk mereduksi keluhan

musculoskeletal operator dan mendapatkan metode kerja yang lebih ergonomis.

1.4.ManfaatPenelitian

Manfaat daripenelitian yang dilakukanadalah:

a. Penelitian ini bermanfaat bagi mahasiswa untuk memberikan pengalaman dalam menerapkan teori-teoridalam bidang Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja, khususnya dalam penilaian postur kerja dan perancangan fasilitas kerja berdasarkan dimensi dan prinsip antropometri yang telah didapat di perguruan tinggi ke dalam lingkungan industri secara nyata.


(23)

b. Menjadipertimbangan bagi perusahaan untuk menggunakan fasilitas kerja yang ergonomis dalam usaha untuk mereduksi keluhan muskoloskeletal. c. Mempererat kerjasama antara perusahaan dengan Departemen Teknik

Industri, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

1.5.BatasandanAsumsiMasalah

Batasanmasalahdaripenelitianiniadalah:

1. Penelitianhanyadilakukan di stasiunpengisianbantaldanpencacahan.

2. Pengukuranhanyadilakukanpada operator yang bertugaspada pengisianbantal. 3. Metode yang digunakandalampenilaianposturkerjaadalahmetodeREBA (Rapid

Entire Body Assesment).

4. Hasil perancangan fasilitas dilakukan tanpa mempertimbangkan faktor biaya yang dikeluarkan untuk implementasi usulan ergonomi yang diberikan.

Asumsi yang digunakanpadapenelitianiniadalah: 1. Pekerja berada dalam kondisi sehat.

2. Operator tidakmengalamipergantianselamapenelitian.

3. Instrumen yang

digunakandalampenelitianiniberadapadakondisibaikdansesuaistandar. 4. Prosedurkerjatidakmengalamiperubahanselamapenelitianberlangsung.

1.6.SistematikaPenulisanLaporan

Sistematika yang digunakan dalam penulisan laporan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :


(24)

1

BAB I PENDAHULUANmenguraikan latar belakang permasalahan mengenai ketidaknyamanan operator pada stasiun pengisian bantal di CV. Wolken, rumusan permasalahan yang terjadi, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan, serta sistematika penulisan tugas akhir.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAANG berisi mengenai sejarah perusahaan, kegiatan operasional perusahaan, visi misi perusahaan, struktur organisasi, deskripsi tugas dan tanggung jawab pekerja CV. Wolken.

BAB IIILANDASAN TEORI menguraikan mengenai tinjauan pustaka sebagai landasan utama dalam melakukan analisa dan pembahasan penelitian yang berisi teori-teori Ergonomi, Postur Kerja, Nordic Body Map (SNQ), REBA (Rapid Entire Body Assesment), Beban Kerja dan Antropometri.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATAberisi tentang pengumpulan data, yaitu data keluhan muscoluskeletal dengan menggunakan SNQ, data penilaian elemen gerakan kerja dengan menggunakan metode REBA dan dimensi antropometri. Sedangkan pengolahan data yang dilakukan adalah identifikasi keluhan muscoluskeletal dengan menggunakan SNQ, penentuan level tindakan postur kerja dengan metode REBA, dan perhitungan persentil data antropometri untuk merancang perbaikan fasilitas kerja.

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAHdiuraikan mengenai analisis SNQ, postur kerja, antropometri dan pembahasan rancangan alat bantu untuk mereduksi risiko muscoluskeletal.


(25)

BAB VIKESIMPULAN DAN SARANberisi rangkuman hasil yang didapat dari penelitian dan saran-saran yang dapat diberikan kepada pihak perusahaan.


(26)

1

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan

CV.WOLKEN yang beralamat di Jl. Sempurna Ujung - Medan berdiri pada bulan Juni tahun 2010 yang diprakarsai oleh Bapak Bolas Lumbanbatu dengan modal usaha dibantu oleh 2 orang saudaranya sehingga terbentuklah usaha keluarga yang dipimpin oleh Bapak Bolas Lumbanbatu. UKM ini bergerak dibidang produksi bantal.

Awalnya usaha yang didirikan oleh bapak Bolas Lumbanbatu memproduksi bantal tidur jenis biasa dengan tenaga kerja sebanyak 6 orang. Mulanya bapak Bolas Lumbanbatu memperkenalkan hasil produk usahanya ke kerabat-kerabat terdekat dan toko-toko perlengkapan alat tidur. Seiring dengan semakin berkembangnya pesanan yang diterima bapak Bolas Lumbanbatu, pada tahun 2012 usahanya tidak hanya memproduksi bantal biasa, tetapi juga memproduksi perlengkapan tidur seperti bed cover dan sprei serta kasur lipat dan perlengkapan tidur bayi sejak tahun 2013. Banyak motif dan model produk yang bisa dipilih menurut kesukaan konsumen.

Tenaga kerja yang dibutuhkan pun ditambah hingga berjumlah 18 orang untuk meningkatkan hasil produksi dan menyelesaikan pesanan yang semakin meningkat. Pemasaran yang dituju pun semakin meluas tidak hanya ke kerabat dan toko-toko tetapi juga telah meluas sampai ke plaza-plaza dan pasar-pasar


(27)

tradisional. Daerah pemasaran dari awalnya sekitar kota Medan sekarang meluas hingga ke luar kota seperti ke Aceh, Pekanbaru, Jambi, Riau dan Padang.

2.2 Ruang Lingkup Bidang Usaha

Ruang lingkup bidang usaha CV. Wolken adalah memproduksi bantal, sprei, bedcover, kasurlipat, danperlengkapantidurbayi.CV. Wolkken menggunakan sistem make to order dimana perusahaan berproduksi sesuai dengan pesanan.Produk yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Hasil Produksi pada CV. Wolken

NO NAMA BARANG UKURAN (CM)

1 Bantal stern 48 X 68

2 Guling stern 35 X 82

3 Bantal wolken 50 X 70

4 Guling wolken 35 X 85

5 Bantal silikon 50 X 70

6 Guling silikon 35 X 85

7 Bantal diva 50 X 70

8 Guling diva 35 X 85

9 Bantal cinta 50 X 100

Pada dasarnya, barang yang dihasilkan adalah barang-barang yang dibutuhkan di dalam rumah tangga. Maka dari itu barang-barang ini dipasarkan ke


(28)

1

toko-toko perabot rumah tangga, ke pasar-pasar tradisional dan langsung ke pemakai.

2.3 Lokasi Perusahaan

Lokasi CV. Wolkendi Jl. Sempurna Ujung - Medan. Lokasi tersebut sangat strategis dan mudah dijangkau. Didirikannya perusahaan ini terletak berdampingan dengan rumah pemilik usaha dengan luas tanah ± 400 m2.

2.4 Organisasi dan Manajemen Perusahaan

2.4.1 Struktur Organisasi Perusahaan

Dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, maka struktur organisasi yang digunakan oleh CV. Wolken adalah fungsional. Dalam menjalankan struktur organisasinya ada pembagian tugas yang jelas antara pimpinan, staf dan pelaksana dalam melakukan pengambilan keputusan lebih mudah dicapai karena staf yang ahli dalam bidangnya yang dapat memberi nasehat dan mengerjakan perencanaan yang teliti, koordinasi dapat dengan mudah dikerjakan karena sudah ada pembidangan masing-masing.


(29)

PEMEGANG SAHAM

DIREKTUR

STAF PENGEPAKAN STAF PEMASARAN

KELALA BAGIAN PRODUKSI KEPALA BAGIAN

PEMASARAN KEPALA BAGIAN

PEMBUKUAN

STAF PRODUKSI BAHAN BAKU STAF PENJAHITAN

STAF GUDANG STAF PENGIRIMAN

BARANG


(30)

III-30 2.4.2Uraian Tugas dan Tanggung jawab

Manajemen suatu organisasi membutuhkan orang-orang yang memegang jabatan tertentu dalam organisasi, dimana setiap bagian akan melaksanakan tugasnya masing-masing. Wewenang dan tanggung jawab untuk masing-masing : 1. Pemegang Saham

a. Mengawasi jalannya usaha baik secara pembukuan ataupun aktifitas b. Memberikan kritik dan saran terhadap pekerjaan dibidang usaha tersebut

yang bersifat membangun 2. Pemimipin usaha (Direktur)

a. Mengawasi jalannya usaha

b. Membagi tugas masing-masing pekerja

c. Membuat laporan keuangan bulanan, semester dan tahunan d. Mengadakan briefing kepada pekerja

e. Bertanggung jawab atas segala kerusakan peralatan

f. Bertanggung jawab dalam pengeluaran bulanan seperti tagihan listrik dan sewa tempat

g. Bertanggung jawab untuk memberikan/membayarkan gaji operator 3. Kepala Bagian Pembukuan

a. Membuat laporan daftar pelanggan

b. Membuat laporan barang-barang yang telah siap dipasarkan dan mempertanggungjawabkan apabila ada konsumen yang membayar dengan menggunakan sistem kredit


(31)

c. Membuat laporan jumlah bahan baku yang tersedia dan jumlah barang yanga masih didalam gudang

4. Kepala Bagian Pemasaran (Marketing)

a. Mendata semua konsumen yang menggunakan produk UKM tersebut b. Mencari konsumen sebanyak-banyaknya untuk mempergunakan produk

UKM tersebut

c. Mencaritahu tingkat keinginan pasar, agar diperoleh keuntungan yang maksimal

5. Kepala Bagian Produksi

a. Mengawasi kelancaran pekerjaan dalam bidang produksi

b. Mendata bahan baku yang telah digunakana dan mendata bahan baku yang masih tersimpan didalam gudang

c. Merancang produk-produk yang lebih menarik sehingga memperoleh keuntungan yang meningkat.

6. Staf Pengiriman Barang

a. Mengantar semua hasil produksi ke toko konsumen b. Mendata, apabila konsumen memesan benda secara kredit 7. Staf Gudang

a. Mendata semua stok barang hasil produksi, dan bahan baku yang masih disimpan didalam gudang

b. Memberitahukan kepada kepala pembukuan, apabila ada kekurangan bahan baku


(32)

III-32

8. Staf Pemasaran

a. Memasarkan produk hasil perusahaan 9. Staf Penjahitan

a. Menjahit sarung bantal, kantongan bantal dan sprei 10. Staf Pengepakan

a. Memasukkan bahan baku (dacron) ke dalam kantongan bantal

b. Menyusun, memasukkan bantal ke dalam plastik pembungkus agar dapat langsung didistribusikan ke pasar

11.Staf Produksi Bahan Baku

a. Mencampurkan dacron kasar dan halus b. Menggiling hasil campuran dacron

2.5 Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja

2.5.1 Jumlah Tenaga Kerja

Dalam menjalankan tugasnya, CV. Wolken mempekerjakan tenaga kerja langsung. Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang bekerja di CV. Wolken. Jumlah tenaga kerja pada CV. Wolken adalah 18 orang. Alokasi tenaga kerja di CV. Wolken dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Tenaga Kerja di CV. Wolken

Bagian Jumlah

Administrasi 1

Pencacah 2


(33)

Tabel 2.2 Tenaga Kerja di CV. Wolken (lanjutan)

Bagian Jumlah

Penjahitan 5

Pengepresan 2

Packing 2

Driver/Ekspedisi 4

2.5.2 Jam Kerja

Usaha bantal dan perlengkapan tidur CV. Wolkenberoperasi pukul 08.00 hingga 16.00 WIB lebih kurang 8 jam sehari selama 6 hari kerja dari senin sampai sabtu, hanya libur pada hari-hari besar. Akan tetapi, waktu operasi perusahaan ini bisa saja berubah, tergantung barang yang sudah dipesan konsumen / barang yang akan di supply.

2.6 Proses Produksi

Produksi adalah suatu aktivitas penciptaan nilai tambah dari input menjadi

output secara efektif dan efisien sehingga produk sebagai output dari proses penciptaan nilai tambah dapat dijual dengan harga yang kompetitif di pasar.

2.6.1Bahan yang Digunakan 2.6.1.1 Bahan Baku

Bahanbakuadalahbahanutamayangdigunakandalampembuatanproduk yang terlibat langsung dalam proses produksi hingga manjadi produk jadi dimana sifat


(34)

III-34

dan bentuk bahan tersebut akan mengalami perubahan. Bahan baku utama yang digunakan dalam proses produksi di CV. Wolkenadalahsebagaiberikut:

1.DacronKasar 2. DacronHalus

3. Padding (dacronlembaran)

(a) (b)

Gambar 2.2 Bahan Baku Utama Penghasil Bantal (a) DacronKasar (b) DacronHalus

2.6.1.2 Bahan Tambahan

Sedangkan untuk bahan baku pembantu adalah :

1 Kain untuk digunakan sebagai sarung bantal, sprei, bed cover.

2 Kain yang digunakan sebagai kantongan penampung dacrondan benang.

2.6.2 Uraian Proses Produksi

Tahap-tahap pembuatan bantal adalah sebagai berikut :

1. Bahan baku utama yaitu dacronhalus dan kasar dicampurkan, lalu dimasukkan ke dalam mesin penggiling agar menyatu dan mengembang.


(35)

2. Hasil dari dacronyang sudah digiling dipindahkan ke bagian pemasukkan dacronke dalam sarung bantal.

3. Setelah dacrondimasukkan kedalam sarung bantal dan ditimbang, bantal dijahit.

4. Bantal yang sudah dijahit, selanjutnya dimasukkan ke dalam plastik pembungkus, selanjutnya dilakukan pengepakan.

5. Setelah semua pengepakan telah selesai, bantal-bantal siap dipasarkan.

2.7 Mesin

Mesin yang digunakan dalam sistem produksi bantal dan perlengkapan tidur dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Daftar Mesin yang Digunakan

Fasilitas Mesin Jumlah

Mesin Jahit 12

Mesin Obras 2

Mesin Gulung 2

Mesin Pencacah 2


(36)

III-36

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Ergonomi

Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja, sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman, sehat, nyaman dan efisien1

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.

. Adapun tujuan ergonomi adalah sebagai berikut:

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengolah dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial, baik selama waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif lagi.

3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis, ekonomis, antropologis, dan budaya dari setiap sistem kerja dan kualitas hidup yang tinggi.

1


(37)

3.2 Postur Kerja

Posisi tubuh dalam kerja sangat ditentukan oleh jenis pekerjaan yang dilakukan. Masing-masing posisi kerja mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap tubuh2

4. Objek yang dipegang tidak memerlukan tangan bekerja pada ketinggian . Bekerja dengan posisi duduk mempunyai keuntungan antara lain: 1. Pembebanan pada kaki

2. Pemakaian energi dapat dikurangi

3. Keperluan untuk sirkulasi darah dapat dikurangi

Namun demikian kerja dengan sikap duduk terlalu lama dapat menyebabkan otot perut melembek dan tulang belakang akan melengkung sehingga cepat lelah. Mengingat posisi duduk mempunyai keuntungan dan kerugian, maka untuk mendapatkan hasil kerja yang lebih baik tanpa pengaruh buruk pada tubuh, perlu dipertimbangkan pada jenis pekerjaan apa saja sesuai diterapkan posisi duduk. Untuk maksud tersebut, Pulat (1992) memberikan pertimbangan tentang pekerjaan yang paling baik dilakukan dengan posisi duduk. Pekerjaan tersebut antara lain:

1. Pekerjaan yang memerlukan kontrol dengan teliti pada kaki

2. Pekerjaan utama adalah menulis atau memerlukan ketelitian pada tangan 3. Tidak diperlukan tenaga dorong yang besar

lebih dari 15 cm dari landasan kerja

5. Diperlukan tingkat kestabilan tubuh yang tinggi 6. Pekerjaan dilakukan pada waktu yang lama

2

Eko Nurmianto, Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya,Edisi Kedua,(Surabaya: Guna Widya, 2004).


(38)

III-38

7. Seluruh objek yang dikerjakan atau disuplai masih dalam jangkauan dengan posisi duduk

Selain posisi kerja duduk, posisi berdiri juga banyak ditemukan di perusahaan. Seperti halnya posisi duduk, posisi kerja berdiri juga mempunyai keuntungan maupun kerugian. Menurut Sutalaksana (2000) bahwa sikap berdiri merupakan sikap siaga baik fisik maupun mental, sehingga aktivitas kerja yang dilakukan lebih cepat, kuat dan teliti. Pada dasarnya, berdiri lebih lelah daripada duduk dan energi yang dikeluarkan untuk berdiri lebih banyak 10-15% dibandingkan dengan duduk. Untuk meminimalkan pengaruh kelelahan dan keluhan subyektif maka pekerjaan harus didesain agar tidak terlalu banyak menjangkau, membungkuk, atau melakukan gerakan dengan posisi kepala yang tidak alamiah. Untuk maksud tersebut, diberikan pertimbangan tentang pekerjaan yang paling baik dilakukan dengan posisi berdiri antara lain:

1. Tidak tersedia tempat untuk kaki dan lutut

2. Harus memegang objek yang berat (lebih dari 4,5 kg) 3. Sering menjangkau ke atas, ke bawah dan ke samping. 5. Sering melakukan pekerjaan dengan menekan ke bawah 6. Memerlukan mobilitas tinggi

Dari posisi kerja duduk dan berdiri dicoba diambil keuntungan dengan mengkombinasikan desain stasiun kerja untuk posisi duduk dan berdiri. Kemudian disimpulkan bahwa pemilihan posisi kerja harus sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan seperti pada Tabel 3.1


(39)

Tabel 3.1 Pemilihan Sikap Kerja Terhadap Jenis Pekerjaan yang Berbeda

Jenis Pekerjaan Sikap Kerja yang Dipilih

Pilihan Pertama Pilihan Kedua

Mengangkat beban > 5kg Berdiri Duduk – Berdiri Bekerja di bawah tinggi siku Berdiri Duduk – Berdiri Menjangkau horizontal di luar

daerah jangkauan optimum Berdiri Duduk – Berdiri Pekerjaan ringan dengan

pergerakan berulang Duduk Duduk – Berdiri

Pekerjaan perlu ketelitian Duduk Duduk – Berdiri Inspeksi dan monitoring Duduk Duduk – Berdiri Sering berpindah-pindah Duduk – Berdiri Berdiri Sumber: Helander (1995:60). A Guide to the Ergomic of Manufacturing.

3.3 Nordic Body Map (NBM)

Nurliah(2012) menyatakan salah satu metode untuk mengetahui keluhan MSDs adalah dengan menggunakan kuesioner nordic body map (NBM). NBM adalah peta tubuh untuk mengetahui bagian otot yang mengalami keluhan dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan pekerja. NBM membagi tubuh menjadi nomor 0 sampai 27 dari leher hingga kaki yang akan mengestimasi tingkat keluhan MSDs yang dialami pekerja3

3

Nurliah, A, Analisis Risiko Muscoskeletal Disorders (MSDs) pada Operator Forklift di PT.LLI, 2012.

. NBM tidak dapat dijadikan diagnosa klinik karena bersifat subjektif karena berdasarkan persepsi responden, tidak berdasarkan diagnosa kesehatan. Gambar peta tubuh dapat dilihat seperti pada Gambar 2.1 berikut.


(40)

III-40

Gambar 3.1 Peta Tubuh Keterangan:

0. Sakit leher bagian atas 1. Sakit leher bagian bawah 2. Sakit bahu kiri

3. Sakit bahu kanan 4. Sakit lengan atas kiri 5. Sakit punggung

6. Sakit lengan atas kanan 7. Sakit pinggang

8. Sakit bokong 9. Sakit pantat 10.Sakit siku kiri 11.Sakit siku kanan

12.Sakit lengan bawah kiri 13.Sakit lengan bawah kanan 14.Sakit pergelangan tangan kiri 15.Sakit pergelangan tangan kanan 16.Sakit tangan kiri

17.Sakit tangan kanan 18.Sakit paha kiri 19.Sakit paha kanan 20.Sakit lutut kiri

21.Sakit lutut kanan 22.Sakit betis kiri 23.Sakit betis kanan

24.Sakit pergelangan kaki kiri 25.Sakit pergelangan kaki kanan 26.Sakit kaki kiri


(41)

V-1 3.4 REBA (Rapid Entire Body Assesment)

REBA merupakan suatu metode penilaian postur untuk menilai faktor resiko gangguan tubuh keseluruhan. Data yang dikumpulkan adalah data mengenai postur tubuh, kekuatan yang digunakan, jenis pergerakan atau aksi, pengulangan, dan pegangan. Skor akhir REBA dihasilkan untuk memberikan semua indikasi tingkat resiko dan tingkat keutamaan dari sebuah tindakan yang harus diambil4

1. Grup A, terdiri atas:

.Pada masing-masing tugas, menilai faktor postur tubuh dengan penilaian pada masing-masing grup yang terdiri atas dua grup, yaitu:

a. Batang tubuh (trunk) b. Leher (neck)

c. Kaki (legs) 2. Grup B, terdiri atas:

a. Lengan atas (upper arm) b. Lengan bawah (lower arm) c. Pergelangan tangan (wrist)

Pada masing-masing grup, diberikan suatu skala skor postur tubuh dan suatu pernyataan tambahan. Diberikan juga faktor beban atau kekuatan dan

coupling.

REBA dapat digunakan ketika penilaian postur kerja diperlukan dalam sebuah pekerjaan:

4

Stanton Neville,Handbook of Human Factors and Ergonomics Methods,(Florida: CNC Press, 2004)


(42)

V-42

1. Keseluruhan bagian badan digunakan.

2. Postur tubuh statis, dinamis, cepat berubah, atau tidak stabil.

3. Melakukan sebuah pembebanan seperti: mengangkat benda baik secara rutin ataupun sesekali.

4. Perubahan dari tempat kerja, peralatan, atau pelatihan pekerja sedang dilakukan dan diawasi sebelum atau sesudah perubahan.

Berikut ini adalah faktor-faktor yang dinilai pada metode REBA. 1. Grup A, terdiri dari :

a. Batang tubuh (trunk)

Gambar 3.2 Postur Batang Tubuh (Trunk)

Tabel 3.2 Penilaian Batang Tubuh (Trunk)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

Posisi normal 1

+1 jika batang tubuh berputar/bengkok/bungkuk 0 - 200 (ke depan dan belakang) 2

<-200 atau 20 - 600 3


(43)

b. Leher (neck)

Gambar 3.3 Postur Tubuh Bagian Leher (Neck)

Tabel 3.3 Penilaian Leher (Neck)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

0 - 200 1

+1 jika leher berputar/bengkok >200- ekstensi 2

c. Kaki (legs)

Gambar 3.4 Postur Tubuh Bagian Kaki (Legs)

Tabel 3.4 Penilaian Kaki (Legs)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

Posisi normal/seimbang

(berjalan/duduk) 1 +1 jika lutut antara 30-600 +2 jika lutut >600 Bertumpu pada satu kaki lurus 2


(44)

V-44

d. Beban (load)

1 2 3

Gambar 3.5 Ukuran Beban (Load)

Tabel 3.5 Penilaian Beban (Load)

Pergerakan Skor Skor Pergerakan

<5 kg 0

+1 jika kekuatan cepat

5 - 10 kg 1

>10 kg 2

2. Grup B, terdiri dari:

a. Lengan atas (upper arm)

Gambar 3.6 Postur Tubuh Bagian Lengan Atas (Upper Arm)

Tabel 3.6 Penilaian Lengan Atas (Upper Arm)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

200 (ke depan dan belakang) 1 +1 jika bahu naik

+1 jika lengan berputar/bengkok -1 miring, menyangga berat lengan

>200 (ke belakang) atau 20 - 450 2

45 - 900 3


(45)

b. Lengan bawah (lower arm)

Gambar 3.7 Postur Lengan Bawah

Tabel 3.7 Skor Lengan Bawah

Pergerakan Skor

60 - 1000 1

<600 atau >1000 2

c. Pergelangan tangan (wrist)

Gambar 3.8 Postur Pergelangan Tangan Tabel 3.8 Skor Pergelangan Tangan (wrist)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

0-150 (ke atas dan bawah) 1

+1 jika pergelangan tangan putaran menjauhi sisi tengah >150 (ke atas dan bawah) 2


(46)

V-46

d. Coupling

Tabel 3.9Coupling

Coupling Skor Keterangan

Baik 0 Kekuatan pegangan baik

Sedang 1 Pegangan bagus tapi tidak ideal atau kopling cocok dengan bagian tubuh Kurang baik 2 Pegangan tangan tidak sesuai walaupun

mungkin Tidak dapat diterima 3

Kaku, pegangan tangan tidak nyaman, tidak ada pegangan atau kopling tidak sesuai dengan bagian tubuh

Tabel 3.10 Skor Aktivitas

Aktivitas Skor Keterangan

Postur statik +1 1 atau lebih bagian tubuh statis/diam Pengulangan +1 Tindakan berulang-ulang

Ketidakstabilan +1

Tindakan menyebabkan jarak yang besar dan cepat pada postur (tidak stabil)

Skor REBA kemudian diperiksa terhadap tingkat tindakan (Tabel 2.11). ini adalah ketetapan dari nilai yang sesuai untuk meningkatkan urgensi untuk kebutuhan dalam melakukan perubahan.

Tabel 3.11 Tingkat Tindakan REBA

Skor REBA Tingkat Risisko Action Level Tindakan

1 Diabaikan 0 Tidak perlu

2-3 Rendah 1 Mungkin perlu


(47)

Tabel 3.11 Tingkat Tindakan REBA (Lanjutan)

Skor REBA Tingkat Risisko Action Level Tindakan

8-10 Tinggi 3 Perlu segera

11-15 Sangat tinggi 4 Sekarang juga

3.5 Beban Kerja

3.5.1 Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja

Secara umum beban kerja dan kapasitas kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat kompleks, baik faktor eksternal dan internal5

1. Beban kerja karena faktor eksternal

.

Faktor eksternal adalah beban kerja yang berasal dari luar tubuh pekerja, yang termasuk beban kerja eksternal adalah tugas (task) itu sendiri, organisasi dan lingkungan kerja. Ketiga faktor tersebut disebut stressor.

a. Tugas-tugas (tasks) yang dilakukan baik yang bersifat fisik, seperti stasiun kerja, kondisi atau medan, sikap kerja, dan lain-lain. Sedangkan tugas-tugas yang bersifat mental seperti kompleksitas pekerjaan, atau tingkat kesulitan pekerjaan yang mempengaruhi tingkat emosi pekerja, tanggung pekerja, dan lain-lain.

b. Organisasi kerja yang dapat mempengaruhi beban kerja seperti lamanya waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja malam, sistem pengupahan, sistem kerja, musik kerja, pelimpahan dan wewenang kerja, dan lain-lain.

5


(48)

V-48

c. Lingkungan kerja yang dapat memberikan beban tambahan kepada pekerja adalah :

1) Lingkungan kerja fisik seperti: mikroklimat, intensitas kebisingan, intensitas cahaya, vibrasi mekanis, dan tekanan udara

2) Lingkungan kerja kimiawi seperti debu, gas-gas pencemar udara, dan lain-lain.

3) Lingkungan kerja biologis, seperti bakteri, virus, parasit, dan lain-lain.

4) Lingkungan kerja fisiologis seperti penempatan dan pemilihan karyawan, hubungan sesama pekerja, pekerja dengan atasan, pekerja dengan lingkungan sosial, dan lain-lain.

2. Beban kerja karena faktor internal

Faktor internal beban kerja adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal. Reaksi tersebut disebut strain, besar kecilnya strain dapat dinilai baik secara objektif maupun subjektif. Secara objektif yaitu melalui perubahan reaksi fisiologis, secara subjektif dapat melalui perubahan fisiologis dan perubahan perilaku. Secara singkat faktor internal meliputi :

a. Faktor somatic (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi kesehatan, kondisi kesehatan).

b. Faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan, kepuasan, dan lain-lain.).


(49)

3.6 Antropometri

Istilah Antropometri berasal dari “anthro” yang berarti manusia dan “metri” yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia (Wignjosoebroto, 1995)6

6

Sritomo wignjosoebroto, Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Edisi Pertama, Cetakan keempat, (Surabaya: Guna Widya, 1995), h. 60

.

Anthopometri juga bisa diartikan suatu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk, dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk pananganan masalah desain. Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran, (tinggi, lebar, dan sebagainya), berat, dan lain-lain yang berbeda satu dengan yang lainnya.

Seseorang dapat bekerja baik bagi perusahaan bergantung pada seberapa baik rancangan tempat kerjanya. Memperhatikannya berarti berkontribusi pada keamanan, kesehatan, dan kenyamanan kerja. Pada gilirannya hal-hal ini akan meningkatkan kemampuan kerja yang bersangkutan. Dua hal diantaranya adalah dimensi benda-benda yang berinteraksi dengan pekerja dan lingkungan kerjanya. Karena dimensi objek mesti bersesuaian dengan pemakainya maka perlu dikenali antropometri, suatu bidang kajian dari ergonomi yang mempelajari karakter ukuran-ukuran fisik tubuh manusia (Sutalaksana, 1979)


(50)

V-50

3.6.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengukuran Antropometri

Manusia pada umumnya akan berbeda-beda dalam hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya. Di sini ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi ukuran tubuh manusia, sehingga sudah semestinya seorang perancang produk harus memperhatikan faktor-faktor tersebut yang antara lain adalah7

1. Umur. Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar,seiring dengan bertambahnya waktu, yaitu sejak awal kelahiranya sampai dengan umur sekitar 20 tahunan. Dari suatu penelitian yang dilakukan olehA.F.Roche dan G.H.Davila (1972) di USA diperoleh kesimpulan bahwa laki-laki akan tumbuh dan berkembang naik sampai dengan usia 21,2 tahun, sedangkan wanita 17,3 tahun, meskipun ada sekitar 10% yang masih terus bertambahtinggi sampai usia23,5 tahun (laki-laki) dan 21,1 tahun (wanita). Setelah itu, tidak akan terjadi pertumbuhan bahkan akan cendrung berubah menjadi penurunan ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40 tahunan.

:

2. Jenis kelamin (sex). Dimensi ukuran tubuh laki-laki umunya akan lebih besar dibandingkan dengan wanita,terkecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti pinggul, dan sebagainya.

3. Suku/bangsa (ethnic). Setiap suku,bangsa ataupun kelompok etnik akan memilki karakteristik fisik yang akan berbeda satu dengan yang lainya.

4. Jenis pekerjaan. Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam seleksi karyawan/stafnya. Sepertinya misalnya: buruh dermaga/pelabuhan adalah harus mempunyai postur tubuh yang relatif lebih

7


(51)

besar dibandingkan dengan karyawan perkantoran pada umumnya. Apalagi dibandingkan dengan jenis pekerjaan militer.

5. Cacat tubuh, dimana data antropometri disini akan diperlukan untuk perancangan produk bagi orang-orang cacat (kursi roda, kaki/tangan palsu, dan lain-lain).

6. Tebal/tipisnya pakaian yang harus dikenakan, dimana faktor iklim yang berbeda akan memberikan variasi yang berbeda-beda pula dalam bentuk rancangan dan spesifikasi pakaian. Dengan demikian dimensi tubuh orangpun akan berbeda dari satu tempat dengan tempat yang lain.

7. Kehamilan (pregnancy), dimana kondisi semacam ini jelas akan mempengaruhi bentuk dan ukuran tubuh (khusus perempuan). Hal tersebut jelas memerlukan perhatian khusus terhadap produk-produk yang dirancang bagi segmentasi seperti ini.

3.6.2 Prinsip-prinsip Penggunaan Data Antropometri

Data antropometri yang menyajikan data ukuran dari berbagai macam anggota tubuh manusia dalam persentil tertentu akan sangat besar manfaatnya pada saat suatu rancangan produk ataupun fasilitas kerja akan dibuat. Agar rancangan suatu produk nantinya bisa sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang akan mengoperasikannya, maka prinsip-prinsip apa yang harus diambil di dalam aplikasi data antropometri tersebut harus ditetapkan terlebih dahulu seperti diuraikan berikut ini:


(52)

V-52

1. Prinsip perancangan produk bagi individu dengan ukuran yang ekstrim. Di sini rancangan produk dibuat agar bisa memenuhi 2 sasaran produk, yaitu: bisa sesuai untuk ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim dalam arti terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan rata-ratanya dan tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas dari populasi yang ada). Agar bisa memenuhi sasaran pokok tersebut maka ukuran yang diaplikasikaan dengan cara: untuk memenuhi yang harus ditetapkan dari suatu rancangan produk umumnya didasarkaan pada nilai persentil yang tersebar seperti 90-th, 95-th, atau 99-th persentil. Contoh konkrit pada kasus ini dapat dilihat pada penetapan ukuran minimal dari lebar dan tinggi dari pintu darurat. Untuk dimensi maksimum yang harus ditetapkan diambil berdasarkan nilai persentil yang paling rendah (1-th, 5-th, 10-th persentil) dari distribusi data antropometri yang ada. Sebagai contoh penetapan jarak jangkauan dari suatu mekanisme kontrol yang harus dioperasikan oleh seorang pekerja.

2. Prinsip perancangan produk yang bisa dioperasikan diantara rentang ukuran tertentu.

Di sini rancangan bisa diubah-ubah ukurannya sehingga cukup fleksibel dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh. Contoh yang paling umum dijumpai adalah perancangan kursi mobil yang mana dalam hal ini letaknya bisa digeser maju/mundur dan sudut sandaranya pun bisa berubah-ubah sesuai dengan yang diinginkan. Dalam kaitannya


(53)

untuk mendapatkan rancangan yang fleksibel, semacam ini maka data antropometri yang umum diaplikasikan adalah dalam rentang nilai 5-th sampai dengan 95-th persentil.

3. Prinsip perancangan produk dengan ukuran rata-rata

Dalam hal ini rancangan produk didasarkan pada rata-rata ukuran manusia. Problem pokok yang dihadapi dalam hal ini justru sedikit sekali mereka yang berbeda dalam ukuran rata-rata. Di sini produk dirancang dan dibuat untuk mereka yang berukuran sekitar rata-rata, sedangkan bagi mereka yang memilki ukuran ekstrim akan dibuat rancangan tersendiri.

3.6.3 Dimensi Tubuh Pengukuran Data Antropometri

Berkaitan dengan posisi tubuh manusia dikenal dua cara pengukuran, yaitu:

1. Antropometri Statis (Structural Body Dimensions)

Disini tubuh diukur dalam berbagai posisi standard dan tidak bergerak (tetap tegak sempurna). Dimensi tubuh yang diukur meliputi berat badan, tinggi tubuh, dalam posisi berdiri, maupun duduk, ukuran kepala, tinggi/panjang lutut, pada saat berdiri/duduk, panjang lengan, dan sebagainya.

2. Antropometri Dinamis (Functional Body Dimensions)

Disini pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat berfungsi melakukan gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan yang harus diselesaikan (Wignjosoebroto, 1995).

Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data antropometri yang tepatdiaplikasikan dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja,


(54)

V-54

diperlukanpengambilan ukuran dimensi anggota tubuh. Penjelasan mengenai pengukurandimensi antropometri tubuh yang diperlukan dalam perancangan dijelaskan pada Gambar 3.9.

Gambar 3.9 Antropometri untuk Perancangan Produk Sumber: Wignjosoebroto, 1995

Keterangan :

1 : Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai sampai dengan ujung kepala).

2 : Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak. 3 : Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.

4 : Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus).

5 : Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam gambar tidak ditunjukkan).

6 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk (di ukur dari alas tempat duduk pantat sampai dengan kepala).

7 : Tinggi mata dalam posisi duduk. 8 : Tinggi bahu dalam posisi duduk.


(55)

9 : Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus). 10 : Tebal atau lebar paha.

11 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan. ujung lutut.

12 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan bagian belakang dari lutut betis.

13 : Tinggi lutut yang bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk. 14 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang di ukur dari lantai sampai dengan

paha.

15 : Lebar dari bahu (bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk). 16 : Lebar pinggul ataupun pantat.

17 : Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan dalam gambar).

18 : Lebar perut.

19 : Panjang siku yang di ukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam posisi siku tegak lurus.

20 : Lebar kepala.

21 : Panjang tangan di ukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari. 22 : Lebar telapak tangan.

23 : Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar kesamping kiri kanan (tidak ditunjukkan dalam gambar).

24 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak.

25 : Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan di ukur dari bahu sampai dengan ujung jari tangan.


(56)

V-56

3.6.4 Aplikasi Distribusi Normal dalam Penetapan Data Antropometri Data antropometri sangat diperlukan agar rancangan suatu produk dapat sesuai dengan orang yang akan mengoperasikannya. Ukuran tubuh yang diperlukan pada hakikatnya tidak sulit diperoleh dari pengukuran secara individual, seperti halnya yang dijumpai untuk produk yang dibuat berdasarkan pesanan (job order)8.

Situasi menjadi berubah jika lebih banyak lagi produk standar yang harus dibuat untuk dioperasikan oleh banyak orang. Permasalahan yang timbul adalah ukuran siapakah yang digunakan sebagai acuan untuk mewakili populasi yang ada. Karena pastinya ukuran setiap individu akan bervariasi satu dengan populasi yang menjadi target sasaran produk yang akan dirancang.

Agar permasalahan yang terdapat adanya variasi ukuran sebenarnya akan lebih mudah dipecahkan jika dapat merancang produk yang memiliki fleksibilitas dan adjustabel dengan suatu rentang ukuran tertentu. Gambar 2.10. menjelaskan dalam antropometi, angka persentil 95 akan menggambarkan ukuran tubuh manusia yang terbesar dan persentil 5 menggambarkan ukuran tubuh manusia yang terkecil.

Gambar 3.10 Kurva Distribusi Normal dengan Persentil 95-th

8


(57)

Tabel 3.12 menunjukkan pemakaian nilai-nilai persentil yang diaplikasikan dalam perhitungan data Antropometri.

Tabel 3.12Persentil dan Cara Perhitungan Dalam Distribusi Normal

Persentil Perhitungan

1-th �̅ - 2.325 2.5-th �̅ - 1.96

5-th �̅ - 1.645 10-th �̅ - 1.28

50-th �̅

90-th �̅+ 1.28 95-th �̅ + 1.645 97.5-th �̅ + 1.96

99-th �̅ + 2.325

3.6.5 Aplikasi Antropometri dalam Perancangan Produk

Antropometri menyajikan data ukuran dari berbagai macam anggota tubuh manusia dalam persentil tertentu akan sangat besar manfaatnya dalam merancang suatu produk. Agar rancangan tersebut nantinya bisa disesuaikan dengan ukuran tubuh manusia yang akan mengoperasikan, maka prinsip-prinsip apayang harus diambil di dalam aplikasi data antropometri tersebut harus ditetapkan terlebih dahulu seperti diuraikan berikut ini :

1. Prinsip Perancangan Produk Bagi Individual Dengan Ukuran Yang Ekstrim. Di sini rancangan produk dibuat agar bisa memenuhi 2 (dua) sasaran produk, yaitu :

a. Bisa sesuai untuk ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrimdalam arti terlalu besar atau terlalu kecil bila dibandingkan rata-ratanya.


(58)

V-58

b. Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas dari ada).

Agar bisa digunakan untuk memenuhi sasaran pokok tersebut maka ukuran tubuh yang diaplikasikan ditetapkan dengan cara :

a. Dimensi minimum yang harus ditetapkan dari suatu rancangan produk umumnya didasarkan pada nilai persentil yang terbesar seperti 90-th, 95-th atau 99-th persentil. Contoh konkrit pada kasus ini bisa dilihat pada penetapan ukuran miinimal dari lebar dan tinggi dari pintu darurat, dan lain-lain.

b. Dimensi maksimum yang harus ditetapkan diambil berdasarkan nilai persentil yang paling rendah (1-th, 5-th atau 10-th percentile) daridistribusi data antropometri yang ada. Hal ini diterapkan untuk sebagai contoh dalam penerapan jarak jangkau dari suatu mekanisme kontrol yang harus dioperasikan oleh seorang pekerja.

Aplikasi data antropometri umumnya digunakan untuk perancangan produk ataupun fasilitas kerja akan menetapkan nilai 5-th persentil untuk dimensi maksimum dan 95-th persentil untuk dimensi minimumnya.

2. Prinsip Perancangan Produk Yang Bisa Dioperasikan di Antara Rentang Ukuran Tertentu.

Rancangan bisa dirubah-rubah ukurannya sehingga cukup fleksibel dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh. Contoh yang paling umum dijumpai adalah perancangan kursi mobil yang mana dalam hal ini letaknya bisa digeser maju atau mundur dan sudut


(59)

sandarannya pun bisa berubah-ubah sesuai dengan yang diinginkan. Dalam kaitannya untuk mendapatkan rancangan yang fleksible, semacam ini maka data antropometri yang umum diaplikasikan adalah dalam rentang nilai 5-th s/d 95-th persentil.

3. Prinsip Perancangan Produk dengan Ukuran Rata-Rata.

Rancangan produk didasarkan terhadap rata-rata ukuran manusia. Problem pokok yang dihadapi dalam hal ini justru sedikit sekali mereka yang berbeda dalam ukuran rata-rata. Di sini produk dirancang dan dibuat untuk mereka yang berukuran sekitar rata-rata, sedangkan bagi mereka yang memiliki ukuran ekstrim akan dibuatkan rancangan tersendiri.

Maka adapun beberapa saran/rekomendasi yang bisa diberikan sesuai dengan langkah - langkah seperti berikut :

a. Pertama kali terlebih dahulu harus ditetapkan anggota tubuh yang mana yang nantinya akan difungsikan untuk mengoperasikan rancangan tersebut. b. Tentukan dimensi tubuh mana yang penting dalam proses perancangan

tersebut, dalam hal ini juga perlu diperhatikan apakah harus menggunakan data structural body dimension ataukah functional body dimension.


(60)

V-60

c. Selanjutnya tentukan populasi terbesar yang harus diantisipasi, diakomodasikan dan menjadi target utama pemakai rancangan produk tersebut. Hal ini lazim dikenal sebagai “Market Segmentation” seperti produk mainan untuk anak-anak, peralatan rumah tangga untuk wanita dan lain-lain.

d. Pilih presentase populasi yang harus diikuti: 90-th, 95-th, 99-th ataukah nilai persentil yang lain yang dikehendaki.

e. Untuk setiap dimensi tubuh yang telah didefinisikan selanjutnya pilih/tetapkan nilai ukurannya dari tabel data antropometri yang sesuai. Aplikasikan data tersebut dan tambahkan faktor kelonggaran (allowance) bila diperlukan seperti halnya tambahan ukuran akibat faktor tebalnya pakaian yang harus dikenakan oleh operator, pemakaian sarung tangan (gloves), dan lain lain.

3.6.6 Uji Keseragaman Data dan Kecukupan Data

Uji keseragaman data dimaksudkan untuk menentukan bahwa populasi data sampel yang digunakan memiliki penyeimbangan yang normal dari rata-ratanya pada tingkat kepercayaan/signifikansi9

9

Sritomo wignjosoebroto, Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Edisi Pertama, Cetakan keempat, (Surabaya: Guna Widya), h 185.

tertentu. Pengujian terhadap keseragaman data dilakukan untuk mengetahui apakah data-data yang diperoleh telah berada dalam keadaan yang terkendali atau belum. Suatu data yang berada di dalam batas kendali yaitu BKA (Batas Kendali Atas) dan BKB (Batas Kendali Bawah) dapat dikatakan dalam keadaan terkendali, sebaliknya jika suatu data


(61)

berada di luar BKA dan BKB, maka data tersebut dikatakan berada dalam keadaan tidak terkendali.

Nilai batas kontrol atas dan batas kontrol bawah dapat dihitung apabila nilai standar deviasi telah diketahui. Berikut ini merupakan rumus untuk menghitung standar deviasi dari suatu kumpulan data.

σ

(

)

1 2 − − =

n X Xi

Berikut merupakan rumus yang digunakan untuk menghitung BKA dan BKB dari suatu kumpulan data.

σ σ k x BKB k x BKA − = + = dimana :

σ = standar deviasi Xi = Data pengamatan � = Nilai rata-rata data N = banyak data

BKA = batas kendali atas BKB = batas kendali bawah k = tingkat kepercayaan

Setelah nilai batas kontrol atas dan batas kontrol bawah diketahui, maka data harus diperiksa untuk mengetahui apakah seluruh nilai data berada di antara BKB dan BKA. Apabila terdapat data yang lebih kecil dari BKB ataupun data yang lebih besar dari BKA, maka data tersebut tidak boleh diikut sertakan dalam proses perhitungan (dieliminasi).


(62)

V-62

3.6.7Uji Kecukupan Data

Uji kecukupan data dimaksudkan untuk menentukan sampel minimum yang dapat diolah untuk proses selanjutnya. Uji kecukupan data ini dimaksudkan untuk menentukan apakah sampel data yang dikumpulkan sudah cukup atau belum. Uji ini memiliki lambang N dan N’.

Rumus umum :

�’ = ⎝ ⎛ �

����∑ ��

2

� −(∑ �)2

∑ ��

⎠ ⎞

2

Dimana :

N’ = Jumlah pengamatan teoritis yang diperlukan N = Jumlah pengamatan aktual yang dilakukan Xi = Data pengamatan ( hasil pengukuran ) k = Tingkat kepercayaan

s = Tingkat ketelitian dalam bentuk persen (%)

Jika N (jumlah data yang telah diperoleh) lebih kecil jumlahnya dibandingkan dengan jumlah data yang dibutuhkan (N’) berarti data tidak cukup sehingga diperlukan penambahan data sebanyak N’-N buah. Sebaliknya apabila N lebih besar daripada N’ berarti data telah cukup.


(63)

3.6.8 Uji Distribusi Normal dengan KolmogorovSmirnov Test

Uji kolmogorov smirov merupakan pengujian normalitas yang banyak digunakan. Uji KolmogorovSmirnovadalah sederhana dan tidak menimbulkan perbedaan persepsi di antara satu pengamat dengan pengamat yang lain, yang sering terjadi pada uji normalitas dengan menggunakan grafik. Data yang mempunyai distribusi yang normal merupakan salah satu syarat dilakukannya

parametric-test. Untuk data yang tidak mempunyai distribusi normal tentu saja analisisnya menggunakan non parametric-test10

10

Andi Supangat, Statistika dalam Kajian Deskriptif, Inferensi dan Nonparametrik,(Jakarta: Kencana, 2008) h.307-311.

.

Konsep dasar dari uji normalitas kolmogorov smirov adalah dengan membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku. Distribusi normal baku adalah data yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk Z-Score dan diasumsikan normal.

Jadi sebenarnya uji kolmogorov-smirov adalah uji beda antara data yang diuji normalitasnya dengan data normal baku. Seperti pada uji beda biasa, jika signifikasi di bawah 0,05 berarti terdapat perbedaan yang signifikan, dan jika signifikansi di atas 0,05 maka tidak terjadi perbedaan yang signifikan. Penerapan pada uji kolmogorov-smirov adalah bahwa uji signifikan di bawah 0,05 berarti data yang akan diuji mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data normal baku, berarti data tersebut tidak normal, jika signifikasi diatas 0,05 maka berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara data yang akan diuji dengan data normal baku artinya data yang kita uji normal tidak berbeda dengan normal baku.


(64)

V-64

Yang diperbandingkan dalam suatu uji kolmogorov-smirnov adalah distribusi frekuensi komulatif hasil pengamatan dengan distribusi frekuensi komulatif yang diharapkan (actual observed cumulative frequency dengan expected cumulative frequency)

Langkah-langkah yang diperlukan dalam pengujian ini adalah:

1. Susun data dari hasil pengamatan mulai dari nilai pengamatan terkecil sampai nilai pengamatan terakhir.

2. Kemudian susunlah ditribusi frekuensi kumulatif relatip dari pengamatan tersebut, dan notasikanlah dengan Fa (X)

3. Menghitung nilai Z dengan rumus:

σ x X

Z = −

Dimana : Z = Satuan baku pada dsitribusi normal X = nilai data

x = mean

σ = standar deviasi

4. Menghitung distribusi frekuensi kumulatif teoritis (berdasarkan area kurva normal) dan notasikan dengan Fe (X)

5. Menghitung selisih antara Fa (X) dengan Fe (X)

6. Mengambil angka selisih maksimum dan notasikan dengan D

7. Membandingkan nilai Dyang diperoleh dengan Dα, maka kriteria pengambilan keputusannya adalah:


(65)

H0 diterima D ≤ Dα : H0 ditolak apabila D ≥ Dα


(66)

V-66

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di CV. Wolkenyang berlokasi di Jl. Sempurna Ujung - Medan. Penelitian dilakukan bulan Juni sampai September 2015.

4.2. Objek Penelitian

Adapun objek penelitian yang diamati adalah operator pada bagian pengisian bantal di CV. Wolken

4.3. Jenis Penelitian.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian terapan berupa penelitian deskriptif (deskriptif research) yaitu penelitian yang berusaha untuk memaparkan pemecahan masalah terhadap suatu masalah yang ada dan hasilnya dapat diterapkan secara langsung untuk memecahkan permasalahan yang ada secara sistematis dan aktual berdasarkan data. Penelitian ini meliputi proses pengumpulan, penyajian dan pengolahan data, serta analisis dan interpretasi data11

11

Sinulingga, Sukaria. 2011. Metodologi Penelitian. USU Press. Medan. Hal. 29-31.

. Permasalahan yang dialami dalam penelitian ini adalah pada bagian pengisian bantal karena tidak adanya fasilitas kerja yang ergonomis sehingga menimbulkan keluhan pada operator.Pemecahan masalah yang dihasilkan kiranya dapat berguna untuk memperbaiki metode kerja yang lebih ergonomis dengan melakukan usulan perancangan fasilitas kerja. Variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu postur kerja, fasilitas kerja, dan keluhan pada pekerja.


(67)

4.4. Populasi dan Sampel

Sampel penelitian ini adalah seluruh anggota populasi operator pada bagian pengisian bantal yang berjumlah 2 orang.

4.5. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir dalam penelitian dilakukan berdasarkan keluhan yang dirasakan pada beberapa bagian tubuh pekerja yang dipengaruhi oleh postur kerja operator dan fasilitas kerja pada bagian pengisian bantal. Keluhan yang dirasakan operator disebabkan tidak adanya fasilitas kerja dan postur kerja yang ergonomis sehingga dilakukan usulan perancangan fasilitas kerja sesuai dengan antropometri dan dimensi fasilitas aktual.

4.6. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan beberapa instrument untuk membantu dalam pengumpulan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kuesioner Standard Nordic Questioner (SNQ) untuk mendapatkan data faktor individu (usia, jenis kelamin, masa kerja) dan tingkat keluhan MSDs perbagian tubuh yang dirasakan responden yang disebabkan karena kondisi kerja.

2. Kamera, untuk melihat kondisi postur kerja operator pada proses pengisian bantal.

3. Human Body Martin digunakan untuk mengukur antropometri tubuh pekerja. 4. Meteran, untuk mengukur dimensi fasilitas aktual.


(68)

V-68

4.7. Metode Penelitian

Pada bagian ini akan menjelaskan tentang metode pengumpulan data, pengolahan data, serta analisis pemecahan masalah.

4.7.1. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan meliputi : 1. Data Primer

a. Data mengenai keluhan rasa sakit pada bagian tubuh operator dengan menggunakan Standard Nordic Questioner (SNQ). Data ini berisi keluhan operator berdasarkan kategori sangat sakit diberi bobot 3, sakit diberi bobot 2, agak sakit diberi bobot 1 dan tidak sakit diberi bobot 0.

b. Data postur kerja tiap elemen gerakan pada bagian pengisian bantal.

c. Data dimensi fasilitas kerja aktual yang diperoleh dengan menggunakan meteran.

d. Data proses pengisian bantal yang diuraikan secara rinci. e. Data dimensi tubuh operator, yaitu:

1) Jangkauan tangan (JT)

2) Diameter genggaman tangan (DG) 2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data dokumentasi yang diperoleh dari CV. Wolken yaitu data proses produksi, sejarah perusahaan dan struktur organisasi, uraian proses produksi, jumlah operator. Data dimensi tubuh berasal dari data base laboratorium E dan PSK.


(69)

4.7.2. Metode Pengolahan Data

Pada tahap ini, data yang diperoleh selama pengamatan diolah sesuai dengan teknik analisis data yang digunakan.

1. Kuesioner Standard Nordic Questioner (SNQ)dilakukan dengan mengumpulkan kuesioner dari responden penelitian serta memeriksa kelengkapan isian kuesioner apakah sudah terisi semua atau tidak. Hal ini dilakukan untuk menentukan bagian tubuh yang mengalami keluhan

musculoskeletal berdasarkan tingkat keluhannya.

2. Penilaian postur kerja dengan metode REBA. Metode REBA dilakukan dengan mengamati pekerjaan yang dianalisis dengan mengambil gambar responden dalam posisi kerjanya. Menghitung susdut antara posisi kerja dengan postur normal. Mengisi skor untuk setiap posisi kerja pada lembar penilaian REBA kemudian dihitung skornya.

3. Penentuan dimensi yang dibutuhkan untuk perancangan fasilitas kerja. Penentuan dimensi dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan pengolahan data dimensi tubuh pekerja dengan uji keseragaman data, uji kecukupan data, hitung mean dan standar deviasi, uji kenormalan data, menghitung persentil yang dibutuhkan, sehingga diperoleh data antropometri yang ergonomis.


(70)

V-70

4.8. Analisis Pemecahan Masalah

Analisis pemecahan masalah mengacu pada analisis kuisioner Standard Nordic Questioner (SNQ),.Analisis terhadap postur kerja aktual. Analisis terhadap fasilitas aktual dan rancangan fasilitas kerja usulan.


(71)

Gambar 4.2Block Diagram Penelitian Mulai StudiPustaka 1.Buku 2.Jurnal StudiPendahuluan 3.ObservasiLangsung 4.Wawancara PerumusanMasalah

Keluhan Musculoskeletal disorders yang dialami operator karena fasilitas kerja yang tidak ergonomis dan usulan rancangan metode kerja yang baru.

PenetapanTujuan

- Mengetahui Bagian Tubuh yang memiliki Keluhan Musculoskeletal

- Mengetahui Penilaian Postur Tubuh yang Perlu dilakukan Perbaikan - Merancang Fasilitas kerja usulan yang Ergonomis

- Merancang SOP Usulan berdasarkan Metode Kerja Usulan

Pengumpulan Data

Pengumpulan Data Primer

1. Keluhan Rasa Sakit yang dialami Pekerja (Penilaian Form SNQ) 2. Postur Kerja Pekerja

3. Dimensi Tubuh Pekerja (Pengukuran Antropometri)

Pengumpulan Data Sekunder

1. Informasi Mengenai Perusahaan (Wawancara)

2. Prosedur kerja (Pengamatan dan Wawancara)

Pengolahan Data

- Pengolahan SNQ

- Penentuan skor dan level resiko postur kerja aktual dengan REBA - Perolehan dimensi yang dibutuhkan untuk rancang fasilitas, serta - Pengujian keseragaman, kecukupan dan kenormalan data

AnalisisPemecahanMasalah

- Analisa Keluhan Operator berdasarkan Kuisioner SNQ

- Rancangan fasilitas kerja yang sesuai dengan sikap kerja yang aman

- Rancangan metode kerja usulan berdasarkan fasilitas kerja baru

- Perbandingan antara metode kerja usulan dengan metode kerja actual b


(72)

V-72

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1 Pengumpulan Data

Data yangdikumpulkan dalampenelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Uraian proses kerja aktual

2. Data hasil keluhan Musculoskeletalberdasarkan kuisioner SNQ 3. Data postur kerja operator bagian stasiun pengisian bantal 4. Data dimensi tubuh operator

5.1.1. Uraian Proses Kerja Aktual

Adapun pembagian operator pada uraian proses kerja aktual pada stasiun pengisian bantal dapat dilihat pada Tabel 5.1

Tabel 5.1 Pembagian Operator Stasiun Pengisian Bantal

No. Operator Bagian Tugas

1 Pencacah dacron Memasukan dacron ke mesin

pencacah

2 Pencacah dacron Memasukan dacron ke mesin

pencacah

3 Pengisian bantal Mengumpulkan dacron setelah dacron dicacah dari mesin pencacah dan mengisi dacron ke sarung bantal

4 Pengisian bantal Mengumpulkan dacron setelah dacron dicacah dari mesin pencacah dan mengisi dacron ke sarung bantal


(73)

Layout dari proses kerja aktual yang terjadi pada bagian pengisian bantal dapat dilihat pada Gambar 5.1

Gambar 5.1 Layout Kegiatan Pengisian Bantal Keterangan :

1. Bagian pencacahan dacron 2. Bagian pengisian dacron 3. Gudang produk

4. Gudangbahan baku 5. Bagian penjahitan 6. Bagian administrasi 15 m

20 m

2 3

1 4 5

6

8 m

7 m


(74)

V-74

Uraian proses kerja aktual pada CV. Wolken dari pencacahan dacron sampai pengisian bantal dapat dilihat pada uraian dibawah ini :

6. Operator pencacahan dacron

a. Bahan baku utama dacron halus dan kasar dicampurkan, agar menyatu pada saat dicacah di dalam mesin.

Gambar 5.2 Dacron Kasar dan Dacron Halus

b. Operator mengembangkan dacron dengan menggunakan tangan yang akan dimasukan ke dalam mesin pencacah, tujuannya agar dacron tersebut lebih mudah mengembang pada saat pencacahan di dalam mesin.


(75)

c. Operator memasukan dacron kedalam mesin pencacah secara perlahan-lahan.

Gambar 5.4Operator Memasukan Dacron ke dalam Mesin Pencacah

7. Operator pengisian bantal

a. Operator mengumpulkan dacron setelah dicacah dalam mesin pencacah.

Gambar 5.5Operator Mengumpulkan Dacron yang Keluar dari Mesin Pencacah


(76)

V-76

b. Hasil dari dacronyang sudah dikumpulkan kemudian diantar kebagian pengisiandacron ke sarung bantal.

Gambar 5.6 Operator Mengantar Dacron ke Tempat Pengisian Bantal

c. Operator mengisi dacron kedalam sarung bantal.


(77)

5.1.2 Data Standard Nordic Questionnaire (SNQ)

Standard Nordic Questionnaire (SNQ) dibuat untuk mengetahui keluhan yang dialami oleh operator selama melakukan aktivitas pengisian bantal kedalam sarung bantal pada stasiun pengisian bantal. Pengumpulan data SNQ diberikan kepada 2 operator pengisian bantal dengan menyebarkan kuisioner SNQ kepada setiap operator. Setiap operator yang mengisi kuisioner SNQ memiliki waktu kerja yang sama. Pengambilan data SNQ hanya dilakukan sebanyak satu kali. Data SNQ operator dapat dilihat pada Gambar 5.8 dan Gambar 5.9 dan hasil penyebaran kuisioner SNQ dapat dilihat pada lampiran 1.


(78)

V-78

= Tidak Sakit = Agak Sakit = Sakit = Sangat Sakit

Gambar 5.8Keluhan Pada Operator 1 12

14 16

10 4

2

o

1

5

7

3

6

11

13

15 17 8

9

18 19

20 21

22 23

24 25


(79)

= Tidak Sakit = Agak Sakit = Sakit = Sangat Sakit

Gambar 5.9Keluhan Pada Operator 2 12

14 16

10 4

2

o

1

5

7

3

6

11

13

15 17 8

9

18 19

20 21

22 23

24 25


(80)

V-80

Kategori yang dirasakan saat bekerja adalah sebagai berikut:

1. Tidak sakit, artinya bahwa operator tidak terasa nyeri sedikitpun pada bagian tubuh karena kontraksi otot yang terjadi berjalan normal.

2. Agak sakit, artinya bahwa operator mulai terasa nyeri, namun rasa nyeri yang timbul tidak membuat operator jenuh atau cepat lelah.

3. Sakit artinya bahwa operator merasakan nyeri yang cukup hebat dan keadaan ini membuat operator mulai jenuh dan cepat lelah.

4. Sangat sakit, artinya bahwa operator merasakan nyeri yang sangat luar biasa disertai dengan ketegangan (kontraksi otot yang sangat hebat) sehingga membuat operator merasakan jenuh dan kelelahan yang cukup besar.

5.1.3 Data Postur Kerja Operator Bagian Pengisian Bantal

Postur kerja yang diamati adalah kegiatan yang akan dianalisa untuk mengetahui tindakan yang diperlukan untuk dilakukan perbaikan. Elemen kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Mengambil dacron yang berserakan di dinding area kerja pencacahan 2. Mengumpulkan dacron dari tempat pencacahan

3. Mengantar dacron yang telah terkumpul ke bagian pemasukan dacron 4. Memasukan dacron ke sarung bantal

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.2 yang menjelaskan kegiatan operator yang diamati postur kerjanya.


(81)

Tabel 5.2 Kegiatan Operator Pengisian Bantal yang Diamati

No Kegiatan Gambar

1 Mengambil dacron yang

berserakan di dinding area kerja pencacahan.

2 Mengumpulkan dacron dari tempat pencacahan

3 Mengantar dacron yang telah terkumpul ke bagian pemasukan dacron

4 Memasukan dacron ke sarung bantal


(82)

V-82

5.1.4. Data Waktu Keluhan Operator

Dari pengamatan yang diperoleh secara langsung terhadap pekerjaan pengisian bantal, maka diperoleh data waktu keluhan operator selama jam kerja lebih kurang 7 jam/hari pada pengisian bantal yang dapat dilihat pada Tabel.5.3

Tabel 5.3Data Waktu Keluhan Pengisian Bantal

No Elemen

Kegiatan Operator

10 det

20

det 1 mnt 1 jam 7 jam

1 Mengambil dacron

1 2 4 10 60 420

2 3 6 15 75 525

2 Mengumpulkan dacron

1 1 2 6 30 210

2 1 2 6 30 210

3 Mengantar dacron

1 1 2 6 30 210

2 1 2 6 30 210

4 Memasukan dacron

1 3 6 15 75 525

2 4 8 24 80 560

Sumber : Pengambilan Data dari CV. Wolken

5.1.5. Data Fasilitas Kerja Aktual

Data fasilitas yang digunakan untuk merancang alat bantuadalah spesifikasi ukuran mesin pencacah dacron, dimana dari fasilitas aktual didapat ukuran dan tinggi mesin. Gambar mesin dapat di lihat pada Gambar 5.10 dan Gambar 5.11.


(83)

Gambar 5.11Dimensi Mesin Pencacah Dacron

5.1.6 Data Antropometri

Data antropometri diperoleh berdasarkan pengukuran yang dilakukan pada 2 operator pengisian bantal di CV. Wolken.Dimensi yang diambil berjumlah 2 dimensi tubuh yang terkait untuk merancang alat bantu berupa garpu, yaitu : 1. Diameter Genggaman (DG)12

2. Jangkauan Tangan (JT)1 digunakan sebagai penentuan ukuran panjang garpu. atau lebar telapak tangan digunakan sebagai penentuan ukuran diameter pegangan garpu.

12

Sritomo Wignjosoebroto.2008.Ergonomi Studi Gerakan dan Waktu.Hal:60

95 cm 18 cm

17 cm

40 cm

60 cm

25 cm

30 cm


(84)

V-84

Data dimensi tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.4 dan Tabel 5.5. Tabel 5.4 Dimensi Tubuh Operator

No Nama Dimensi Tubuh

DG JT

1. Operator 1 3,5 70

2. Operator 2 3,7 72

3. Operator 3 3,9 69

4. Operator 4 3,4 68

Sumber : Pengambilan Data Operator CV. Wolken

Data dimensi tubuh pekerja CV. Wolken tidak cukup sebagai acuan dalam perancangan fasilitas kerja usulan, sehingga dilakukan penambahan data dimensi tubuh peserta pratikum Laboratorium Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja dapat dilihat pada Tabel 5.5

Tabel.5.5 Data Dimensi Tubuh Mahasiswa

No DG JT No DG JT

1

4,2 68 30 2,5 67 2

4 64 31 3,4 68

3

4,2 63

32 3,2 64.8 4

3,6 66

33 2,4 67 5

3,4 68

34 2,6 77.15 6

4,4 79

35 3,2 80 7

4,8 71

36 3,7 73 8

5,2 66

37 4,4 77.5 9

4,3 68

38 4.6 74 10

4,1 75

39 4,6 65


(85)

No DG JT No DG JT 11

4 67

40 4 70

12

4,1 68

41 4,6 80 13

4 77

42 5 65

14

2,5 77

43 3,9 67 15

3,4 64

44 4,4 75.5 16

4,2 78

45 3,6 68 17

4 75

46 3,7 72 18

4 66

47 3,7 67 19

3 67

48 4,2 60 20

3 66.7

49 4,9 72.5 21

3,5 73

50 3,9 74.5 22

3,9 72.2

51 3,8 65.1 23

4,1 76

52 3,1 80 24

3,6 71

53 3,9 65.5 25

3,5 40.3

54 4,2 78.3 26

3,8 43

55 3 70

27

3,1 40

56 4,2 63 28

2,7 40.2

57 4,4 78.7 29

4,4 40

58 3,7 75 Sumber: Laboratorium Ergonomi dan PSK


(86)

V-86

5.2.1. Keluhan Operator Berdasarkan Kuisioner SNQ

Hasil penyebaran kuisioner SNQ menghasilkan data berbagai keluhan yang dialami operator pengisian bantal, yaitu:

a. Merasakan sangat sakit bahu kiri, bahu kanan, lengan bawah kanan,lengan bawah kiri, pergelangan tangan kanan, pergelangan tangan kiri,tangan kiri, tangan kanan, lengan kanan, lengan kiri, pinggang, punggung.

b. Merasakan sakit pada paha kanan, paha kiri, betis kanan, betis kiri, pergelangan kaki kanan, pergelangan kaki kiri, pantat.

5.2.2. Penentuan Level Tindakan Postur Kerja dengan Metode REBA

Penilaian dilakukan terhadap tubuh bagian kanan dan kiri dengan menggunakan lembar penilaian Rapid Entire Body Assesesment (REBA)

Assessment Worksheet. Faktor postur tubuh yang dinilai dibagi atas dua kelompok utama atau grup yaitu grup A yang terdiri atas postur tubuh kanan dan kiri batang tubuh A(trunk), leher (neck) dan kaki (legs). Sedangkan grup B terdiri atas postur tubuh kanan dan kiri dari lengan atas (upperarm), lengan bawah (lower arm), dan pergelangan tangan (wrist). Nilai skor di grup A dan grup B selanjutnya dimasukkan ke tabel C hingga menghasilkan nilai tabel C. Nilai skor REBA diperoleh dari penjumlahan nilai tabel C dan nilai aktivitas. Adapunperhitungan skor untuk postur kerja sebagai berikut:


(87)

1. Operator mengambil dacron yang berserakan di dinding area kerja pencacahan(kanan)

a. Postur Tubuh Grup A 1) Batang tubuh (trunk)

Batang tubuh tegakdiberi skor = 2 2) Postur tubuh bagian leher (neck)

Leher membentuk sudut 20o diberi skor = 2 3) Postur tubuh bagian kaki (legs)

Kaki berdiridengan skor = 1 Beban (load)

Beban <5Kg dengan skor = 0 Skor A = Tabel A + Skor Beban =3 +0= 3


(88)

V-88

b. Postur tubuh Grup B

1) Postur tubuh bagian lengan atas (upper arm) Lengan atas membentuk sudut +90o diberi skor = 4 2) Postur tubuh bagian lengan bawah (lower arm)

Lengan bawah membentuk sudut 600 – 1000, skor = 1 3) Postur tubuh bagian pergelangan tangan (wrist)

Sudut pergelangan tangan >15o diberi skor = 2

Coupling

Kekuatan pegangan cukup baik tapi tidak ideal dengan skor = 1 Skor B = Tabel B + Skor Coupling = 5+ 1 = 6


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)