HIDROLISAT PATI SAGU TINJAUAN PUSTAKA A. PATI SAGU

5 selain mempunyai rantai lurus juga mempunyai cabang dengan ikatan α-1,6- D-glukosa sebanyak 4-5 dari berat total Winarno, 1997. Pati sagu merupakan hasil ekstraksi pati dari batang empulur tanaman sagu dengan bantuan air. Tahapan proses pengolahan pati sagu secara tradisional meliputi: penebangan pohon, pemotongan dan pembelahan, penokokan atau pemarutan, pemerasan, penyaringan, pengendapan dan pengemasan Haryanto dan Pangloli, 1992. Menurut Abner dan Miftahorrahman 2002, secara teoritis, dari satu batang pohon sagu dapat dihasilkan 100-600 kg pati sagu kering. Rendemen untuk pengolahan yang ideal adalah 15 . Pati sagu merupakan butiran atau granula yang berwarna putih mengkilat, tidak berbau dan tidak berasa. Pati sagu memiliki granula yang berbentuk elips agak terpotong dengan ukuran granula sebesar 20-60 μm dan suhu gelatinisasinya berkisar antara 60-72 C Knigt, 1969. Gambar granula pati sagu dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Granula pati sagu Winarno, 1997

B. HIDROLISAT PATI SAGU

Sirup glukosa hidrolisat pati adalah nama dagang dari larutan hidrolisis pati, larutan ini merupakan cairan jernih dan kental dengan komponen utama glukosa dan diperoleh dari proses hidrolisa pati dengan cara kimia atau enzimatik. Proses hidrolisis pati menjadi molekul glukosa dapat dilihat pada Gambar 3 . 6 C 6 H 10 O 5 n + n H 2 O C 6 H 12 O 6 n pati Katalis, panas Glukosa Gambar 3. Proses hidrolisis pati menjadi glukosaWinarno, 1997 Hidrolisis pati secara kimiawi dengan menggunakan asam lebih mudah dilakukan dibandingkan secara enzimatis. Peralatan yang diperlukan juga tidak terlalu rumit. Namun timbul beberapa masalah, seperti peralatan yang digunakan harus tahan korosi dan DE dextrose equivalent yang dihasilkan lebih rendah dibanding hidrolisis secara enzimatis Berghmans, 1981. Hidrolisis enzimatis memiliki beberapa keuntungan, yaitu lebih spesifik prosesnya dan produk yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan. Kondisi proses yang dapat dikontrol, biaya pemurnian murah, dihasilkan lebih sedikit produk samping dan abu serta kerusakan warna yang dapat diminimalkan Norman di dalam Birch et al., 1981. Pembuatan sirup glukosa dengan hidrolisis enzim terdiri atas tiga tahapan dalam mengkonversi pati yaitu : gelatinisasi, likuifikasi dan sakarifikasi. Gelatinisasi merupakan pembentukan suspensi kental dari larutan pati yang disebabkan adanya kenaikan suhu di atas 55 o C, likuifikasi merupakan proses hidrolisis pati parsial yang ditandai dengan menurunnya viskositas. Likuifikasi terjadi setelah gelatinisasi dengan adanya aktifitas enzim α-amilase yang memecah ikatan α-1,4-glikosidik di bagian dalam rantai polisakarida secara acak menghasilkan oligosakarida yang mengandung 6-7 maltosa Fullbrook di dalam Dzieldzic dan Kearsley, 1984. Proses selanjutnya adalah sakarifikasi. Sakarifikasi merupakan proses hidrolisis oligosakarida hasil dari tahap likuifikasi lebih lanjut oleh enzim tunggal atau enzim campuran menjadi glukosa Chaplin dan Bucle, 1990. Sakarifikasi dengan enzim amiloglukosidase AMG selanjutnya akan memutuskan rantai molekul maltosa menjadi glukosa bebas. Tidak seperti likuifikasi yang hanya memakan waktu sekitar 60 menit, sakarifikasi biasanya memakan waktu yang lebih lama yaitu 24-96 jam Fullbrook di dalam Dzieldzic dan Kearsley, 1984. Menurut penelitian Akyuni 2004 tentang pemanfaatan sagu untuk membuat sirup glukosa menyatakan bahwa produksi hidrolisat pati sagu 7 secara enzimatis memiliki nilai DE tertinggi 50,83 pada tahap likuifikasi diperoleh dengan waktu proses selama 210 menit dan pada konsentrasi α- amilase 1,75 Ug pati, pH hasil proses likuifikasi ditepatkan menjadi 4-4,5 sebelum dilanjutkan ke proses sakarifikasi. Pada tahap sakarifikasi, nilai DE tertinggi 98,99 diperoleh pada konsentrasi amiloglukosidase 0,3 Ug pati dan waktu sakarifikasi 48 jam.

C. PHA Poly-

Dokumen yang terkait

Produksi dan Karakterisasi Poly-β-hydroxyalkanoates (PHA) yang Dihasilkan oleh Ralstonia eutropha Menggunakan Substrat Hidrolisat Minyak Sawit

0 7 79

Pengaruh Konsentrasi Pemlastis Dietil Glikol Terhadap Karakteristik Bioplastik dari Polyhydroxyalkanoates (PHA) yang dihasilkan Ralstonia eutropha pada Substrat Hidrolisat Minyak Sawit

0 7 94

Pengaruh Konsentrasi PemIastis Dimetil Ftalat terhadap Karakteristik Bioplastik dari Polyhydroalkanoates (PHA) yang Dihasilkan oleh Ralstonia eutropha pada Substrat Hidrolisat Minyak Sawit

0 10 78

Pembuatan dan Karakterisasi Bioplastik dari Poly-3-Hidroksialkanoat (PHA) yang Dihasilkan Ralstonia Eutropha pada Hidrolisat Pati Sagu dengan Penambahan Dimetil Ftlat (DMF)

0 19 102

Kajian Pengaruh Penambahan Dietilen Glikol sebagai Pemlastis pada Karakteristik Bioplastik dari Poli-Beta-Hidroksialkanoat (PHA) yang Dihasilkan Ralstronia eutropha pada Substrat Hidrolisat Pati Sagu

0 13 96

Peran PEG 400 dalam Pembuatan Lembaran Bioplastik Polihidroksialkanoat yang Dihasilkan Oleh Ralstonia eutropha dari Substrat Hidrolisat Pati Sagu

0 7 7

Pembuatan Bioplastik Poli-Β-Hidroksialkanoat (Pha) Yang Dihasilkan Oleh Rastonia Eutropha Pada Substrat Hidrolisat Pati Sagu Dengan Pemlastis Isopropil Palmitat

1 12 98

Pengaruh penambahan polioksietilen-(20)-sorbitan monolaurat pada karakteristik bioplastik poli-hidroksialkanoat (pha) yang dihasilkan Ralstonia eutropha pada substrat hidrollsat pati sagu

0 4 6

Pengaruh Konsentrasi Peg 400 terhadap Karakteristik Bioplastik Polihidroksialkanoat (Pha) yang Dihasilkan Oleh Ralstonia Eutropha Menggunakan Substrat Hidrolisat Pati Sagu

1 28 96

Pengaruh Proporsi Hidrolisat Minyak Sawit dengan Asam Propanoat terhadap Perolehan dan Karakteristik Poly-β-Hydroxyalkanoates yang dihasilkan oleh Ralstonia eutropha

0 4 3