Pembangunan Manusia dan Pengukurannya

Pembangunan harus dilakukan oleh semua orang, bukan hanya semata- mata untuk semua orang. Semua orang harus berpartisipasi penuh dalam pengambilan keputusan dan proses yang mempengaruhi kehidupan mereka. Pembangunan manusia lebih dari sekedar pertumbuhan ekonomi, tetapi tidak anti terhadap pertumbuhan. Dalam perspektif pembangunan manusia menurut Sen dalam Todaro 2003, pertumbuhan ekonomi bukanlah tujuan akhir. Pertumbuhan ekonomi adalah alat untuk mencapai tujuan akhir, yaitu memperluas pilihan-pilihan manusia. Walaupun demikian, tidak ada hubungan yang otomatis antara pertumbuhan ekonomi dengan kemajuan pembangunan manusia. Perhatian pembangunan manusia tidak hanya terfokus pada laju pertumbuhan ekonomi tetapi juga pada aspek pendistribusiannya. Jadi bukan hanya masalah berapa besar pertumbuhan ekonomi, tetapi lebih ditujukan pada seperti apa? Perhatian harus lebih ditujukan pada struktur dan kualitas pertumbuhan Tadjoedin, 2001. Untuk menjamin bahwa pertumbuhan diarahkan untuk mendukung perbaikan kesejahteraan manusia baik bagi generasi sekarang maupun generasi mendatang. Perhatian utama dari kebijakan pembangunan harus ditekankan pada bagaimana keterkaitan tersebut dapat diciptakan dan diperkuat Tadjoedin, 2001.

2.5 Pembangunan Manusia dan Pengukurannya

Pada Human Development Report HDR yang pertama tahun 1990, Indeks Pembangunan Manusia IPM disusun dari Pendapatan Nasional sebagai pendekatan dari standar hidup dan dua indikator sosial, yaitu angka harapan hidup dan angka melek huruf usia dewasa kurang dari pengetahuan. Indeks ini merupakan pendekatan yang mencakup berbagai dimensi dari pilihan-pilihan yang dimiliki manusia. Tetapi indeks ini masih memiliki kelemahan yang sama dengan pengukuran pendapatan, yaitu bahwa angka rata-rata nasionalnya menyembunyikan ketimpangan regional dan ketimpangan lokal UNDP, 2004. Selama bertahun-tahun telah dilakukan berbagai penyempurnaan IPM dengan tetap mempertahankan tiga komponen intinya, yaitu lamanya hidup, pengetahuan dan standar hidup layak, untuk menjaga kesederhanaan dan konsep awal IPM. HDR kedua pada tahun 1991 menambahkan satu indikator baru, yaitu rata-rata lama bersekolah kedalam komponen pengetahuan. Variabel ini diberi bobot dua per tiga. Hal ini merupakan pengakuan akan pentingnya pembentukkan keterampilan tingkat tinggi serta membantu pembedaan negara-negara yang mengelompokkan data tingkat atas. IPM mencoba untuk memeringkatkan semua negara dari skala 0 tingkat pembangunan manusia yang paling rendah hingga 1 tingkat pembangunan manusia yang paling tinggi. IPM memeringkat semua negara menjadi tiga kelompok: tingkat pembangunan manusia yang rendah 0,0 – 0,499, tingkat pembangunan manusia menengah 0,50 – 0,799, dan tingkat pembangunan manusia tinggi 0,80 – 1,0. Secara teknis, IPM dirumuskan sebagai berikut BPS, 2001: IPM = 13 Indeks 1 X + Indeks 2 X + Indeks 3 X 2.1 2 X = 13 12 X + 23 22 X 2.2 Dimana: 1 X = Indeks lamanya hidup tahun 2 X = Indeks tingkat pendidikan 3 X = Indeks pengeluaran riil per kapita Rp 000. 12 X = Rata-rata lama bersekolah tahun 22 X = Angka melek huruf persen Perhitungan Indeks dari masing- masing indikator tersebut adalah: Indeks , j i X = max , mim i i mim i j i X X X X − − − ∗ + + 2.3 Dimana: , j i X = Indikator ke- i dari daerah j min − i X = Nilai minimum dari i X max − i X = Nilai maksimum dari i X

2.6 Pengukuran Ketimpangan