Pada persamaan DPRP dan DPRI mencapai 95 persen sementara pada persamaan DPRJ hanya mencapai 59 persen. Secara umum variasi peubah penjelas dalam
masing-masing persamaan DPR berdasarkan sektor mampu menjelaskan fluktuasi peubah DPR lebih baik di atas 94 persen. Peubah endogen di dalam persaman
DPR berdasarkan sektor dipengaruhi secara nyata oleh peubah penjelas secara bersama-sama pada taraf nyata
α 0.01. Tabel 15 memperlihatkan respon penurunan permintaan TK berpendidikan
rendah akibat peningkatan upah rata-rata di masing-masing sektor tidak elastis dan signifikan hanya pada persamaan permintaan TK berpendidikan rendah di
sektor pertanian DPRP. Artinya peningkatan upah rata-rata sektor pertanian sebesar satu persen akan menurunkan DPRP 0.12 persen.
b. Berpendidikan Menengah
Pendugaan parameter permintaan TK berpendidikan menengah DPM berdasarkan sektor memberikan koefisien determinasi R
2
di atas 95 persen. Artinya peubah-peubah penjelas di dalam persamaan tersebut dapat menjelaskan
95 persen fluktuasi peubah DPM di setiap sektor. Peubah endogen di dalam persaman DPM berdasarkan sektor dipengaruhi secara nyata oleh peubah penjelas
secara bersama-sama pada taraf nyata α 0.01.
Tabel 16 memperlihatkan bahwa DPMI lebih responsif terhadap peningkatan upah rata-rata. Artinya peningkatan upah rata-rata sektoral akan
menurunkan permintaan TK berpendidikan menengah untuk sektor pertanian 0.32 persen, industri 0.46 persen dan sektor jasa 0.13 persen. Sebaliknya, permintaan
TK berpendidikan menengah di sektor pertanian DPMP lebih responsif terhadap peningkatan GDP sektor pertanian GDPP. Peningkatan GDP masing-masing
sektor sebesar satu persen akan meningkatkan DPM untuk sektor pertanian 1.29 persen, industri 0.37 persen dan sektor jasa 0.26 persen.
Tabel 16. Hasil Estimasi Persamaan Permintaan TK Berpendidikan Menengah Tahun 1980-2004
Elastisitas Peubah
Parameter Estimasi
Prob |T| Jangka
Pendek Jangka
Panjang DPMP
permint
TK berpend. men sekt
pertanian
Intercept WP
upah rata-rata sektor pertanian
GDPP
nilai produksi sektor pertanian
TKMI
jumlah TK berpend. menengah sekt informal
L
DPMP
lag
permintaan TK berpend. Menengah sekt pertanian
-790.640 -0.06189
0.036499 0.152310
0.271813 0.0391
0.0853 0.0135
0.0037 0.0780
-0.3196 1.2927
0.4201 -0.4389
1.7753 0.5770
F-Hitung = 220.69 R
2
= 0.98002 DW = 2.470703 DPMI
permint
TK berpend. men sekt
or industri
Intercept LWI
lag upah rata-rata sektor industri
GDPI
nilai produksi sektor industri
JPK
jumlah penyelesaian kasus hubungan industrial
LDPMI
lag permint.
TK berpend. menengah sekt
. industri
491.7278 -0.06035
0.010516 0.040753
0.818900 0.0076
0.0018 0.0090
0.4508
.0001 -0.4618
0.3717 -2.5497
2.0523
F-Hitung = 394.76 R
2
= 0.98873 DW = 2.197437 DPMJ
permintaan TK berpend men sektor jasa
Intercept WJ
upah rata-rata sektor jasa
GDPJ
nilai produksi sektor jasa
TKFJ
jumlah TK formal sektor jasa
LDPMJ
lag permint.
TK berpend. menengah sekt
or jasa
-75.0290 -0.02904
0.022429 0.235430
0.366813 0.4466
0.2129 0.0808
0.0020 0.0081
-0.1287 0.2586
0.5333 -0.2033
0.4084 0.8422
F-Hitung = 77.45 R
2
= 0.94509 DW = 1.473021 Secara umum dapat dikatakan bahwa elastisitas peningkatan kesempatan
kerja bagi TK berpendidikan menengah akibat peningkatan GDP lebih tinggi dan elastis pada sektor pertanian. Hasil kajian tentang elastisitas kesempatan kerja
akibat perubahan GDP yang telah dilakukan oleh Kalangi 2006 memperlihatkan nilai elastisitas rata-rata kesempatan kerja sektor pertanian 1999-2003 juga
elastis, mencapai 1.49 persen.
c. Berpendidikan Tinggi
Pendugaan parameter permintaan TK berpendidikan tinggi DPT berdasarkan sektor memberikan koefisien determinasi R
2
di atas 95 persen seperti pada Tabel 17. Hal ini menunjukkan bahwa peubah-peubah penjelas di
dalam persamaan tersebut dapat menjelaskan 95 persen fluktuasi peubah DPT di setiap sektor. Peubah endogen di dalam persaman DPT dipengaruhi secara nyata
oleh peubah penjelas secara bersama-sama pada taraf nyata α 0.01.
Tabel 17. Hasil Estimasi Persamaan Permintaan TK Berpendidikan Tinggi Tahun 1980-2004
Elastisitas Peubah
Parameter Estimasi
Prob |T| Jangka
Pendek Jangka
Panjang DPTP
permintaan
TK berpend. tinggi sekt
pertanian
Intercept WP
upah rata-rata sektor pertanian
GDPP
nilai produksi sektor pertanian
TKTI
jumlah TK berpend. tinggi sektor informal
LDPTP
lag permintaan
TK berpend. tinggi sekt
pertanian
-53.4439 -0.00364
0.002483 0.016213
0.505083 0.0754
0.1623 0.0286
0.2863 0.0148
-0.3390 1.5860
-0.6850 3.2047
F-Hitung = 79.58 R
2
= 0.94648 DW = 1.933074 DPTI
permintaan
TK berpend tinggi sektor
industri
Intercept WI
upah rata-rata sektor industri
GDPI
nilai produksi sektor industri
JPK
jumlah penyelesaian kasus hubungan industrial
LDPTI
lag
permintaan TK berpend tinggi sektor
industri
39.20398 -0.00658
0.001347 0.067873
0.817348 0.2200
0.1029 0.0619
0.2267
.0001 -0.4241
0.4011 0.0601
-2.3220 2.1958
0.3289
F-Hitung = 104.40 R
2
= 0.95868 DW = 2.030049 DPTJ
permintaan
TK berpend tinggi sektor
jasa
Intercept ∆WJ
perubahan upah rata-rata sektor jasa
GDPJ
nilai produksi sektor jasa
LDPTJ
lag permintaan
TK berpendidikan tinggi sektor
jasa
-279.070 -0.02304
0.014701 0.838590
0.0627 0.1600
0.0179
.0001 -0.2614
0.4338 -1.6195
2.6875 F-Hitung = 157.86
R
2
= 0.96143 DW = 2.723394 Tabel 17 memperlihatkan bahwa DPTI lebih responsif terhadap
peningkatan upah rata-rata. Artinya peningkatan upah rata-rata sektoral akan menurunkan permintaan TK berpendidikan tinggi untuk sektor pertanian 0.34
persen, industri 0.42 persen dan sektor jasa 0.26 persen. Sejalan dengan hasil penelitian ini, Yudhoyono 2004 juga menyimpulkan kenaikan upah rata-rata
sektor pertanian sebesar 1 rupiah per bulan akan menurunkan penyerapan TK sektor pertanian sebanyak 5 ribu orang dan untuk TK non pertanian sebanyak 2
ribu orang. Di antara sektor yang diamati, elastisitas permintaan TK berpendidikan tinggi terhadap peningkatan GDP lebih elastis pada sektor
pertanian yaitu 1.59 persen. Artinya peningkatan GDP sektor pertanian sebesar satu persen akan meningkatkan DPTP sebesar 1.59 persen. Hasil analisis ini
sejalan dengan kesimpulan penelitian yang dilakukan Kalangi 2006 yang menyimpulkan bahwa respon peningkatan kesempatan kerja sektor pertanian
akibat peningkatan nilai GDP pertanian mencapai 1.49 persen 1999-2003.
6.2.3. Upah Rata-rata
Hasil pendugaan parameter persamaan upah rata-rata berdasarkan sektor memberikan nilai koefisien determinasi R
2
di atas 84 persen. Artinya variasi peubah penjelas dalam masing-masing persamaan mampu menjelaskan di atas 84
persen fluktuasi peubah upah rata-rata berdasarkan sektor. Peubah endogen dalam persamaan upah rata-rata sektor pertanian, industri dan jasa dipengaruhi secara
nyata oleh peubah penjelas secara bersama-sama pada taraf nyata α 0.01.
Tabel 18 memperlihatkan bahwa hasil pendugaan persamaan upah rata- rata sektoral secara nyata dipengaruhi oleh upah minimum masing-masing sektor.
Hal tersebut tercermin pada nilai parameter yang berarti peningkatan upah minimum rata-rata sektoral untuk pekerja yang menjadi target kebijakan upah
minimum sebesar 1000 rupiah akan meningkatkan upah rata-rata sektor pertanian 186 rupiah, industri 180 rupiah dan sektor jasa 261 rupiah.