Blok Moneter Model Ekonomi Pasar Tenaga Kerja dan Perekonomian Indonesia

Suku bunga: SB t = ag + ag 1 MS t -MS t-1 + ag 2 AD t-1 + ag 3 INF t-1 + ag 4 SB t-1 + U 33t ................................................................................. 48 Parameter dugaan yang diharapkan: ag 2 , ag 3 0; ag 1 0; 0 ag 4 1

4.1.6. Blok Keseimbangan Makro

Permintaan Agregat: AD t = C t + TI t + GET t + X t – M t ………………………............ 49 Penawaran Agregat: AS t = GDPP t + GDPI t + GDPJ t + GDPL t ................................... 50 Indeks harga konsumen: CPI t = ah o + ah 1 SB t-1 + ah 2 W t-1 + ah 3 CPI t-1 + U 34t ..................... 51 Inflasi nasional: 100 1 1 × − = − − t t t t CPI CPI CPI INF ............................................................... 52 Parameter dugaan yang diharapkan: ah 1 , ah 2 0; 0 ah 3 1

4.2. Prosedur Analisis

Untuk menjawab tujuan penelitian pertama digunakan analisis deskriptif. Analisis tersebut menguraikan permasalahan pokok kebijakan ketenagakerjaan di era otda yang dirangkum dari lokakarya kebijakan pasar tenaga kerja dan hubungan industrial untuk memperluas kesempatan kerja yang dilaksanakan pada tanggal 16 September 2003.

4.2.1. Identifikasi Model

Indentifikasi model ditentukan atas dasar “order condition” sebagai syarat keharusan dan “rank condition” sebagai syarat kecukupan. Menurut Koutsoyiannis 1977, rumusan identifikasi model persamaan struktural berdasarkan order condition ditentukan oleh: K - M G - 1 Keterangan: K = Total peubah dalam model, yaitu peubah endogen dan peubah predetermined . M = Jumlah peubah endogen dan eksogen yang termasuk dalam satu persamaan tertentu dalam model, dan G = Total persamaan dalam model, yaitu jumlah peubah endogen dalam model. Jika dalam suatu persamaan dalam model menunjukkan kondisi sebagai berikut. K – M G – 1 = maka persamaan dinyatakan teridentifikasi secara berlebih overidentified K – M = G – 1 = maka persamaan tersebut dinyatakan teridentifikasi secara tepat exactly identified , dan K – M G – 1 = maka persamaan tersebut dinyatakan tidak teridentifikasi unidentified . Hasil identifikasi untuk setiap persamaan struktural haruslah exactly identified atau overidentified untuk dapat menduga parameter-parameternya. Kendati suatu persamaan memenuhi order condition, mungkin saja persamaan itu tidak teridentifikasi. Karena itu, dalam proses identifikasi diperlukan suatu syarat