Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa YY mengalami masalah efektivitas komunikasi antarpribadinya terutama dalam hal respek, empati, sikap
humble, meningkatnya hubungan antarpribadi, dan clarity yang ditandai dengan sekor yang termasuk kategori rendah. Akan tetapi setelah mengikuti konseling
kelompok respek, empati, sikap humble, meningkatnya hubungan antarpribadi, dan clarity yang rendah dapat ditingkatkan, yang ditandai dengan peningkatan sekor yang
diperoleh setelah mengikuti konseling kelompok.
4.3. Uji Hipotesis
Analisis data untuk mengetahui apakah konseling kelompokdapat meningkatkan efektivitas komunikasi antarpribadi pada siswa kelas VII C SMP
Negeri 3 Kendal dapat dilakukan dengan analisis statistik non parametrik yaitu ujiwilcoxon.Hasil perhitungan uji wilcoxon pada penelitian iniselengkapnya dapat
dilihat dari tabel berikut.
Tabel 4.15. Tabel Kerja Uji Wilcoxon
No . Siswa
X
A1
X
B2
7Beda Tanda Jenjang
X
B82
– X
A1
Jenjang +
- 1
ADK 145,0
166,0 21,0
8,5 8,5
0,0 2
CAR 154,0
170,0 16,0
3,0 3,0
0,0 3
DE 152,0
172,0 20,0
5.5 5.5
0,0
Sumber : data diolah 2013
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel untuk ujiwilcoxon, jumlah jenjang yang kecil atau T
hitung
nilainya adalah 53,0. Sedangkan T
tabel
untuk n = 10 dengan taraf kesalahan 5 nilainya adalah 1. Sehingga T
hitung
53,0 T table 1 atau berarti Ha diterima dan Ho ditolak dan bahwa efektivitas komunikasi antarpribadi siswa kelas
VII C SMP Negeri 3 Kendal dapat ditingkatkan melalui konseling kelompok.
4.4. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarakan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat peningkatan efektivitas komunikasi antarpribadi setelah dilakukan konseling kelompok. Dari 34 siswa yang
ada di kelas VII C terdapat 10 siswa yang mengalami efektivitas komunikasi antarpribadi yang rendah. hal ini ditandai dengan sekor pre test yang termasuk
kategori rendah. 4
HCN 149,0
169,0 20,0
5.5 5.5
0,0 5
MW 145,0
165,0 20,0
5.5 5.5
0,0 6
NSU 153,0
173,0 20,0
5.5 5.5
0,0 7
NFZ 149,0
170,0 21,0
8,5 8,5
0,0 8
RA 157,0
169,0 12,0
1,0 1,0
0,0 9
TSR 155,0
179,0 24,0
10,0 10,0
0,0 10
YY 155,0
170,0 15,0
2,0 2,0
0,0 Jumlah
53,0 0,0
Dari ketuju kriteria dalam efektivitas komunikasi antarpribadi yang dijadikan tolok ukur efektivitas komunikasi antarpribadi, kebanyakan siswa yang menjadi
anggota kelompok mengalami masalah dalam respek, yaitu penghargaan terhadap lawan bicara, sikap humble yaitu sikap rendah hati, yang ditandai dengan kemauan
mengakui kesalahan dan rela memaafkan, hubungan antarpribadi, yang ditandai masih belum dirasakanya manfaat komunikasi antarpribadi, serta clarity yang
ditandai masih banyaknya pesan yang salah tafsir. Kegiatan konseling kelompok merupakan salah satu jenis layanan dalam
bimbingan konseling yang bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan dengan mengan memanfaatkan dinamika kelompok. Penggunaan konseling kelompok
dianggap efektif untuk meningkatkan, karena dalam konseling kelompok setiap anggota diajak berlatih berkomunikasi, berempati dan menghargai lawan bicara, dan
hal ini sangat membantu dalam upaya peningkatan efektivitas komunikasi antarpribadi siswa.
Kegiatan konseling kelompok dengan tujuan meningkatkan efektivitas komunikasi antarpribadi siswa dilaksanakan selama delapan kali pertemuan dan
diakhiri dengan post test. Post tes dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui adakah peningkatan efektivitas komunikasi antarpribadi dari anggota kelompok., sehingga
dapat diketahui apakah konseling kelompok dapat meningkatkan efekivitas komunikasi antarpribadi siswa.
Hasil post test menunjukan terdapat peningkatan sekor dari pre tes yang rendah menjadi meningkat sedang pada post tes. Hal ini menunjukan bahwa setelah
siswa mengikuti konseling kelompok siswa mengalami peningkatan efektivitas komunikasi antarpribadinya. Terutama untuk masalah respek, sikap humbel dan
clarty yang semula rendah menjadi sedang. Hasil uji beda yang dilakukan dengan menggunakan uji wilcoxon dengan
hasil yang diperoleh T
hitung
nilainya adalah 53,0. Sedangkan T
tabel
untuk n = 10 dengan taraf kesalahan 5 nilainya adalah 1. Sehingga T
hitung
53,0 T table 1 atau berarti Ha diterima dan Ho ditolak dan bahwa efektivitas komunikasi antarpribadi siswa kelas
VII C SMP Negeri 3 Kendal dapat ditingkatkan melalui konseling kelompok. Berdasarkan tabel uji wilcoxon diketahui bahwa peningkatan efektivitas
komunikasi antarpribadi rata-rata 19,9 dari sekor rata-rata secara keseluruhan. Peningkatan tertinggi dialami oleh YY dengan beda sekor sebesar 25 dan
peningkatan terendah dialami oleh RA yang hanya sebesar 12 dari sekor pre test. Namun secara keseluruhan kesepuluh siswa mengalami kenaikan dari kriteria rendah
menjadi sedang. Kenaikan sekor yang hanya mencapai tingkat kiteria sedang dikarenakan
beberapa hal, diantaranya yaitu waktu pelaksanaan konseling kelompok yang dilakukan setelah pulang sekolah, dimana siswa sudah berada pada kondisi
konsentrasi yang menurun, ruangan yang panas menjadi penyebab kurang efektifnya pelaksanaan konseling kelompok. Selain itu faktor lingkungan yang bising, juga
manjadi penyebab terganggunya proses jalanya konseling kelompok. Hal ini berdampak kurang optimalnya pelaksanaan konseling kelompok dan berdampak
kepada hasil yang diperoleh dalam upaya peningkatan efektivitas komunikasi antarpribadi siswa.
Selain faktor diatas juga terdapat faktor sosio-culture dimana kebiasaan siswa kelas VII C SMP Negeri 3 Kendal masih banyak menganggap bahwa membicarakan
masalah pribadi yang dialami merupakan hal yang tidak etis dirasakan peneliti sebagai faktor penghambat yang cukup berpengaruh terhadap kurang optimalnya
konseling kelompok, walaupun pada akhirya peneliti mampu mengatasi, akan tetapi butuh waktu yang cukup lama untuk melakukanya.
4.5. Keterbatasan Penelitian