2.2 Manajemen Risiko
Risk Management
Risiko tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari dan selalu melekat pada segi operasional maupun finansial di perusahaan manapun. Dengan
ketidakpastiannya risiko, risiko akan selalu ada apabila yang mungkin akan terjadi dimasa yang akan datang belum diketahui dengan pasti dan selalu melekat dalam
aspek kehidupan setiap manusia Kusuma, 2012. Manajemen risiko adalah suatu proses mengidentifikasi, mengukur risiko, serta membentuk strategi untuk
mencegah terjadinya risiko dalam perusahaan. Manajemen risiko juga bertujuan untuk mengidentifikasi risiko perusahaan pada setiap kegiatan, serta mengukur
dan mengatasinya pada level toleransi tertentu. Tindakan
manajemen risiko
diambil perusahaan
untuk merespon
bermacam-macam resiko. Dalam melakukan respon risiko yang dilakukan oleh manajemen risiko adalah dengan cara mencegah dan memperbaiki. Tindakan
mencegah digunakan untuk mengurangi, menghindari, atau mentransfer risiko pada tahap awal konstruksi Anisa, 2012. Menurut Darmawi 2008 manfaat
manajemen risiko yang diberikan terhadap perusahaan dapat dibagi dalam 5 lima kategori utama yaitu:
1. Manajemen risiko mungkin dapat mencegah perusahaan dari kegagalan. 2. Manajeme risiko menunjang secara langsung peningkatan laba.
3. Manajemen risiko dapat memberikan laba secara tidak langsung. 4. Adanya ketenangan pikiran bagi manajer yag disebabkan oleh adanya
perlindungan terhadap risiko murni, merupakan harta non-material bagi perusahaan itu.
5. Manajemen risiko melindungi perusahaan dari risiko murni, dan karena kreditur pelanggan dan pemasok lebih menyukai perusahaan yang
dilindungi maka secara tidak langsung menolong meningkatkan public image.
Manajemen risiko memang sangat bermanfaat bagi perusahaan dalam mengelola suatu risiko yang dimiliki atau menangkap kesempatan yang
berhubungan dengan pencapaian tujuan perusahaan Amran et al dalam Anisa, 2012. Penerapan manajemen risiko bertujuan untuk mengidentifikasi risiko
perusahaan, serta mengukur dan mengatasinya pada level toleransi tertentu. Dapat dikatakan bahwa manajemen risiko merupakan suatu strategi yang digunakan
untuk tetap bertahan dalam lingkungan usaha yang kompetitif. Menurut KNKG 2011, penerapan manajemen yang baik antara lain dapat:
Pertama, mengurangi kejutan-kejutan yang kurang menyenangkan. Ini dapat diperoleh karena melalui penerapan manajemen risiko yang baik di
semua hal yang berakibat pada pencapaian sasaran perusahaan yang telah diidentifikasikan sebelumnya serta mengambil antisipasi;
Kedua, meningkatkan hubungan dengan para pemangku kepentingan menjadi semakin baik. Hal ini dapat diperoleh karena dalam menerapkan
manajemen risiko wajib untuk menemukan kembali para pemangku kepentingan dan harapannya. Melalui komunikasi timbal balik yang cukup giat maka dapat
digalang kesamaan persepsi dan kesamaan kepentingan bersama, dengan demikian dapat diperoleh hubungan yang lebih baik;
Ketiga, meningkatkan reputasi perusahaan. Komunikasi yang baik dengan para pemangku kepentingan sehingga mereka mengetahui bahwa perusahaan
mampu untuk menangani
risiko-risiko yang
dihadapi dengan baik.
Akibatnya kepercayaan pelanggan, pemasok, kreditor, komunitas bisnis serta masyarakat juga meningkat.
Keempat, meningkatkan efektifitas dan efisiensi manajemen. Semua risiko yang dapat menghambat proses organisasi telah diidentifikasikan dengan
baik, maka cara untuk mengatasi gangguan kelancaran proses organisasi telah diantisipasi sebelumnya. Dengan demikian, bila gangguan tersebut memang
terjadi, maka organisasi telah siap untuk menanganinya dengan baik; Kelima, Terdapat Pencapaian sasaran perusahaan karena terselenggaranya
manajemen yang lebih efektif dan efisien, hubungan dengan pemangku kepentingan
yang semakin
membaik, kemampuan
menangani risiko perusahaan yang juga meningkat, termasuk risiko kepatuhan dan hukum.
Menurut Desender 2007 Manajemen risiko dapat menciptakan nilai: 1 Perusahaan dapat menghindari duplikasi risiko manajemen dari kecurangan, 2
memfasilitasi pengelolaan risiko pemegang saham perusahaan, 3 menurunkan biaya kesulitan keuangan, 4 menurunkan risiko penting yang dihadapi oleh non-
diversifikasi investor seperti manajer dan karyawan, 5 mengurangi pajak, 6 mengurangi biaya modal perusahaan melalui lebih baik
evaluasi kinerja dan biaya monitoring dikurangi; dan 7 menyediakan internal yang pendanaan untuk
proyek investasi dan memfasilitasi perencanaan modal. Tersedianya sistem manajemen risiko tidak serta merta menjadikan perusahaan aman. Widodo 2012
menyatakan bahwa beberapa kebijakan perlu dibentuk agar manajemen risiko efektif, yaitu:
a. Membentuk unit organisasi manajemen risiko terintegrasi
b. Mengintegrasikan manajemen risiko ke dalam proses bisnis organisasi.
c. Mengintegrasikan strategi transfer risiko
d. Mengintegrasikan manajemen risiko ke dalam budaya dan nilai-nilai
organisasi karena sistem baru bergerak apabila diberikan energi yang disalurkan dalam kesadaran “budaya risiko” perusahaan.
2.3 Pengungkapan Manajemen Risiko