2.7. Hasil Penelitian Terdahulu
Busriawaty 2004, menganalisis hubungan struktur pasar dan kinerja industri pupuk di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
hubungan positif antara variabel utama struktur pasar, yaitu CR2 dengan PCM sebagai variabel kinerja. Tingginya rasio konsentrasi yang ada pada industri
pupuk telah mampu menciptakan kekuatan pasar sehingga berdampak terhadap perolehan keuntungan. Begitu pula dengan variabel struktur pasar yang lain.
XEFF dan GROWTH juga memiliki hubungan positif dengan PCM. Perusahaan pada industri pupuk telah mampu menciptakan efisiensi internal dengan menekan
biaya input dalam berproduksi. Keadaan ini membuat nilai tambah yang diperoleh menjadi besar sehingga keuntungan yang diperoleh pun akan meningkat. Dengan
kata lain analisis yang dilakukan berhasil menyimpulkan bahwa pada industri pupuk telah terjadi hubungan positif antara struktur pasar dengan kinerja yang
tinggi, efisiensi internal dalam berproduksi, dan peningkatan pertumbuhan produksi pupuk, telah berpengaruh terhadap pencapaian keuntungan bagi industri
pupuk. Penelitian lain mengenai analisis SCP dilakukan Putri 2004 mengenai
bagaimana kondisi dasar, struktur dan kinerja, hubungan struktur dan kinerja, dan perilaku industri rokok kretek di Indonesia. Hasil penelitian mengenai kondisi
dasar dari permintaan menunjukkan bahwa harga rokok kretek, harga rokok putih, jumlah penduduk dan permintaan tahun sebelumnya memberikan pengaruh nyata
terhadap jumlah permintaan rokok kretek, sedangkan pendapatan masyarakat tidak berpengaruh. Sedangkan struktur pasar industri rokok adalah oligopoli ketat
yang berdasarkan peraturan yang berlaku tidak memiliki hambatan masuk bagi perusahaan baru untuk masuk ke pasar.
Hasil analisis hubungan struktur dan kinerja, variabel bebas yang memiliki pengaruh terhadap tingkat keuntungan PCM adalah tingkat konsentrasi CR4,
efisiensi internal X-eff, dan skala ekonomis MES. Variabel utilitas kapasitas produksi CU tidak berpengaruh terhadap PCM. Variabel yang memiliki
hubungan yang positif adalah CR4 dan X-eff, sedangkan variabel MES memiliki hubungan negatif dengan tingkat keuntungan. Untuk analisis perilaku perusahaan-
perusahaan dalam industri rokok kretek dilihat dari strategi harga dan produksi, strategi promosi, dan kemungkinan adanya kolusi. Dalam menentukan harga jual
perusahaan-perusahaan rokok kretek dipengaruhi oleh Keputusan Menteri Keuangan No.449KMK.042002 yang mengatur tentang harga jual eceran HEJ
minimum dan tarif cukai berdasarkan skala produksi setiap perusahaan. Sama halnya dalam bidang promosi, masih dipengaruhi oleh Peraturan Pemerintah PP
No. 19 Tahun 2003. Untuk dapat mempertahankan pangsa pasarnya perusahaan besar lebih sensitif dan efisiensi dalam berproduksi. Adanya tingkat diferensiasi
produk yang tinggi dari peruusahaan besar untuk mempertahankan pangsa pasarnya melemahkan adanya dugaan kolusi terselubung diantara perusahaan
besar dalam industri rokok kretek. Ratri 2004, dalam penelitiannya tentang analisis permintaan dan
penawaran industri minyak goreng kelapa di Indonesia melakukan pendugaan fungsi penawaran, permintaan dan ekspor dengan menggunakan persamaan
simultan 2SLS karena variabel-variabel yang terdapat dalam persamaan-
persamaan tersebut saling terkait satu sama lain. Penelitian ini juga menggunakan persamaan identitas dimana penawaran merupakan hasil penjumlahan dan
permintaan, ekspor dan stok. Selain itu dihitung elastisitas masing-masing variabel dari setiap persamaan sehingga dapat diketahui respon variabel tersebut
terhadap suatu persamaan. Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang sudah diriilkan dengan menggunakan indeks harga perdagangan besar
dengan tahun dasar 1993. Hasil estimasi persamaan penawaran menunjukkan bahwa harga minyak goreng kelapa, harga minyak kelapa kasar dan stok tahun
sebelumnya tidak berpengaruh nyata pada penawaran sedangkan upah dan trend berpengaruh nyata terhadap penawaran. Semua variabel tidak responsif dalam
jangka pendek. Hasil estimasi persamaan permintaan dan persamaan ekspor menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh nyata namun tidak responsif
dalam jangka pendek. Juwita 2004 melakukan analisis ekonomi industri semen dan Undang-
Undang Persaingan Usaha. Penelitian tersebut dilatarbelakangi oleh industri semen nasional yang pada waktu itu dalam pengawasan Komisi Pengawas
Persaingan Usaha KPPU karena adanya indikasi melanggar undang-undang persaingan usaha. Dalam penelitian ini struktur pasar dinilai dengan menghitung
konsentrasi 4 perusahaan terbesar CR4 dan Indeks Herfindahl. Hasil yang diperoleh bahwa industri semen memiliki konsentrasi tinggi dengan nilai CR4
pada tahun 2001 sebesar 76.44 persen dan Indeks Herfindahl sebesar 2123.5 yang menunjukkan tidak terjadi persaingan tidak sehat karena dikatakan persaingan
tidak sehat jika penguasaan pangsa pasar 3 perusahaan terbesar lebih dari 75
persen. Struktur pasar industri semen merupakan oligopoli ketat dengan produk homogen serta hambatan masuk yang tinggi.
Perilaku industri dianalisis melalui strategi harga, strategi produksi serta hal-hal yang diawasi KPPU. Hubungan antara struktur dengan kinerja industri
semen nasional dianalisis dengan menggunakan model regresi berganda. Variabel tidak bebas yang digunakan adalah Price Cost Margin yang merupakan proksi
tingkat keuntungan perusahaan. Variabel bebas yang digunakan adalah indeks Herfindahl, extra efisiensi, utilitas kapasitas produksi, dan tingkat pertumbuhan
nilai barang yang dihasilkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks Herfindahl, ekstra efisiensi dan pertumbuhan nilai barang yang dihasilkan secara
signifikan mempengaruhi tingkat keuntungan dan hubungannya positif.
2.8. Kerangka Pemikiran